Perkara Hadhanah Pada Tahun 2013

baik. Oleh sebab itu dari permasalahan perkara hadhanah dari tahun 2011 sampai 2012 ini terlihat bahwa pada kedua tahun tersebut memilki penyebab yang sama, sehingga untuk memutuskannya hakim tidak lepas dari apa yang sudah menjadi kekuatan hukum tetap dalam memutus suatu perkara, terutama mengenai pekara hadhanah setiap tahunnya.

C. Perkara Hadhanah Pada Tahun 2013

Dari jumlah perkara hadhanah yang masuk di Pengadilan Agama Jakarta Timur untuk tahun 2013 baik perkara yang diterima dan diputus telah disebutkan di dalam tabel.3. Dari data pada tabel.3 dapat dilihat bahwa jumlah perkara hadhanah yang diterima pada tahun 2013 adalah 4 perkara dan yang diputus adalah 37 perkara oleh hakim Pengadilan Agama Jakarta timur. Sedangkan dari jumlah tersebut bahwa majelis hakim memutuskan perkara hadhanah tahun ini keseluruhan dari perkara yang diajukan para pihak ke Pengadilan Agama Jakarta ternyata lebih banyak diputusnya, karena perkara yang ada pada tahun sebelumnya baru diputus pada tahun ini, maka angka yang diputus tidak sesuai dengan angka perkara yang diterima. Oleh karena itu dari banyaknya perkara yang diputus oleh Pengadilan Agama Jakarta Timur, baik itu yang diberi kewenangan untuk mengasuh anak dari pihak ibu ataupun ayahnya. Pada tahun ini juga hanya memfokuskan mengenai perkara hak asuh anak yang jatuh pada pihak ayah yang terdapat pada putusan perkara No. 1474Pdt.G2013PAJT yang dikarenakan faktor agama pengasuh yakni seorang ibu tergugat telah beralih agama menjadi agama Kristen murtad. Tabel. 3 Jumlah Perkara Hadhanah Yang Diterima Diputus Di Pengadilan Agama Jakarta Timur Pada Tahun 2013 3 No. Bulan Diterima Diputus

1. 2.

3. 4.

5. 6.

7. 8.

9. 10.

11. 12.

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember - - 2 - - - 1 - - - 1 - 1 3 - 5 5 - 5 4 3 4 2 5 Jumlah 4 37 Bahwa faktanya untuk tahun ini hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur telah kembali memutus bahwa murtad benar-benar menjadi penghalang untuk mendapatkan hak asuh anak. Menurut hakim dalam pertimbangannya dikhawatirkan anak akan terpengaruh dengan agama 3 Data Hasil Laporan Perkara Hadhanah Pada Tahun 2013 di Pengadilan Agama Jakarta Timur, Diambil Pada Tanggal 08 Juni 2015 ibunya dan untuk menjadi seorang pengasuh yang terpenting adalah mengedepankan agama anak dan kemaslahatannya. Sehingga dengan pertimbangan hakim yang menyatakan bahwa anak saat ini berada dalam asuhan Penggugat dan tinggal bersama Penggugat, dan penggugat sanggup memelihara anaknya. Oleh karena itu dengan pertimbangan hakim seperti itu maka hak asuh anak telah kembali diputus kepada pihak ayah. Selanjutnya untuk putusan No. 1159Pdt.G2013PAJT bahwa di dalam pertimbangan hakim menyatakan karena seorang ibu yang lalai dan tidak bertanggung jawab untuk merawat anaknya, sehingga anak menjadi terlantar dan sebab ibu berperilaku kasar dengan anaknya membuat diri anak merasa terganggu dan tertekan bila bertemu dengan Tergugat Ibu dan ibu yang tidak pernah memperhatikan kesehatan anaknya membuat anak sering sakit. Oleh sebab itu dari pertimbangan hakim yang merujuk pada kepentingan anak yang harus lebih diutamakan, maka untuk pertimbangannya majelis hakim memutus untuk hak asuh anak jatuh kepada ayahnya. Karena pada nyatanya penjagaan seorang ayah selama mengasuh anak mulai dari perkembangan dan kesehatan serta pendidikan anaknya telah dijaga dengan baik. Pada putusan No. 0562Pdt.G2013PAJT bahwa penyebab hak asuh anak berpindah ke pihak ayah yaitu disebabkan ibu yang sering berkerja diluar wanita karir, sehingga anak yang di asuhnya menjadi tidak terawat dengan baik. Karena dengan kesibukan pengasuh yang sering bekerja dapat menjadi penghalang untuk mendapatkan hak asuh anak. Oleh karena itu dengan pertimbangan hakim yang menyatakan bahwa hak anak lebih diutamakan dalam tanggung jawab orang tuanya, maka hak asuh anak gugur dari tergugat ibu yang berhak untuk merawatnya, dikarenakan hak dan kesejahteraan yang dimiliki anak tidak terpenuhi dengan sebaik-baiknya. Sedangkan pada putusan No. 2217Pdt.G2013PAJT bahwa hak asuh anak berpindah kepada ayahnya Penggugat, yang dikarenakan ibu Tergugat seringkali melalaikan kewajibannya sebagai seorang istri atau sebagai ibu dari anak-anaknya, dan ibu sering kali pergi meninggalkan rumah sampai larut malam bahkan sering menginap tanpa izin, yang akibatnya meninggalkan anak-anak berhari-hari tanpa adanya rasa kasih sayang dari seorang ibu, serta diketahuinya tergugat memilki laki-laki lain. Menurut pertimbangan hakim yang menyatakan bahwa tugas sebagai orang tua yang pertama-tama dilakukan adalah harus bertanggungjawab atas terwujudnya kesejahteraan anak baik secara rohani, jasmani maupun sosialnya, sehingga dengan ibu yang sudah tidak mengindahkan ajaran agama berupa pelanggaran terhadap atas larangan melakukan hubungan dengan laki-laki lain selain suami dan tidak bertanggung jawab dalam membimbing anak, maka hak asuh anak tersebut beralih kepada pihak ayah yang lebih mampu untuk merawat dan membimbing anak-anaknya. Perkara hadhanah lainnya yaitu terdapat pada putusan No. 2424Pdt.G2013PAJT, penyebab hak asuh anak berpindah kepada pihak ayahnya Penggugat dikarenakan Tergugat ibu sudah tidak bertanggung jawab dalam merawat kedua anaknya dan ibu yang berkelakuan kasar kepada anaknya, hal tersebut membuat anak merasa ketakutan apabila bersama dengan tergugat ibu. Menurut Majelis hakim yang memberi hak asuh anak kepada ayah, bahwa anak akan lebih terjaga baik jasmani dan rohaninya daripada ketika anak tersebut bersama dengan ibunya yang lebih sering memperlakukannya secara kasar. Dengan demikian dari pertimbangan hukum tersebut, keluarlah putusan perkara hadhanah ini yang menyatakan bahwa pemberian hak asuh anak dilimpahkan kepada penggugat selaku ayah dikarenakan selama kesehariannya ayah dapat menjaga dan merawat anak, sehingga dengan terwujudnya hak-hak anak maka akan terbentuknya kesejahteraan anak yang sebaik-baiknya. Dari hasil ketiga tabel di atas dapat diketahui bahwa diputusnya perkara hadhanah di Pengadilan Agama Jakarta Timur untuk tiap tahunnya meningkat yaitu pada tahun 2011 berjumlah 29 perkara dan untuk tahun 2012 berjumlah 49 perkara sedangkan untuk tahun 2013 perkara hadhanah berjumlah 37. Sebab meningkatnya perkara hadhanah tiap tahunnya dikarenakan perkara diputus telah tercampur dengan perkara pada tahun sebelumnya, sehingga untuk diputus dengan diterima tiap bulannya tidak sama. Oleh karena itu dari ketiga tahun tersebut, hakim dalam memutus mengenai pengasuhan anak hadhanah lebih kepada hak asuh anak yang diberikan pada ibunya sesuai dengan ketentuan Undang-undang yang berlaku. Dari ketiga tahun dalam perkara hadhanah tidak seluruhnya hanya seorang ibu yang diberi kuasa untuk hak asuh anak, akan tetapi hal tersebut dapat beralih kepada ayahnya. Karena untuk perkara hadhanah di Pengadilan Agama Jakarta Timur yang hak asuh anak jatuh pada pihak ayah, hal tersebut diketahui tiap tahunnya ternyata Majelis Hakim pernah memutus dengan alasan atau penyebab yang sama, yaitu disebabkan berbagai faktor sang ibu yang tidak dapat memenuhi kepentingan anak baik secara jasmani dan rohani yang dijelaskan pada putusan hadhanah setiap tahunnya di Pengadilan Jakarta Timur. Oleh karena itu hakim dalam memutus perkara hadhanah tidak selalu berijtihad bahwa yang berhak mendapatkan hak asuh anak pada pihak ibu saja, melainkan pihak ayah juga dapat mampu merawat anak dengan baik yang sama halnya seperti seorang ibu. Dengan demikian untuk tiga tahun terakhir dari 2011 sampai 2013 yang terjadi di Pengadilan Agama Jakarta Timur bahwa penyebab perkara hadhanah yang diberikan atau beralih kepada pihak ayah bukan hanya murtad saja yang menjadi penghalang, akan tetapi bisa juga disebabkan karena perceraian yang mengakibatkan perselisihan, nusyuz, wanita karir dan ibu yang tidak bertanggung jawab dalam menjaga dan merawat anak. Oleh karena itu dari hasil pertimbangan hukum mengenai perkara hadhanah untuk tiga tahun terakhir ini, penyebab dari permasalahan perkara yang diputus kepada pihak ayah diantaranya karena pihak ibu yang berkelakuan kasar terhadap anak dan pihak ibu yang tidak bertanggung jawab dalam menjaga dan merawat anak-anaknya. Akibat dari sifat ibu tersebut maka anak menjadi terlantar dan psikologis pada diri anak dapat terganggu karena tertekan dengan kelakuan ibu yang kasar. Begitu juga bagi ibu yang tidak dapat bertanggung jawab untuk keadaan rumah tangganya, masih memungkinkan terjadinya perebutan hak asuh anak, walaupun dalam Kompilasi Hukum Islam KHI Pasal 105 Huruf a menyatakan seorang ibu lebih berhak atas anak yang masih kecil. Akan tetapi dari yang penulis jelaskan di dalam perkara-perkara hadhanah di atas, pada kenyataanya hak asuh anak dapat gugur dari tangan seorang ibu kepada ayahnya disebabkan adanya faktor yang membuat penghalang pihak ibu untuk tidak sepenuhnya diberi kewenangan dalam mengasuh anak, sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam putusan mengenai hadhanah. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dari berbagai pertimbangan hukum mengenai perkara hadhanah, terlihat Majelis Hakim dalam hal memutuskan perkara ini tidak sepenuhnya meleaskan peran dan tanggung jawab orang tua terhadap tumbuh kembang diri si anak, walaupun yang berhak mengasuh adalah salah satu orang tuanya. Hal ini juga berlaku ketika orang tua telah putus ikatan perkawinannya mereka tetap bertanggung jawab dalam merawat anak tanpa mengurangi hak sebagai anak, karena dari masing-masing orang tua dalam menjaga anak semata-mata untuk kepentingan anak di masa yang akan datang. Oleh sebab itu dalam perkara hadhanah untuk setiap tahunnya ini, sudah biasa bagi para hakim dalam pertimbangan hukumnya tidak hanya berdiam dengan satu putusan yang telah ada sebelumnya tetapi juga tidak kaku untuk menggunakan ijtihad dan penafsiran atas hukum, karena sudah berulang kali terjadinya hak asuh anak gugur dari pihak ibu dan diberikan kepada ayah. Namun pada hakikatnya seorang hakim juga tidak semata- mata begitu saja memutus suatu perkara hadhanah beralih kepada ayah, akan tetapi juga harus melihat dan mempertimbangkan kepentingan anak atau sebab-sebab lainnya. Demikian juga dari sekian masalah perkara hadhanah yang jatuh kepada pihak ayah tidak seharusnya berlarut menjadi suatu persoalan yang panjang, karena dari sekian banyak perkara hadhanah Majelis Hakim tetap memutus dan menimbang agar hak anak lebih diprioritaskan dan terpenuhi. Serta melihat peran salah satu orang tuanya yang lebih mampu untuk merawat dan menjaga anak. Oleh karena itu yang menjadi peran utama dan hal yang terpenting dalam perkara hadhanah adalah kepentingan dan kemaslahatan pada diri anak. 75

BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN JAKARTA TIMUR

Dokumen yang terkait

Jatuhnya Hak Hadhanah Kepada Orang Tua Laki-Laki Karena Perceraian Berdasarkan Putusan Pengadilan Agama. (Studi Pada Putusan Pengadilan Agama Medan No. 1521/Pdt.G/2011/PA.Mdn)

1 59 103

Analisis Hadhanah Pada Putusan Hadhanah Di Pengadilan Agama Medan (Studi Putusan Pengadilan Agama Medan Tahun 2010-2012)

2 91 165

Analisis Yuridis Kompetensi Pengadilan Niaga Dalam Perkara Kepailitan (Studi Kasus Terhadap Putusan Nomor 65/PAILIT/2010/PN.NIAGA.JKT.PST)

1 81 151

Perceraian akibat suami riddah: analisis koperatif putusan penagdilan agama bogor perkara Nomor 49/Pdt.G/2010/PA.BGR. dan Putusan Pengadilan Agama Jakarta Pusat Perkara Nomor 378/Pdt.G/2009/PA.JP

0 3 62

Cerai gugat akibat suami terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) analisis Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan Perkara Nomor 770/Pdt.G/2010

0 4 118

Hak Waris Anak Murtad (Analisis Putusan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Utara Nomor: 84/Pdt.P/2012/PA.JU)

1 18 0

Murtad sebagai Penghalang Hadhanah

0 14 206

BAB II KARAKTER HADHANAH PADA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MEDAN DARI TAHUN 2010-2012 1. Perceraian Dan Akibat Hukum Terhadap Anak a. Perceraian - Analisis Hadhanah Pada Putusan Hadhanah Di Pengadilan Agama Medan (Studi Putusan Pengadilan Agama Medan Tahun 20

0 0 31

BAB I PENDAHULUAN H. Latar Belakang - Analisis Hadhanah Pada Putusan Hadhanah Di Pengadilan Agama Medan (Studi Putusan Pengadilan Agama Medan Tahun 2010-2012)

0 1 32

Analisis Hadhanah Pada Putusan Hadhanah Di Pengadilan Agama Medan (Studi Putusan Pengadilan Agama Medan Tahun 2010-2012)

0 2 14