6
2.5. Faktor Kondisi
Menurut Lagler 1977 in Effendie 1979 faktor kondisi merupakan keadaan atau kemontokkan ikan yang dinyatakan dalam angka-angka berdasarkan pada data
panjang dan berat. Faktor kondisi menunjukkan keadaan ikan dilihat dari kapasitas fisik untuk kelangsungan hidup dan reproduksi dan dari segi komersil berupa
kualitas dan kuantitas daging ikan untuk dikonsumsi. Effendie 1979 menyatakan bahwa nilai faktor kondisi suatu jenis ikan dipengaruhi oleh umur, makanan, jenis
kelamin, dan tingkat kematangan gonad TKG. Tercapainya kematangan gonad untuk pertama kali akan menyebabkan terjadinya penurunan kecepatan pertumbuhan
karena sebagian dari makanan digunakan untuk perkembangan gonad. Menurut Lumbanbatu 1979 in Saepudin 1999 bahwa nilai faktor kondisi dapat
dipengaruhi oleh aktifitas pemijahan atau kepadatan populasi ikan di suatu perairan. Ikan yang tinggal dalam lingkungan dengan tingkat kepadatan populasi yang tinggi
akan memiliki nilai faktor kondisi yang relatif rendah. Faktor kondisi akan meningkat ketika kepadatan populasi dalam lingkungan tersebut berkurang.
2.6. Aspek Reproduksi
Reproduksi pada ikan merupakan suatu tahapan penting dalam siklus hidupnya untuk menjamin kelangsungan hidup suatu spesies Effendie 2002. Menurut
Nikolsky 1963 aspek-aspek reproduksi berupa faktor kondisi, nisbah kelamin, ukuran ikan pertama kali matang gonad, indeks kematangan gonad, fekunditas, dan
diameter telur penting diketahui untuk kepentingan pengelolaan perikanan dan kelestarian spesies. Biologi reproduksi dapat memberikan gambaran tentang aspek
biologi yang terkait dengan proses reproduksi, mulai dari diferensiasi seksual hingga dihasilkannya individu baru Affandi dan Tang 2002.
2.6.1. Nisbah Kelamin
Menurut Bal dan Rao 1984, nisbah kelamin merupakan perbandingan ikan jantan dan ikan betina dalam suatu populasi, yang mana nisbah 1:1 merupakan
kondisi yang ideal. Akan tetapi sering kali terjadi penyimpangan dari pola 1:1, antara lain karena adanya perbedaan pola tingkah laku bergerombol antara jantan
7 dan betina, perbedaan laju mortalitas, pertumbuhan, penyebaran ikan jantan dan
betina yang tidak merata, kondisi lingkungan serta faktor penangkapan.
2.6.2. Tingkat Kematangan Gonad TKG
Tingkat kematangan gonad TKG adalah tahap-tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan memijah. Penentuan tingkat kematangan gonad
antara lain dengan mengamati perkembangan gonad Effendie 1997. Faktor-faktor yang mempengaruhi saat pertama kali ikan matang gonad yaitu faktor dari dalam
dan luar. Faktor dalam antara lain adalah perbedaan spesies, umur, ukuran, serta sifat fisiologi ikan tersebut seperti kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan.
Faktor luar yang mempengaruhi adalah makanan, suhu dan arus Lagler et al., 1977. Menurut Effendie 2002 penentuan TKG dapat dilakukan secara morfologi
dan histologi. Penentuan secara morfologi dilihat dari bentuk, panjang dan warna, serta perkembangan isi gonad. Penentuan TKG secara histologi dapat dilihat dari
anatomi perkembangan gonadnya. Dalam proses reproduksi, awalnya ukuran gonad kecil, kemudian membesar dan mencapai maksimal pada waktu akan memijah,
kemudian menurun kembali selama pemijahan berlangsung sampai selesai Effendie 1979.
Tingkat kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan- ikan yang akan melakukan reproduksi dan yang tidak melakukan reproduksi
Effendie 2002. Pengetahuan TKG ini juga akan didapatkan keterangan waktu ikan itu memijah, baru memijah atau sudah selesai memijah. Dengan memperhatikan
perkembangan histologi gonadnya, akan diketahui anatomi perkembangan gonad lebih jelas dan mendetail Effendie 2002.
2.6.3. Indek Kematangan Gonad IKG
Indek kematangan gonad IKG adalah angka dalam persen yang menunjukkan perbandingan antara berat gonad dengan berat tubuh. IKG dapat
menggambarkan ukuran ikan pada waktu memijah. Indeks kematangan gonad akan semakin meningkat nilainya dan akan mencapai batas maksimum pada waktu akan
terjadi pemijahan. Kisaran IKG ikan betina lebih besar dibandingkan dengan kisaran IKG ikan jantan Effendie 2002.
8
2.6.4. Fekunditas
Fekunditas merupakan jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada waktu ikan memijah Effendie 2002. Menurut Nikolsky 1963 jumlah telur yang terdapat
di dalam ovarium ikan dinamakan fekunditas individu, fekunditas mutlak atau fekunditas total, sedangkan fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan berat
atau panjang. Royce 1972 mengemukakan bahwa fekunditas total diartikan sebagai jumlah telur yang dihasilkan oleh ikan selama hidupnya, sedangkan fekunditas
relatif adalah jumlah telur persatuan berat. Fekunditas individu adalah jumlah telur dari generasi tahun itu yang dikeluarkan pada tahun itu pula Nikolsky 1969.
Menurut makmur et al 2003 ikan yang umurnya relatif lebih muda yang baru pertama kali memijah, fekunditasnya juga relarif lebih sedikit dibandingkan dengan
ikan yang berumur relatif lebih tua yang telah memijah beberapa kali. Selain itu adanya fluktuasi fekunditas juga dapat disebabkan ikan-ikan yang didapat memiliki
ukuran yang tidak sama, sehingga ikan yang berukuran lebih besar juga akan mempunyai fekunditas yang lebih besar. Hubungan antara fekunditas dengan
panjang total memperlihatkan bahwa semakin panjang tubuh ikan semakin besar pula fekunditasnya.
Spesies ikan yang mempunyai fekunditas besar, pada umumnya memijah di daerah permukaan sedangkan spesies yang fekunditasnya kecil biasanya melindungi
telurnya dari pemangsa atau menempelkan telurnya pada tanaman atau habitat lainnya Nikolsky 1963.
2.6.5. Diameter Telur dan Pola Pemijahan
Diameter telur merupakan garis tengah atau ukuran panjang dari suatu telur yang diukur dengan mikrometer berskala yang sudah ditera. Ukuran diameter telur
dipakai untuk menentukan kualitas kuning telur Effendie 1997. Telur yang berukuran besar akan menghasilkan larva yang berukuran lebih besar dari pada telur
yang berukuran kecil. Perkembangan diameter telur semakin meningkat dengan meningkatnya tingkat kematangan gonad. Masa pemijahan setiap spesies ikan
berbeda-beda, ada pemijahan yang berlangsung singkat total spawner, tetapi banyak pula dalam waktu yang panjang partial spawner ada pada ikan yang
berlangsung sampai beberapa hari. Semakin meningkat tingkat kematangan, garis
9 tengah telur yang ada dalam ovarium semakin besar pula Effendie 1979. Ovarium
yang mengandung telur masak berukuran sama, menunjukkan waktu pemijahan yang pendek, sebaliknya waktu pemijahan yang panjang dan terus menerus ditandai
dengan banyaknya ukuran telur yang berbeda di dalam. Lama pemijahan dapat diduga dari frekuensi ukuran diameter telur. Ovarium
yang mengandung telur masak berukuran sama besar menunjukkan waktu pemijahan yang pendek sedangkan ovarium yang mengandung telur masak dengan
ukuran yang bervariasi menunjukkan waktu pemijahan yang panjang dan terus- menerus Hoar 1969 in Novitriana 2004. Menurut Brojo dkk 2001 gonad Pada
TKG IV ikan mulai memasuki masa pemijahan, sebagian diameter telur sudah lebih besar dibandingkan dengan diameter telur gonad pada TKG III.
2.7. Kualitas Air
Kondisi perairan sangat berpengaruh terhadap proses perkembangbiakan suatu organisme. Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
Effendie 1979. Ikan - ikan di perairan tropik hidup pada lingkungan yang hangat dengan fluktuasi suhu yang kecil sehingga ikan - ikan tersebut cenderung memiliki
pertumbuhan yang cepat dan siklus hidup yang singkat Moyle Cech 1988. Menurut Samuel et al. 2002, suhu perairan yang berada pada kisaran 25 - 29
C masih berada dalam batas wajar dan tidak membahayakan kehidupan ikan di daerah
tropik. Cholik et al. 1982 in Sinaga 1995 menyatakan bahwa suhu perairan di daerah tropik tidak banyak bervariasi dan yang terbaik untuk mendukung kehidupan
organisme perairan berada pada kisaran 25 - 32 C. Perubahan suhu lingkungan
yang cepat dan besar akan berakibat fatal bagi ikan. Enzim dalam tubuh ikan yang berfungsi merangsang metabolisme hidup dalam batas suhu tertentu, akan berhenti
beraktivitas jika terjadi perubahan suhu yang besar dan terjadi dalam waktu singkat Jangkaru
2002. Semakin tinggi suhu semakin meningkatkan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme akuatik yang selanjutnya meningkatkan
konsumsi oksigen. Suhu air maksimal yang dapat diikuti oleh perubahan suhu tubuh ikan adalah 40
C Jangkaru 2002. Kekeruhan dapat mempengaruhi proses fotosintesis karena bisa menghambat
intensitas cahaya matahari yang masuk ke kolom air. Selanjunya dapat
10 mempengaruhi pandangan dan pergerakan ikan sehingga ikan kesulitan untuk
mencari makan, memijah, ataupun beruaya intensitas cahaya matahari berperan sebagai perangsang alami untuk ikan dalam melakukan ruaya yang pada akhirnya
mempengaruhi pertumbuhan ikan itu sendiri Effendie 1997. Kekeruhan yang terjadi diduga disebabkan oleh adanya pencampuran massa
air oleh angin dan arus pada saat terjadi banjir. Selain itu, banyaknya partikel lumpur yang terbawa arus juga mempengaruhi kekeruhan perairan. Faktor - faktor kimia
perairan seperti pH, oksigen terlarut, dan alkalinitas dalam keadaan ekstrim mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pertumbuhan ikan, bahkan dapat
menyebabkan kematian. Fluktuasi pH suatu perairan sangat ditentukan oleh alkalinitas di perairan tersebut. Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai
alkalinitasnya Effendie 1997. Oksigen dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi metabolisme. Oleh karena
itu, kelangsungan hidup ikan sangat ditentukan oleh kemampuan memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya. Kandungan oksigen dalam air tawar pada
suhu 25 C yaitu 5.77 - 8.24 mgl dan mengalami penurunan pada suhu 30
C yaitu 5.28 - 7.54 mgl Fujaya 2004. Perairan yang mengandung oksigen terlarut kurang
dari 3 mgl mulai mengganggu kehidupan ikan Jangkaru 2002.
11
3. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengambilan sampel ikan dilakukan di perairan Lubuk Lampam, Sungai Lempuing yang terletak di Provinsi Sumatera Selatan pada bulan Oktober 2011 -
Desember 2011. Stasiun Penelitian terdiri atas sembilan stasiun yaitu stasiun 1 Sungai Lempuing Hilir, stasiun 2 Sungai Lempuing Tengah, Stasiun 3 Muara
Sungai Putat, stasiun 4 Muara Suok Buayo, stasiun 5 Suok Buayo 1, stasiun 6 Suok Buayo 2, stasiun 7 Lebung Proyek, stasiun 8 Lebak Proyek dan stasiun 9
Kanal PU.
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Sumber : BRPPU Palembang
3.2. Alat dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Bengkirai Bambu box trap untuk menangkap ikan, penggaris dengan ketelitian 1 mm ± 0,5
mm digunakan untuk mengukur panjang total dan panjang usus ikan, timbangan