KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

57 Kab Sumedang 9479 7.47 69526 7.24 Kab Indramayu 89 0.07 609 0.06 Kab Subang 113 0.09 517 0.05 Kab Purwakarta 833 0.66 4520 0.47 Kab Karawang 22 0.02 118 0.01 Kab Bekasi 3 0.00 18 0.00 Kab Bandung Barat 3046 2.40 13516 1.41 Kab Pangandaran 61 0.05 209 0.02 Kota Bogor 16 0.01 103 0.01 Kota Sukabumi 26 0.02 179 0.02 Kota Bandung 0.00 0.00 Kota Cirebon 1 0.00 2 0.00 Kota Bekasi 33 0.03 106 0.01 Kota Depok 0.00 0.00 Kota Cimahi 0.00 0.00 Kota Tasikmalaya 12 0.01 54 0.01 Kota Banjar 21 0.02 106 0.01 Total 126 828 100 959 932 100 Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2016 Tabel 9 menunjukkan berdasarkan luas panen dan produksi jagung terlihat sentra-sentra produksi jagung di Provinsi Jawa Barat adalah Kabupaten Garut, Majalengka, Sumedang, Bandung dan Sukabumi. Dari besaran persentase terhadap produksi total, Kabupaten Garut memberikan kontribusi terbesar 54.77 persen, diikuti Kabupaten Majalengka 12.30 persen, Kabupaten Sumedang 7,47 persen, Kabupaten Bandung 5.23 persen dan Kabupaten Sukabumi 4.86 persen. Sementara dari produksi total Kabupaten Garut tetap memberikan kontribusi terbesar yaitu 60.07 persen diikuti Kabupaten Majalengka, Sumedang, dan Sukabumi masing-masing sebesar 12.34 persen, 7.24 persen, dan 4.04 persen. Gambaran Umum Rumah Tangga Petani Jagung Karakteristik Rumah Tangga Petani Jagung Tabel 10 menunjukkan rata-rata umur petani PTT dan bukan PTT adalah sama yaitu 50 tahun. Pada kisaran umur menunjukkan kisaran umur 41-50 tahun memiliki nilai persentase terbesar yaitu 32.7 persen pada petani PTT dan 32.6 pada petani bukan PTT, disamping itu terdapat juga petani yang telah berumur lebih dari 60 tahun sebanyak 36 orang petani PTT dan 26 orang petani bukan PTT. Faktor usia merupakan salah satu indikator bagi keberhasilan suatu usahatani, dengan usia yang lebih mudaumur produktif akan memacu petani berusaha dengan daya juang optimal untuk mendapatkan hasil dan keuntungan yang lebih tinggi dan lebih mau menerima perubahan. Meskipun petani masih berada pada usia produktif, namun jika dilihat rata- rata umur menunjukkan sudah hampir memasuki umur yang tidak produktif lagi. Hal ini menunjukkan indikasi bahwa sektor pertanian tanaman pangan khususnya usahatani jagung kurang banyak diminati dan memberikan insentif bagi penduduk pedesaan usia produktif. 58 Pendidikan petani diperoleh dari pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Pendidikan non formal adalah pendidikan yang diperoleh petani melalui keikutsertaan dalam kegiatan-kegiatan penyuluhan, pelatihan, kursus budidaya usahatani jagung dalam satu tahun. Rata-rata tingkat pendidikan formal petani PTT dan petani bukan PTT adalah tidak tamat SMP 7 tahun, dengan persentase pendidikan terbesar setingkat SD 4-6 tahun masing-masing 63 persen pada petani PTT dan 65 persen pada petani bukan PTT. Selain itu, terdapat petani yang berpendidikan setingkat diplomasarjana walaupun relatif kecil jumlahnya 2,5 persen pada petani PTT dan 2,3 persen pada petani bukan PTT. Secara keseluruhan rata-rata tingkat pendidikan formal petani adalah tidak tamat SMP 7.14 tahun. Selanjutnya rata-rata keikutsertaan petani dalam pendidikan non formal secara keseluruhan sebanyak 8 kali, dengan rata-rata petani PTT sebanyak 11 kali dan petani bukan PTT sebanyak 5 kali. Rendahnya keikutsertaan pendidikan non formal pada petani bukan PTT diduga salah satu faktor disebabkan hampir 41 persen petani tidak menjadi anggota kelompok tani, dibandingkan dengan petani PTT yang 100 persenmenjadi anggota kelompok tani. Rata-rata pengalaman dalam berusahatani jagung secara keseluruhan sudah cukup lama yaitu 15,5 tahun. Pada petani PTT pengalaman terendah 4 tahun dan tertinggi 45 tahun dengan rata-rata pengalaman 18 tahun. Sedangkan pada petani bukan PTT pengalaman usahatani terendah 2 tahun dan tertinggi 28 tahun dengan rata-rata pengalaman 13 tahun. Cukup lamanya rata-rata pengalaman usahatani jagung yang lebih dari 15 tahun menunjukkan kegiatan usahatani telah dimulai pada usia yang relatif muda dan diwariskan oleh orang tua secara turun-temurun. Pengalaman-pengalaman empiris yang diperoleh petani dalam berusahatani merupakan guru terbaik dalam proses belajar di lapang, serta dengan bekal pengalaman yang cukup akan memudahkan petani untuk menerima dan memilih teknologi-teknologi yang lebih sesuai,tepat guna, dan efisien. Tabel 10.Jumlah petani jagung responden berdasarkan umur, pendidikan dan pengalaman usahatani jagung di Provinsi Jawa Barat tahun 2015 Kisaran Petani jagung PTT Petani jagung bukan PTT Total Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase Umur Petani tahun 20 – 30 3 1.85 2 1.45 5 1.67 31 – 40 30 18.52 28 20.29 58 19.33 41 – 50 53 32.72 45 32.61 98 32.67 51 – 60 45 27.78 37 26.81 82 27.33 60 31 19.14 26 18.84 57 19.00 Rata-rata Umur 162 50 100 138 50 100 300 50.4 100 Pendidikan Formal tahun – 3 7 4.32 3 2.17 10 3.33 4 – 6 102 62.96 93 67.39 195 65.00 7 – 9 31 19.14 27 19.57 58 19.33 10 – 12 18 11.11 12 8.70 30 10.00 12 4 2.47 3 2.17 7 2.33 Rata-rata Pendidikan Formal 162 7 100 138 7 100 300 7.2 100 Pendidikan Non Formal kali 1 – 4 7 4.32 74 53.62 81 27.00 5 – 8 46 28.40 41 29.71 87 29.00 59 9 – 12 60 37.04 14 10.14 74 24.67 12 49 30.25 9 6.52 58 19.33 Rata-rata Pendidikan Non Formal 162 11 100 138 5 100 300 8 100 Pengalaman Usahatani tahun 2 – 10 54 33.33 67 48.55 121 40.33 11 – 20 63 38.89 47 34.06 110 36.67 21 – 30 24 14.81 14 10.14 38 12.67 31 – 40 20 12.35 10 7.25 30 10.00 40 1 0.62 0.00 1 0.33 Rata-rata Pengalaman Usahatani 162 18 100 138 13 100 300 15.5 100 Sumber : Analisis data primer, 2015 Tabel 11 menunjukkan rata-rata tingkat pendidikan formal ibu rumah tangga pada petani PTT dan petani bukan PTT adalah tamat SD 6 tahun. Secara keseluruhan rata-rata tingkat pendidikan formal ibu rumah tangga petani PTT dan bukan PTT adalah tidak tamat SMP 6.6 tahun. Tingkat pendidikan ibu rumah tangga akan terkait dengan tingkat pengetahuannya terhadap jumlah dan alokasi konsumsi pangan rumah tangga. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu rumah tangga diharapkan pengetahuan tentang makanan yang bergizi akan meningkat yang pada akhirnya dapat meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga. Tabel 10 memperlihatkan karakteristik ibu rumahtangga dan anggota keluarga petani responden. Dari jumlah anggota rumahtangga yang masih menjadi tanggung jawab kepala keluarga petani bervariasi antara 1 hingga 8 orang dengan rata-rata jumlah anggota rumah tangga petani PTT dan bukan PTT sebanyak 4 orang. Anggota rumahtangga yang bekerja sebagai tulang punggung keluarga rata-rata berjumlah 1 orang yaitu kepala keluarga, sedangkan ibu rumahtangga selain bekerja membantu mengurusi keperluan keluarga, juga turut membantu kepala keluarga guna mendapatkan upah dengan bekerja sebagai buruh tani pada usahatani jagung saat penanaman, pemeliharaan pemupukan dan penyemprotan sertapemanenan. Sedangkan jika dalam rumahtangga terdapat anak yang sudah dewasa dan belum berumahtangga maka anak tersebut ikut serta bekerja sebagai buruh tani maupun buruh di luar pertanian. Besarnya anggota rumah tangga secara langsung tidak mencerminkan keterlibatan langsung berkerja pada sektor pertanian. Kuatnya faktor pendorong berupa insentif di luar sektor pertanian menyebabkan pemanfaatan anggota rumah tangga dalam kegiatan usahatani juga sangat terbatas. Tabel 11.Karakteristik anggota rumah tangga petani jagung responden di Provinsi Jawa Barat tahun 2015 Uraian Petani jagung PTT Petani jagung bukan PTT Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase Ibu rumah tangga 162 138 Rata-rata umur tahun 45 30.25 44 39.13 Rata-rata pendidikan tahun 6 68.90 6 78.26 Anggota rumah tangga 498 413 Rata-rata jumlah anggota keluarga 3 64.81 3 70.29 Rata-rata jumlah yang bekerja 2 19.11 1 12.34 Rata-rata jumlah anak sekolah 2 38.29 2 29.50 Sumber : Analisis data primer, 2015 60 Lahan merupakan faktor produksi utama dalam pertanian dan memiliki peranan strategis dalam peningkatan produksi dan pendapatan. Rata-rata penguasahaan lahan petani pada usahatani jagung relatif kecil yaitu sebesar 0,34 ha. Rata-rata penguasahan lahan petani PTT seluas 0,41 ha dengan penguasahaan lahan terkecil 0,04 ha dan terluas 1 ha. Sementara itu pada petani bukan PTT rata-rata penguasahaan lahan seluas 0,26 ha dengan penguasahaan lahan terluas 1 ha dan terkecil 0,013 ha. Dari sisi penguasaan lahan garapan untuk usahatani jagung sebagian besar lahan adalah pemilik penggarap 80.00 persen hanya sedikit petani yang berstatus sebagai penyakap atau penggarap dengan bagi hasilsewa 20.00 persen. Pada petani PTT status penguasaan lahan masih didominasi pemilik penggarap 80.86 persen dan sisanya 19.14 persen berstatus bagi hasilsewa. Sedangkan pada petani bukan PTT penguasaan lahan sebagian besar berstatus pemilik penggarap 78.99 persen dan sisanya berstatus bagi hasilsewa 21.01 persen. Luas dan status kepemilikan lahan petani jagung responden di provinsi Jawa Barat terdapat pada Tabel 12. Tabel 12.Luas dan status kepemilikan lahan petani jagung responden di Provinsi Jawa Barat tahun 2015 Kisaran Petani jagung PTT Petani jagung bukan PTT Total Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase Luas Lahan ha 0.10 - 0.25 69 42.59 82 59.42 151 50.33 0.26 - 0.50 42 25.93 44 31.88 86 28.67 0.51 - 0.75 28 17.28 5 3.62 33 11.00 0.76 - 1.00 22 13.58 7 5.07 29 9.67 1.00 1 0.62 0.00 1 0.33 Rata-rata Luas Lahan 162 0.41 100 138 0.26 100 300 0.34 100 Kepemilikan Lahan Pemilik Penggarap 131 80.86 109 78.99 240 80.00 Bagi HasilSewa 31 19.14 29 21.01 60 20.00 Jumlah 162 100 138 100 300 100 Sumber : Analisis data primer, 2015 Keanggotaan dalam kelompok tani Menurut Purwantoet al. 2007 kelompoktani adalah kumpulan petani-nelayan yang didasarkan atas kesamaan, keserasian satu lingkungan sosial budaya untuk mencapai tujuan yang sama. Sedangkan Hermantoet al. 2011 menyatakan kelompok tani merupakan kelembagaan di tingkat petani yang dibentuk untuk secara langsung mengorganisir para petani dalam berusahatani.Kementerian Pertanian mendefinisikan kelompok tani sebagai kumpulan petanipeternakpekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, sumber daya dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Kelompok tani dibentuk oleh dan untuk petani, guna mengatasi masalah bersama dalam usahatani serta 61 menguatkan posisi tawar petani, baik dalam pasar sarana maupun pasar produk pertanian. Kelompok tani berfungsi sebagai wadah belajar-mengajar bagi para anggota untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusahatani dengan produktivitas yang meningkat, pendapatan yang bertambah, dan kehidupan lebih sejahtera. Adapun fungsi kelompok tani adalah a sebagai wahana kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok tani, serta dengan pihak lain. Diharapkan melalui kerjasama ini usahataninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan; b sebagai unit produksi, yang dilaksanakan oleh masing- masing anggota kelompok tani secara keseluruhan sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas. Dari keanggotaan kelompok tani menunjukkan keseluruhan petani PTT 100 persen menjadi anggota kelompok tani, sedangkan pada petani bukan PTT terdapat 81 orang 58.70 persen menjadi anggota kelompok tani serta sisanya 41.30 persen 57 orang tidak menjadi anggota kelompok tani. Dengan demikian persentase petani jagung yang menjadi anggota kelompok tani lebih banyak dibandingkan petani yang tidak ikut dalam kelompok tani. Alasan-alasan yang dikemukakan petani untuk menjadi anggota kelompok tani sebagai berikut a meningkatkan pengetahuan pendidikan non formal; b meningkatkan aksesibilitas terhadap teknologi dan inovasi baru; c meningkatkan aksesibilitas terhadap bantuan kredit dan bantuan-bantuan lainnya, karena umumnya disalurkan melalui kelompok tani; d meningkatkan kemampuan manajerial petani; e mempererat persaudaran diantara petani. Namun ada juga petani yang belum merasakan manfaat berkelompok sehingga memutuskan untuk tidak menjadi anggota kelompok tani. Tabel 13. Keanggotaan dalam kelompok petani jagung responden di Provinsi Jawa Barat tahun 2015 Uraian Petani jagung PTT Petani jagung bukan PTT Total Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase Tidak ikut dalam keanggotaan - 57 41.30 57 19.00 Ikut dalam keanggotaan 162 100 81 58.70 243 81.00 Total 162 100 138 100 300 100 Sumber : Analisis data primer, 2015 Terkait akses petani terhadap kegiatan penyuluhan menunjukkan pada petani PTT sebanyak 100 persen mengakses penyuluhan dengan 60 petani 37.04 persen mengikuti penyuluhan sebanyak 9-12 kali pertahun dan 49 petani 30.25 persen mengikuti penyuluhan lebih dari 12 kali pertahun. Untuk petani bukan PTT sebanyak 45 petani 32.61 persen tidak mengakses penyuluhan dan sisanya 93 petani 67.39 persen mengakses penyuluhan. Kisaran banyaknya penyuluhan yang diikuti petani bukan PTT dalam setahun adalah sebanyak 1-4 kali 53.62 persen dan 5-8 kali 29.71 persen. Kelembagaan penyuluhan yang ada di lokasi penelitian sudah terbentuk dengan adanya BP4K Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan 62 Kehutanan di tingkat kabupaten dan BP3K Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan di tingkat kecamatan baik. Kelemahan yang ada selain materi penyuluhan yang belum beragam, juga jumlah sumberdaya manusia penyuluh pertanian lapangan PPL yang relatif masih kurang bila dibandingkan dengan luas daerah suluh yang menjadi tanggungjawabnya, serta infra struktur yang menunjang pekerjaan PPL. Di lokasi penelitian 1 orang petugas penyuluh bertanggungjawab terhadap 4 sampai 5 desa suluh, padahal pada UU Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani mensyaratkan untuk meningkatkan kinerja lembaga penyuluhan pertanian maka idealnya 1 orang penyuluh bertanggungjawab terhadap 1 desa suluh.Umumnya kegiatan penyuluhan di kelompok tani dilaksanakan 1 sampai dengan 2 kali dalam sebulanbertempat di masing-masing kelompok tani. Materi penyuluhan disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan anggota kelompok tani terkait budidaya teknis, program dinaspemerintah daerah, dan lain-lain. Tabel 14. Akses terhadap penyuluhan petani jagung di Provinsi Jawa Barat tahun 2015 Uraian Petani jagung PTT Petani jagung bukan PTT Total Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase Tidak mengakses penyuluhan 45 32.61 45 15 Mengakses penyuluhan 162 100 93 67.39 255 85 Total 162 100 138 100 45 15 Sumber : Analisis data primer, 2015 Akses terhadap kredit Keberadaan sumber kredit sangat penting dalam pengembangan produksi jagung terutama untuk petani berlahan sempit maupun petani yang tidak mempunyai lahan. Kredit digunakan petani baik untuk tujuan produksi, kegiatan ekonomi lainnya, dan memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga. Berdasarkan organisasi lembaga penyalur kredit dapat dikelompokan ke dalam tiga bagian, yaitu: a lembaga kredit formal seperti Koperasi Unit Desa KUD, Bank Perkreditan Rakyat BPR, Bank Rakyat Indonesia BRI dan lembaga pegadaian; b lembaga kredit informal seperti pedagang hasil pertanian, tengkulak, pedagang sarana produksi; dan c kredit program pemerintah seperti Kredit Ketahanan Pangan dan Energi KKPE, Kredit Usaha Tani KUT, Kredit Usaha Rakyat KUR dan lain-lain. Petani mengakses kredit melalui lembaga formal maupun lembaga informal. Untuk mendapatkan kredit dari bank, petani harus memiliki jaminanagunan dan cara pengembaliannya dengan pembayaran angsuran per bulan. Dengan adanya syarat jaminanagunan tersebut membuat petani kecil atau petani yang tidak mempunyai lahan tidak dapat mengakses kredit ke perbankan. Lembaga kredit yang sudah lama terbentuk di lokasi penelitian adalah lembaga kredit informal dimana lembaga ini tidak dibangun oleh pemerintah tetapi berdiri sendiri sejalan dengan tumbuhnya permintaan dari petani. Yang dijadikan pertimbangan dalam pemberian kredit lembaga ini adalah aspek kepercayaan trust. Karena aspek administrasi tidak terlalu rumit dan proses pencairan 63 dana yang cepat menyebabkan petani lebih menyukai untuk mengakses kredit dari lembaga informal. Pelunasan kredit biasanya dilakukan petani saat panen sehingga dikenal dengan istilah yarmen bayar setelah panen, dan setelah pelunasan maka pengambilan kredit dilakukan saat musim tanam berikutnya. Akses kredit petani jagung terdapat pada Tabel 15. Tabel 15. Akses terhadap kredit petani jagung responden di Provinsi Jawa Barat tahun 2015 Uraian Petani jagung PTT Petani jagung bukan PTT Total Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase Tidak mengakses kredit 148 91.36 136 98.55 284 94.67 Mengakses kredit 14 8.64 2 1.45 16 5.33 Total 162 100 138 100 300 100 Sumber : Analisis data primer, 2015 Dari hasil wawancara dengan petani responden menunjukkan secara keseluruhan jumlah petani PTT dan petani bukan PTT yang tidak mengakses kredit sebanyak 284 petani 94.67 persen dan 16 petani 5.33 persen yang mengakses kredit. Beberapa alasan dikemukakan petani untuk tidak mengakses kredit adalah ; 1 kekhawatiran tidak dapat membayar atau melunasi kredit saat jatuh tempo; 2 masih mempunyai cukup modal guna pembelian sarana produksi pertanian; 3 kekhawatiran jika lahannya diambil apabila tidak dapat melunasi kredit.

6. ANALISIS USAHATANI DAN STRUKTUR PENDAPATANRUMAH

TANGGA PETANI JAGUNG Keragaan Usahatani Keragaan teknologi PTT jagung di tingkat petani Budidaya jagung di Jawa Barat umumnya dilakukan pada lahan sawah dan lahan kering namun lebih banyak dilakukan petani pada lahan kering. Pola tanam lahan kering di Kabupaten Garut adalah i jagung –jagung - bera; ii jagung - kacang tanah - bera; dan iii jagung – cabe - bera. Pada Kabupaten Sukabumi pola tanam lahan kering adalah i jagung – jagung - bera dan ii padi - jagung+kacang tanah+ubi kayu. Pada tanaman padi lebih banyak digunakan petani untuk keperluan konsumsi rumah tangga, demikian juga halnya dengan tanaman kacang tanah, ubi kayu, cabe. Sedangkan tanaman jagung lebih banyak dijual petani cash crop untuk menambah pendapatan rumah tangga. Pada petani responden di Kabupaten Garut dan Sukabumi, budidaya jagung dilaksanakan di agroekosistem lahan kering dengan sumber air berasal dari air hujan ataupun beberapa aliran sungai. Apabila terjadi musim kemarau yang cukup panjang mengakibatkan aliran air pada sungai tersebut menjadi kering, sehingga sumber air 64 utama masih tetap dominan berasal dari air hujan. Usahatani jagung telah lama dilakukan oleh petani responden, hal ini terlihat dari rata-rata pengalaman usahatani yakni selama 15 tahun. Padaaspek teknologi jagung, petani responden telah lama mengenal teknologi budidaya jagung karena teknologi tersebut selain berasal dari internal petani yang turun temurun diturunkan dari keluarga, juga berasal dari eksternal petani seperti teknologi introduksi dari Dinas Pertanian maupun instansi-instansi terkait yang diimplementasikan melalui program-program kegiatan pelatihan, penyuluhan, demplot lapang, dan kegiatan penelitian partisipatif yang melibatkan petani. Salah satu introduksi teknologi budidaya jagung adalah penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu PTT jagung yang pada lokasi penelitian telah diimplementasikan sejak tahun 2009. Komponen teknologi yang diterapkan dalam PTT jagung dikelompokkan ke dalam teknologi dasar dan teknologi pilihan. Komponen teknologi dasar sangat dianjurkan untuk diterapkan di semua areal pertanaman jagung. Sedangkan penerapan komponen teknologi pilihan disesuaikan dengan kondisi, kemauan, serta kemampuan petani setempat. Adapun komponen teknologi dasar adalah : 1 varietas unggul baru, hibrida atau komposit; 2 benih bermutu dan berlabel; 3 populasi 66.000-75.000 tanamanha; dan 4 pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah. Adapun komponen teknologi pilihan adalah 1 penyiapan lahan; 2 pembuatan saluran drainase di lahan kering pada musim hujan; 3 pemberian bahan organik; 4 pembumbunan; 5 pengendalian gulma secara mekanis atau dengan herbisida kontak; 6 pengendalian hama dan penyakit; dan 7 panen tepat waktu dan pengeringan segera. Keragaan komponen teknologi petani PTT dan petani bukan PTT usahatani jagung di Provinsi Jawa Barat terdapat pada Tabel 16. Tabel 16. Komponen teknologi petani PTT dan petani bukan PTT usahatani jagung di Provinsi Jawa Barat tahun 2015 Komponen Anjuran Petani PTT Petani bukan PTT VUB Hibrida dan komposit hibrida hibrida, komposit, lokal Benih bermutu dan berlabel Daya kecambah95 berlabel berlabel dan tidak berlabel Diberi metalaksil 2 gr tidak dilakukan tidak dilakukan Penyiapan lahan Olah Tanah Sempurna OTS pada lahan kering menggunakan cangkul, digaru dan disisir hingga rata dengan garpu menggunakan cangkul, tidak digaru dan disisir Kebutuhan benih 15-20 kgha 18.74 kgha 23.86 kgha Populasi 66.000-75.000 tanha Jarak tanam 75x40 cm 2 bijilubang 75x40 cm 2 bijilubang 80x40 cm 2 bijilubang Jarak tanam 75x20 cm 1 bijilubang 75x20 cm 1 bijilubang 80x20 cm 2 bijilubang Pemupukan Pemupukan I : 7 HST Pemupukan II : 30-35 HST Pemupukan I : 7 HST Pemupukan II : 30 HST Pemupukan I : 10 HST Pemupukan II : 37 HST Pemupukan III : 40-45 HST dengan Bagan Warna Daun BWD tidak dilakukan tidak dilakukan Urea : 300-350 kgha 333 kgha 458 kgha NPK Phonska : 200 kgha 248 kgha 347 kgha Bahan organik Pupuk kandang 1.5-2 tonha 508 kgha 407 kgha Saluran drainase Pembuatan saluran dilakukan diantara tidak dilakukan 65 drainase barisalur tanaman dengan cangkul Gulma Mekanis dan herbisida kontak dilakukan saat penyiangan I dan II dengan cara manual dilakukan saat penyiangan I dan II dengan cara manual Hama dan Penyakit PHT menggunakan pestisida kimia menggunakan dan tidak menggunakan pestisida kimia Panen tepat waktu dan pengeringan segera Kelobot tongkol telah mengeringberwarna coklat; biji telah mengeras; terbentuk lapisan hitam minimal 50 pada setiap baris biji saat kelobot mengering dan biji keras Saat kelobot mengering dan biji keras Sumber : Analisis data primer, 2015 diolah Dari hasil wawancara dan observasi dengan petani responden dan petugas penyuluhan BP3K tingkat kecamatan, dapat dijelaskan bahwa bahwa pada petani PTT telah menerapkan komponen teknologi dasar dan pilihan PTT jagung namun terdapat beberapa komponen yang belum sesuai anjuran disebabkan karena keterbatasan modal. Sementara pada petani bukan PTT terdapat 81 petani 58.7 persen menjadi anggota kelompok tani dan 93 petani 67.39 persen mengakses penyuluhan, walaupun petani tidak ikut program PTT jagung namun karena petani menjadi anggota kelompok tani dan mengakses penyuluhan, maka komponen teknologi PTT dasar dan pilihan diketahui oleh petani dan diterapkan dalam usahatani jagung meskipun belum sesuai anjuran. Pada petani bukan PTT yang tidak menjadi anggota kelompok tani maupun tidak mengakses penyuluhan karena terjadi proses penyebaran informasi dalam kehidupan bermasyarakat maka teknologi PTT jagung pada akhirnya juga dapat diketahui. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada petani PTT dan petani bukan PTT tidak terdapat perbedaan teknologi budidaya usahatani jagung. Hal terpenting dalam penerapan suatu teknologi di tingkat petani adalah belum diterapkannya teknologi tersebut secara disebabkan kendala kemampuan finansial rumah tangga petani yang berbeda-beda. Kariyasa et al.2013 menyatakan meskipun petani pada umumnya menerapkan komponen teknologi PTT, namun dalam pelaksanaan beberapa komponen tertentu tidak sepenuhnya optimal. Sementara Sudana et al. 2012 menyebutkan faktor yang menjadi penentu bagi petani dalam mengadopsi teknologi adalah tingkat produktivitas dan biaya produksi. Makin tinggi tingkat produktivitas maka peluang adopsi teknologi makin besar sementara makin tinggi biaya produksi menyebabkan peluang adopsi teknologi makin rendah. Penggunaan varietas unggul baru VUB digunakan petani karena mempunyai beberapa keunggulan diantaranya berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama penyakit dan deraan lingkungan setempat serta memiliki sifat khusus tertentu. VUB jagung hibrida yang digunakan petani di lokasi penelitian antara lain Bima 4, Bima 5, Bima 6, Bisi 2, NT 10, NK 22, NK 33, Pioner 29, dan Pioner 30. Penggunaan VUB akan memberikan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas unggul lama. Sebanyak 100 persen 168 petani PTT menggunakan benih hibrida berlabel, sedangkan pada petani bukan PTT terdapat 73.19 persen 101 petani menggunakan benih hibrida berlabel dan sisanya sebanyak 26.81 persen 37 petani menggunakan benih komposit atau lokal. Benih hibrida berlabel yang digunakan petani responden adalah Bisi 2, Pioner 30, Pertiwi, NT 10, NK 22, dan NK 33 yang diperoleh dari toko atau warung 66 yang menjual sarana produksi pertanian di lokasi penelitian. Sedangkan benih komposit diperoleh petani dari benih hibrida berlabel yang ditanam selama dua musim tanam. Adapun benih lokal didapat dari kelompok tani atau petani lainnya. Penggunaan benih hibrida pada petani PTT telah sesuai dengan anjuran yakni sebesar 18.74 kgha. Kegiatan penyiapan lahan pada petani PTT dan bukan PTT dilaksanakan petani seminggu setelah musim hujan tiba dengan menggunakan peralatan sabit, parang, cangkul dan garpu. Lahan dibersihkan terlebih dahulu dari tumbuhan pengganggu perdu dengan sabit atau parang. Setelah lahan dibersihkan dari tumbuhan pengganggu, dilanjutkan dengan pengolahan tanah dengan cangkul dilanjutkan dengan garusisir serta perataan sampai lahan siap ditanami. Ini dimaksudkan untuk memberikan media tumbuh perakaran yang baik untuk tanaman jagung. Pada petani bukan PTT kegiatan menggarusisir tidak dilakukan, biasanya tanaman jagung ditanam setelah lahan dibersihkan dan dicangkul. Kegiatan penyiapan lahan dilakukan oleh tenaga kerja dalam dan luar keluarga, namun pada petani PTT lebih banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga. Kegiatan penanaman jagung dilakukan selama dua musim tanam dalam setahun. Pada musim tanam pertama variasi jarak tanam yang digunakan petani PTT adalah 75 cm x 40 cm dan 75 cm x 20 cm. Terdapat 80 persen petani PTT menggunakan jarak tanam 75 cm x 40 cm 2 bijilubang. Sedangkan pada petani bukan PTT variasi jarak tanam yang digunakan adalah 80 cm x 40 cm dan 80 cm x 20 cm dengan hampir 70 persen petani menggunakan jarak tanam 80 cm x 40 cm 2 bijilobang. Pada musim tanam kedua dengan pertimbangan jumlah curah hujan mulai berkurang, maka baik petani PTT dan bukan PTT menggunakan jarak tanam yang lebih rapat dibanding jarak tanam pada musim tanam pertama masing-masing 75 cm x 20 cm 1 bijilubang dan 80 cm x 20 cm 2 bijilubang. Dengan jarak tanam yang rapat diharapkan penguapan air dipermukaan tanah menjadi berkurang sehingga kelembaban tanah tetap terjaga. Kelembaban tanah yang terjaga sangat diperlukan tanaman jagung untuk pertumbuhan. Pemupukan tanaman dilakukan dua kali dalam satu musim tanam. Pada petani PTT pemupukan pertama dilaksanakan 7 hari setelah tanam HST dan pemupukan kedua 30 HST. Untuk petani bukan PTT pemupukan pertama dilakukan 10 HST dan pemupukan kedua 37 HST. Waktu pemupukan yang dilakukan petani PTT telah sesuai dengan anjuran komponen teknologi PTT jagung. Untuk pemupukan ketiga 40-45 HST berdasarkan bagan warna daun BWD tidak dilakukan petani. Alasan yang dikemukan petani saat wawancara menyatakan BWD untuk pemupukan belum disuluhkan oleh penyuluh pertanian lapangan sehingga hal ini tidak dilaksanakan petani. Pupuk yang digunakan petani responden adalah pupuk tunggal urea dan pupuk majemuk NPK phonska 15:15:15:10 berbentuk padat dan pupuk organik berupa pupuk kandang. Rata-rata penggunaan pupuk urea di tingkat petani PTT sudah sesuai anjuran yaitu sebesar 333 kgha, sedangkan pada petani bukan PTT rata-rata penggunaan pupuk urea sebesar 458 kgha lebih tinggi 133 kg atau 40.92 persen dari rata-rata dosis anjuran. Pada rata-rata dosis anjuran pupuk NPK terlihat bahwa baik pada petani PTT maupun petani bukan PTT melebihi dari dosis anjuran masing-masing sebesar 48 kg 24 persen dan 147 kg 75.5 persen. Sementara penggunaan pupuk organik berupa pupuk kandang masih belum memenuhi dosis anjuran sebesar 1.5-2 tonha baik pada petani PTT maupun petani bukan PTT. Tanaman jagung selain peka terhadap kekeringan juga peka terhadap kelebihan air. Dalam kondisi curah hujan tinggi, air yang menggenang akan menyebabkan tanaman jagung layu dan mati. Untuk mengantisipasi terjadinya genangan 67 air pada pertanaman maka perlu dibuat saluran drainase. Pembuatan saluran drainase dapat dilakukan pada setiap baris tanaman atau setiap dua baris tanaman. Pembuatan saluran drainase sebaiknya dikerjakan bersamaan dengan penyiangan pertama 14-20 HST untuk penghematan tenaga. Pada petani PTT pembuatan saluran drainase dilakukan diantara barisalur tanaman dengan cangkul saat penyiangan pertama. Sementara pembuatan drainase pada petani bukan PTT tidak dilakukan. Sementara itu walaupun dengan dosis yang belum berimbang, pengendalian hama tanaman jagung juga dilakukan petani PTT dan bukan PTT dengan menggunakan jenis-jenis pestisida seperti furadan, decis, curacron, regent, thiodan, avidor, dursban, dan score. Di lokasi penelitian hama yang menyerang tanaman jagung adalah hama penggerek batang jagung, ulat tongkol, ulat tanah, dan ulat grayak sedangkan penyakit seperti busuk kelobot, bercak daun, dan busuk tongkol belum ditemukan menyerang tanaman jagung. Pada pengendalian gulma dilakukan petani PTT dan bukan PTT dengan cara manual menggunakan peralatan seperti parang, sabitarit dan koredcungkir. Kegiatan pengendalian gulma dilakukan petani saat melakukan kegiatan penyiangan pertama dan kedua. Pada saat panen jagung terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan a panen dilakukan jika kelobot tongkol telah mengering atau berwarna coklat, biji telah mengeras, dan telah terbentuk lapisan hitam minimal 50 pada setiap baris biji; b panen lebih awal atau pada kadar air biji masih tinggi menyebabkan biji keriput, warna kusam, dan bobot biji lebih ringan, c terlambat panen apalagi saat musim hujan dapat mengakibatkan tumbuhnya jamur bahkan biji berkecambah. Kegiatan panen jagung petani PTT dan bukan PTT baik pada musim tanam pertama dan kedua dilakukan rata- rata 111-112 HST dengan kisaran antara 98-130 HST. Pemanenan dilakukan secara manual petik tongkol dan tebas lalu dimasukkan ke dalam karung dan dibawa kerumah. Setelah itu jagung dijemur di terpal atau plastik dan penjemuran dilakukan di halaman rumah. Rata-rata jagung dijemur sebelum dipipil adalah 3 hari dengan kisaran antara 2 –7 hari. Pemipilan jagung dilakukan secara manual menggunakan pisau dan umumnya dikerjakan oleh tenaga kerja dalam keluarga. Apabila jagung hendak dijual maka jagung disimpan di rumah dengan rata-rata penyimpanan selama 7 hari seminggu. Hasil panen jagung oleh petani PTT dan bukan PTT lebih banyak dijual kepada tengkulak 59 persen, pedagang pengumpul 37 persen. Meskipun ada juga petani yang menjual hasil panennya ke kelompok tani melalui ketua kelompok tani 2 persen dan ke pasar di kecamatan 2 persen. Alasan petani menjual kepada tengkulak dan pedagang pengumpul disebabkan pihak tengkulak dan pedagang pengumpul datang langsung ke petani, proses transaksi mudah dan tidak rumit, serta apabila petani ingin meminjam dana untuk pembelian saprodi pada musim tanam berikutnya, proses ini dilakukan petani saat penjualan hasil panen sehingga secara tidak langsung telah tercipta ikatan dengan tengkulak dan pedagang pengumpul. Petani tidak menjual hasil panen ke pasar karena ada konsekwensi terhadap biaya transportasi yang harus dikeluarkan petani. Dengan demikian komoditi jagung dianggap sebagai tanaman cash crop di tingkat petani, dalam artian jagung lebih banyak dijual petani untuk mendapatkan pendapatan rumah tangga. Input produksi pada usahatani jagung meliputi lahan, benih, tenaga kerja, pupuk, dan pestisidaseperti terdapat pada Tabel 17. Tabel 17. Jumlah petani jagung yang menggunakan input produksi pada usahatani jagung di Provinsi Jawa Barat tahun 2015 68 Uraian Petani Jagung SLPTT Petani Jagung Bukan SLPTT Total Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase Lahan 162 100 138 100 300 100 Benih 162 100 138 100 300 100 Tenaga kerja 162 100 138 100 300 100 Urea 162 100 138 100.00 300 100 Phonska 138 85.19 105 76.09 243 81.00 Pupuk kandang 79 48.77 52 37.68 131 43.67 Pestisida 67 41.36 30 21.74 97 32.33 Sumber : Analisis data primer, 2015 diolah Pemberian pupuk, baik pupuk organik maupun anorganik pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman. Untuk efisiensi pemberian pupuk maka pemupukan dilakukan secara berimbang, artinya pemberian berdasarkan kepada keseimbangan antara hara yang dibutuhkan oleh tanaman jagung berdasarkan sasaran tingkat hasil yang ingin dicapai dengan ketersediaan hara dalam tanah. Mengingat beragamnya kondisi kesuburan tanah antara lokasi satu dengan lainnya, maka takaran dan jenis pupuk yang diperlukan untuk lokasi-lokasi tersebut tentu akan berbeda pula. Oleh karena itu, pemupukan berimbang sering pula disebut pemupukan atau pengelolaan hara spesifik lokasi.Sumber hara alami dapat berasal dari tanah, pupuk kandang, sisa tanaman, dan air irigasi. Pupuk kimia anorganik pada dasarnya hanya untuk memenuhi kekurangan hara alami yang diperlukan tanaman. Untuk itu waktu pemberian dan takaran pupuk yang diberikan hendaknya disesuaikan dengan umur tanamanstadia pertumbuhan tanaman. Dalam menggunakan pupuk terjadi tumpang tindih antara pupuk urea dengan pupuk phonska. Hal ini disebabkan petani menganggap dengan pemberian pupuk urea saja tidak cukup untuk pertumbuhan tanaman sehingga dosis pupuk perlu ditambah melalui pemberian pupuk phonska. Tabel 17 menunjukkan dalam penggunaan input pada usahatani jagunghampir semua petani menggunakan pupuk urea. Pupuk urea digunakan petani karena harga pupuk urea yang terjangkau dan terdapat anggapan di tingkat petani bahwa apabila tanaman jagung tidak menampakkan warna hijau maka tanaman harus diberikan pupuk urea agar produksi dapat optimal. Input produksi usahatani jagung Penggunaan input usahatani jagung pada petani PTT maupun petani bukan PTT Tabel 18 menunjukkan rata-rata produksi dihasilkan petani PTT sebesar 6,458 kgha lebih tinggi 1,163 kg atau 18.01 persen daripada rata-rata produksi petani bukan PTT. Kisaran luas lahan yang ditanami jagung petani PTT berkisar antara 0.04 ha sampai 1 ha dengan rata-rata sebesar 0.41 ha. Sementara pada luas lahan yang ditanami jagung oleh petani bukan PTT berkisar antara 0.013 ha sampai 1 ha dengan rata-rata sebesar 0.26 ha. Rata-rata luas lahan petani PTT lebih tinggi 0.15 ha atau 36.58 persen daripada rata-rata petani bukan PTT. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah petani PTT mempunyai lahan relatif lebih luas jika dibandingkan dengan petani bukan PTT.