1.00 ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI

95 Koefisien yang terdapat pada hasil estimasi model regresi logistik menunjukkan arah pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Koefisien bernilai negatif menunjukkan bahwa variabel independen berhubungan negatif dengan variabel dependen dan sebaliknya. Tanda slope positif pada koefisien menunjukkan bahwa setiap peningkatan variabel independen akan meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga, sebaliknya slope negatif menunjukkan peningkatan variabel independen akan mengurangi ketahanan pangan rumah tangga. Untuk menginterpretasikan nilai dari hasil estimasi logit, harus ditransformasi dulu ke dalam bentuk antilogaritma natural sehingga mendapatkan nilai odds ratio. Odds ratio ini yang dapat diinterpretasikan sebagai nilai yang menunjukkan nilai pengaruh perubahan variabel independen terhadap variabel dependen. Dari hasil wald test Tabel 36 terlihat variabel-variabel independen yang mempengaruhi tingkat ketahanan pangan rumah tangga adalah jumlah anggota keluarga, pendapatan total rumah tangga, dan dummy petani pada α = 0.01; variabel umur ibu rumah tangga pada α = 0.05; dan variabel tingkat efisiensi teknis produksi jagung dengan α = 0.1. Koefisien logit variabel jumlah anggota keluarga bernilai negatif yang artinya meningkatnya jumlah anggota rumah tangga akan menurunkan probabilitas ketahanan pangan rumah tangga. Nilai odds ratio menunjukkan setiap terjadi kenaikan jumlah anggota rumah tangga maka akan mengurangi peluang tingkat ketahanan pangan sebesar 0.026 kali. Hasil ini sesuai dengan penelitian Nurlatifah 2011, Manaf 2012, Wulandari 2013, Suharyanto 2014, dan Ibok et al. 2014 yang menyebutkan bahwa peningkatan jumlah anggota rumah tangga akan menurunkan tingkat ketahanan pangan rumah tangga. Semakin besar jumlah anggota suatu rumah tangga akan berdampak pada semakin besarnya jumlah pendapatan yang dibelanjakan untuk kebutuhan pangan sehingga proporsi pengeluaran pangan akan semakin besar pula. Kondisi ini berdampak pada semakin tidak tahan pangan rumah tangga tersebut. Sedangkan semakin kecil jumlah anggota rumah tangga akan semakin kecil juga bagian pendapaatan yang dibelanjakan untuk pangan sehingga berdampak pada semakin tahan pangan rumah tangga tersebut. Koefisien logit tingkat pendidikan ibu rumah tangga bernilai positif namun tidak signifikan meningkatkan probabilitas ketahanan pangan rumah tangga. Sebaliknya variabel umur ibu rumah tangga koefisien logitnya bernilai positif serta signifikan pada taraf 5 persen. Nilai odds ratioumur ibu rumah tangga sebesar 3.225berarti peningkatan probabilitas ketahanan pangan rumah tangga akan meningkat sebesar 3.225 kali apabila terjadi peningkatan umur ibu rumah tangga. Hasil ini sesuai dengan penelitian Junaidi et al. 2014 menyebutkan pendidikan ibu rumah tangga tidak signifikan namun umur ibu rumah tangga signifikan mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga petani padi di lahan rawa lebak desa Ulak Segelung dan desa Sakatiga Kecamatan InderalayaKabupaten Ogan Ilir Propinsi Sumatera Selatan. Sebagaimana diuraikan sebelumnya pada karakteristik rumah tangga petani, persentase terbesar pendidikan ibu rumah tangga adalah tamat SD sebesar 49.67 persen, diikuti tidak tamat SD sebesar 21.67 persen dan tamat SMP sebesar 18.67 persen. Sedangkan persentase terkecil tingkat pendidikan adalah ≥ SεA sebesar 1.67 persen dan tamat SMA sebesar 8.33 persen. Rata-rata umur ibu rumah tangga adalah 44.17 tahun dengan kisaran tertinggi terdapat pada kelompok umur 31-50 tahun sebesar 64 persen yang masih dalam kelompok usia produktif. Ibu rumah tangga memiliki peran 96 strategis dalam mewujudkan ketahanan pangan keluarga terkait pengaturan dan pemanfaatan konsumsi pangan, pengeluaran pangan, serta sebagai pencari nafkah tambahan keluarga selain suami. Pengaturan konsumsi pangan akan menentukan diversifikasi pangan keluarga. Pada usia yang masih produktif memungkinkan seorang ibu dapat mewujudkan ketahanan pangan melalui upaya diversifikasi pangan untuk ketercukupan gizi keluarga dengan ditunjang oleh pendapatan rumah tangga yang memadai. Koefisien logit variabel pendapatan usahatani jagung dan pendapatan total rumah tangga keluarga bernilai positif. Ini berarti meningkatnya pendapatan usahatani jagung dan pendapatan total rumah tangga akan meningkatkan probabilitas ketahanan pangan rumah tangga. Nilai odds ratio pendapatan usahatani jagung sebesar 1.492 berarti apabila terjadi peningkatan pendapatan usahatani jagung maka akan meningkatkan probabilitas tingkat ketahanan pangan rumah tangga sebesar nilai odds rationya. Sedangkan nilai odds ratio pendapatan total rumah tangga sebesar 3.180 mempunyai arti peningkatan probabilitas ketahanan pangan rumah tangga akan meningkat sebesar 3.180 kali bila terjadi peningkatan pendapatan total rumah tangga. Pendapatan total rumah tangga dapat berasal dari pendapatan usahatani jagung, pendapatan usahatani selain jagung, dan pendapatan-pendapatan lainnya di luar usahatani off farm seperti pegawaikaryawanburuh pabrik, pedagang, buruh bangunan, pengrajin, dan lain-lain. Pendapatan rumah tangga merupakan variabel ekonomi yang berpengaruh terhadap ketahanan rumah tangga. Dengan meningkatnya pendapatan akan meningkatkan pula daya beli dan akses rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan pangan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Hutapea 2014, January 2014 dan Abu 2014 yang melaporkan peningkatan pendapatan rumah tangga akan meningkatkan tingkat ketahanan pangan rumah tangga. Koefisien logit variabel tingkat efisiensi teknis produksi jagung bernilai positip sebesar 1.102 dengan nilai odds ratio sebesar 3.010. Ini berarti apabila terjadi peningkatan efisiensi teknis produksi jagung maka akan meningkatkan tingkat ketahanan pangan rumah tangga sebesar 3.010 kali. Selanjutnya koefisien logit dummy petani juga bernilai positif sebesar 0.755 dengan nilai odds ratio 2.128. Ini juga berarti peluang rumah tangga petani PTT jagung untuk meningkatkan tingkat ketahanan pangan rumah tangga adalah sebesar 2.128 kali lebih tinggi dibandingkan dengan peluang rumah tangga petani bukan PTT jagung. Dengan keikutsertaan petani dalam PTT jagung, petani mendapatkan pengetahuan tentang teknik budidaya jagung yang baik sesuai prinsip-prinsip PTT jagung. Dalam kegiatan budidaya jagung pengetahuan tersebut diterapkan oleh petani sehingga dapat menghasilkan tingkat produktivitas yang lebih tinggi tinggi dibandingkan petani bukan PTT jagung. Tingkat produktivitas yang tinggi akan meningkatkan tingkat efisiensi teknis produksi jagung. Produksi jagung yang diperoleh kemudian dijual petani yang pada akhirnya menghasilkan pendapatan rumah tangga. Pendapatan rumah tangga petani digunakan untuk meningkatkan daya beli dan akses terhadap kebutuhan pangan rumah tangga. Pengaruh PTT Jagung terhadap KetahananPanganRumah Tangga