B. 3. Penyebab Kesepian LANDASAN TEORI

Berdasarkan durasinya, Young dalam Weiten Llyod, 2006 membedakan kesepian menjadi 3, yaitu: a. Transient loneliness kesepian sementara, meliputi kesepian yang singkat dan jarang terjadi, yang dapat dirasakan oleh banyak orang ketika kehidupan sosial mereka tidak memiliki alas an yang adekuat. b. Transitional loneliness kesepian transisi, terjadi ketika seseorang yang telah puas pada hubungan sosialnya yang sebelumnya menjadi kesepian setelah mengalami kerusakan dalam jaringan sosialnya karena kematian orang yang dicintai, perceraian, atau pindah ke daerah yang baru. c. Chronic loneliness kesepian menahun, merupakan suatu kondisi yang menyerang orang-orang yang tidak bisa puas terhadap jaringan interpersonalnya selama bertahun-tahun. Pada seorang janda yang ditinggal mati pasangannya, yang terjadi adalah kesepian emosional karena suami yang menjadi partner intimnya tidak ada lagi, dimana kesepian tersebut bersifat temporer dan berdasarkan durasinya maka kesepian yang dialaminya adalah kesepian transisi. Sears et al. 1999 mengatakan bahwa kesepian akibat berpisah dengan orang yang kita cintai dapat membangun suatu reaksi emosional seperti kesedihan, kekecewaan, bahkan rasa geram yang membuat seseorang marah pada lingkungan dan juga pada dirinya sendiri.

II. B. 3. Penyebab Kesepian

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan seseorang merasakan kesepian, yaitu Brehm, 2002: a. Ketidakadekuatan dalam hubungan yang dimiliki Universitas Sumatera Utara Ada beberapa alasan mengapa kita merasa tidak puas atas hubungan yang kita miliki. Rubenstein dan Shaver dalam Brehm, 2002 menyimpulkan beberapa alasan yang banyak dikemukakan oleh orang-orang yang merasakan kesepian, yaitu: 1 Tidak terikat: tidak memiliki pasangan suami atau istri; tidak memiliki partner seksual; berpisah dengan pasangan suami atau istri atau kekasih. 2 Terasing: merasa berbeda; tidak dimengerti; tidak dibutuhkan; tidak memiliki teman dekat. 3 Sendirian: pulang ke rumah tanpa ada orang di rumah; selalu sendirian 4 Isolasi yang dipaksakan: dikurung di rumah; dirawat inap di rumah sakit; tidak adanya transportasi. 5 Dislocation: jauh dari rumah; memulai pekerjaan atau sekolah baru; terlalu sering pindah; sering bepergian. Pada janda, kesepian yang dialaminya lebih disebabkan karena kehilangan pasangannya suaminya. b. Terjadi perubahan dalam apa yang diinginkan seseorang dari suatu hubungan Brehm 2002 menyimpulkan berdasarkan model Perlman dan Peplau tentang kesepian, kesepian dapat muncul karena perubahan dalam pemikiran kita tentang apa yang kita inginkan dari suatu hubungan. Pada suatu waktu dalam kehidupan kita, hubungan sosial kita mungkin sangat memuaskan sehingga kita tidak merasakan kesepian. Hubungan ini mungkin terus bertahan tetapi terjadi perubahan kepuasan karena apa yang kita inginkan juga mengalami perubahan. Universitas Sumatera Utara Menurut Peplau dkk. dalam Brehm, 2002 perubahan itu dapat muncul dari beberapa sumber yang berbeda, yaitu: 1 Perubahan suasana hati Jenis hubungan yang diinginkan seseorang ketika dia senang akan berbeda dengan jenis hubungan yang diinginkannya ketika dia sedih. 2 Usia Seiring dengan bertambahnya usia, perkembangan seseorang membawa perubahan yang akan mempengaruhi harapan atau keinginannya terhadap suatu hubungan. Jenis persahabatan yang sangat memuaskan ketika seseorang berusia 15 tahun dapat menjadi tidak memuaskan ketika dia berusia 25 tahun. 3 Perubahan situasi Banyak orang yang tidak menginginkan suatu hubungan emosional yang dekat ketika sedang mempersiapkan karirnya. Namun, ketika dia telah merasa puas terhadap karirnya, mereka akan merasakan kebutuhan yang besar akan suatu hubungan yang memiliki komitmen secara emosional. Jadi, apapun alasannya, kita akan merubah pemikiran kita tentang apa yang kita inginkan dari suatu hubungan, dan jika hubungan itu tidak turut berubah, maka kita akan mengalami kesepian. c. Self-esteem McWhirter, Rubenstein dan Shaver dalam Brehm, 2002 mengatakan bahwa kesepian berhubungan dengan self-esteem yang rendah. Orang yang mengatakan bahwa dia kesepian juga sering menganggap dirinya memalukan dan tidak pantas dicintai. Kemungkinan karena dia memiliki self-esteem yang rendah, orang yang Universitas Sumatera Utara merasa kesepian cenderung merasa tidak nyaman dalam situasi sosial yang beresiko. Untuk mengantisipasi ketidaknyamanan ini mendorong orang yang kesepian untuk mengurangi kontak sosialnya yang akan menyebabkannya kesulitan dalam membangun hubungan sosial untuk mengurangi kesepian yang dialaminya. d. Perilaku interpersonal Berbeda dengan orang yang tidak kesepian, orang yang kesepian menilai orang lain secara negatif Jones dkk. dalam Brehm, 2002. Mereka sangat tidak menyukai orang lain Rubenstein Shaver dalam Brehm, 2002; tidak percaya pada orang lain Vaux dalam Brehm, 2002; menginterpretasikan tindakan dan perhatian orang lain secara negatif Hanley-Dunn dkk. dalam Brehm, 2002; dan memiliki sikap bermusuhan Check dkk. dalam Brehm, 2002. Orang yang kesepian juga tidak memiliki kemampuan sosial yang baik dengan orang lain Solano Koester dalam Brehm, 2002. Dalam interaksi sosial, orang yang kesepian lebih pasif dibanding yang tidak kesepian, ragu-ragu untuk mengekspresikan opininya di depan publik Hansson Jones dalam Brehm, 2002, secara sosial mereka tidak responsif dan tidak sensitif Brehm, 2002. Dari hasi penelitian Jones, Hobbs, Hackenbury dalam Brehm, 2002 dapat dilihat orang yang kesepian itu mempunyai percakapan yang sedikit dengan orang lain, sedikit bertanya, lambat dalam merespon percakapan orang lain, kurang tertarik untuk melanjutkan topik diskusi. Orang yang kesepian juga kelihatan ragu untuk mengembangkan hubungan intimnya dengan orang lain, dan memiliki self- disclosure yang rendah Davis dalam Brehm, 2002. Selain itu, Check dkk. dalam Universitas Sumatera Utara Brehm, 2002 menambahkan bahwa laki-laki yang kesepian lebih agresif secara fisik dibandingkan yang tidak kesepian. Berdasarkan perilaku yang negatif dan janggal secara sosial atau perilaku yang tidak diinginkan, orang-orang yang kesepian akan mendatangkan reaksi yang negatif dari orang lain Brehm, 2002. Teman berbicara orang yang kesepian merasa bahwa dia tidak mengenal orang itu dengan baik Solano dkk. dalam Brehm, 2002 dan menganggap orang yang kesepian itu tidak mampu bersosialisasi Spitzberg Canery dalam Brehm, 2002. Selain itu, orang yang kesepian terlihat terperangkap dalam tingkat sosial yang menurun terus. Mereka menolak orang lain, tidak memiliki kemampuan sosial dalan berperilaku dengan orang lain, dan ditolak orang lain. e. Atribusi Kausal Menurut pandangan ini, kesepian akan terjadi lebih sering dan lebih lama ketika seseorang yakin bahwa karakteristik yang mereka miliki menyebabkan kesepian yang mereka rasakan Michela dalam Brehm, 2002. Dari tabel di bawah akan tampak perbedaan locus of causality terhadap kesepian. Tabel 1 Penjelasan Tentang Kesepian Stabilitas Locus of causality Internal Eksternal Stabil Saya kesepian karena saya tidak menarik. Saya tidak pernah pantas untuk dicintai. Orang-orang yang ada di sini bersikap sangat dingin dan impersonal. Tidak ada dari antara mereka yang dapat berbagi ketertarikan dengan saya. Saya rasa saya harus pindah dari sini. Tidak stabil Saya merasa kesepian sekarang, tetapi saya tidak ingin hal ini terus berlanjut. Saya ingin berhenti bekerja dan berjalan keluar serta bertemu dengan orang-orang yang baru. Semester pertama di perguruan tinggi merupakan masa yang terburuk. Saya yakin hal ini akan segera membaik. Universitas Sumatera Utara Sumber: diadaptasi dari Intimate Relationship hal. 413 oleh Sharon S. Brehm, New York:McGraw-Hill,Inc. Jenis atribusi internal yang stabil menggambarkan orang-orang yang depresi- dialah penyebab kesengsaraan yang dirasakannya dan hal tersebut tidak dapat diubah. Atribusi ini menghalangi seseorang untuk bertemu dengan orang lain dan menjalin pertemanan. Dalam atribusi eksternal yang tidak stabil menunjukkan adanya harapan bahwa keadaannya akan berubah menjadi lebih baik.

II. B. 4. Faktor yang Mempengaruhi Kesepian