SEM Scanning Electron Microscopy

16 akurasi dan reproduksibilitas berada dalam ± 1, mengukur berkisar dari 0,02 nm sampai 2000 nm dan dapat digunakan untuk pengukuran distribusi ukuran partikel emulsi, suspensi, dan bubuk kering Hossaen, 2000.

5. Analisis Zeta Potensial

Analisis zeta potensial adalah teknik untuk menentukan muatan permukaan dari nanopartikel dalam bentuk larutan atau koloid. Nanopartikel memiliki muatan permukaan yang menarik ion-ion dengan muatan berlawanan ke permukaan nanopartikel dan membentuk lapisan tipis. Dua lapisan ion-ion bergerak dengan nanopartikel yang tersebar di seluruh larutan. Potensial elektrik pada batas kedua lapisan disebut zeta potensial partikel dan memiliki nilai khas antara +100 mV sampai -100 mV. Besarnya nilai zeta potensial menunjukkan tingkat kestabilan koloid. Nanopartikel dengan nilai zeta potensial lebih besar dari +25 mV atau kurang dari -25 mV mempunyai derajat kesetabilan yang tinggi. Dispersi dengan nilai zeta potensial rendah akan cepat mengalami penggumpalan dari seharusnya untuk gaya tarik inter partikel Van Der Waals Ronson, 2012.

6. SEM Scanning Electron Microscopy

Elektron memiliki resolusi lebih tinggi daripada cahaya. Tingkat resolusi elektron dapat mencapai 0,1-0,2 nm sedangkan cahaya hanya mampu mencapai resolusi 200 nm. Selain itu elektron dapat menghasilkan beberapa jenis pantulan yang berguna untuk keperluan karakterisasi. Beberapa metode karakterisasi memanfaatkan sifat pantulan elektron tersebut. 17 SEM Scanning Electron Microscopy memberikan penjelasan yang detail dari permukaan, memberikan informasi mengenai ukuran dan bentuk yang homogen atau tidak dari bahan nanopartikel. SEM bekerja berdasarkan prinsip scan sinar elektron pada permukaan sampel, yang selanjutnya informasi yang didapatkan diubah menjadi gambar. Menurut Balaz, I. dalam Rindy Wulandary 2014, SEM memiliki jangkauan pandang yang luas terhadap objek yang diamati sehingga menghasilkan gambar detail permukaan objek yang jelas. Sumber cahaya pada SEM berupa elektron yang memiliki energi sangat besar, yaitu 1000 kali lebih kuat dibandingkan dengan energi dari cahaya tampak 23Ev. SEM mampu memperbesar bayangan hingga 400.000 kali dan mampu mencitrakan objek dengan kontras yang lebih baik. Pada SEM, gambar dibuat berdasarkan deteksi elektron baru elektron sekunder atau elektron pantul yang muncul dari permukaan sampel ketika permukaan sampel tersebut discan dengan sinar elektron. Elektron pantul yang terdeteksi selanjutnya diperkuat sinyalnya, kemudian besar amplitudonya ditampilkan dalam gradasi gelap-terang pada layar monitor CRT cathode ray tube. Di layar CRT inilah gambar struktur obyek yang sudah diperbesar bisa dilihat. Pada proses operasinya, SEM tidak memerlukan sampel yang ditipiskan, sehingga bisa digunakan untuk melihat obyek dari sudut pandang 3 dimensi. SEM menggunakan prinsip refleksi, dalam arti permukaan spesimen memantulkan berkas media. Teknik SEM merupakan pemeriksaan dan analisis permukaan. Data atau tampilan yang diperoleh merupakan data dari permukaan 18 atau dari lapisan yang tebalnya sekitar 20 µm dari permukaan. Gambar permukaan yang diperoleh merupakan gambar topografi dengan segala tonjolan dan lekukan permukaan. Gambar topogorafi diperoleh dari penangkapan pengolahan elektron sekunder yang dipancarkan oleh spesimen Aptika Oktaviana T.D., 2009. Ada beberapa sinyal yang penting yang dihasilkan oleh SEM, yaitu pantulan inelastis didapatkan sinyal elektron sekunder dan karakteristik sinar X, sedangkan dari pantulan elastis didapatkan sinyal backscattered electron. Perbedaan gambar dari sinyal elektron sekunder dengan backscattered adalah elektron sekunder menghasilkan topografi dari benda yang dianalisa, permukaan yang tinggi berwarna lebih cerah dari permukaan rendah, sedangkan backscattered elektron memberikan perbedaan berat molekul dari atom – atom yang menyusun permukaan, atom dengan berat molekul tinggi akan berwarna lebih cerah daripada atom dengan berat molekul rendah Rindy Wulandary, 2014.

7. Kromatografi Lapis Tipis

Dokumen yang terkait

Pengaruh Variasi Massa Serbuk Arang Dan Kalsium Karbonat (Caco3) Pada Proses Karburasi Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon Sedang

3 104 61

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI INFUS RIMPANG KUNCI PEPET (Kaempferia rotunda L.) SEBAGAI PENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Shigella dysentriae SECARA IN VITRO

1 5 1

Mempelajari bahan gel dan konsentrasi ekstrak kunci pepet (Kaempferia rotunda L.) sebagai gel repelan nyamuk serta karakteristik organoleptiknya.

0 0 28

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL EKSTRAK ETANOL TEMU KUNCI (Boesenbergia pandurata) PADA BERBAGAI VARIASI KOMPOSISI KITOSAN.

22 56 95

PENGEMBANGAN PRODUK NANOPARTIKEL FRAKSI AKTIF RIMPANG TUMBUHAN KUNCI PEPET (KAEMPFERIA ROTUNDA) SERTA UJI AKTIVITASNYA TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA T47D.

0 0 1

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL EKSTRAK ETANOL TEMU KUNCI (Boesenbergia pandurata) PADA BERBAGAI VARIASI KOMPOSISI ALGINAT.

2 8 77

ANALISIS KADAR FENOLIK TOTAL DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KLOROFORM KUNCI PEPET (Kaempferia rotunda L).

0 0 2

Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid pada Fraksi Eter Ekstrak Metanol-Air Rimpang Kunci Pepet (Kaempferia angustifolia Rosc.) - Ubaya Repository

0 2 1

Uji Alat Radiant Heat Modifikasi untuk Menentukan Aktivitas Analgesik Ekstrak Air Rimpang Kunci Pepet (Kaempferia rotunda L.) dengan Parameter Uji Penjentikan Ekor Tikus Putih Jantan - Ubaya Repository

0 0 2

Uji alat radiant heat modifikasi terhadap aktivitas analgesik dari ekstrak air rimpang kunci pepet (kaempferia rotunda L.) dengan parameter uji kedutan punggung tikus putih jantan - Ubaya Repository

0 0 2