Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Market Valuation Bank Umum Persero Di Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP MARKET VALUATION BANK UMUM PERSERO DI INDONESIA

OLEH

RIZKA PRARIARINI 100521089

PROGRAM STUDI S-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP MARKET VALUATION BANK UMUM PERSERO DI INDONESIA

Rizka Prariarini

Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intellectual capital terhadap

market valuation Bank Umum Persero di Indonesia. Variabel bebas dari penelitian ini adalah intellectual capital yang diukur dengan Value Added Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU), Structural Capital Value Added (STVA), and

Value Added Intellectual Coefficient (VAIC). Variabel terikat dari penelitian ini adalah

market valuation yang diukur dengan Market to Book Value (MtBV).

Data sekunder dikumpulkan dari website Bank Indonesia dalam triwulan selama periode 2005-2012. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dan regresi linier sederhana. Populasi dari penelitian ini adalah 4 (empat) Bank Umum Persero di Indonesia, yaitu PT. Bank Mandiri Tbk, PT. Bank Negara Indonesia Tbk, PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk, dan PT. Bank Tabungan Negara Tbk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) VACA berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Market to Book Value (MtBV), 2) VAHU berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Market to Book Value (MtBV), 3) STVA berpengaruh positif dan signifikan terhadap Market to Book Value (MtBV), dan VAIC berpengaruh positif dan signifikan terhadap Market to Book Value (MtBV).

Kata kunci: Intellectual Capital, Value Added Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU), Structural Capital Value Added (STVA), dan Market to Book Value (MtBV).


(3)

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP MARKET VALUATION BANK UMUM PERSERO DI INDONESIA

Rizka Prariarini

Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

This research is aimed to determine effect of intellectual capital on market valuation in Government Banking in Indonesia. Independent variable of intellectual capital is measured by Value Added Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU), Structural Capital Value Added (STVA), and Value Added Intellectual Coefficient (VAIC). Dependent variable of market valuation is measured by Market to Book Value (MtBV).

Secondary data is collected from Bank Indonesia website in quarter during the period 2005-2012. The analysis method used multiple linear regression and simple linear regression. Population of the research are 4 Government Banking in Indonesia, they are PT. Bank Mandiri Tbk, PT. Bank Negara Indonesia Tbk, PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk, and PT. Bank Tabungan Negara Tbk.

Result of the research explains that: 1) VACA have positive effect and unsignificant to Market to Book Value (MtBV), 2) VAHU have positive effect and unsignificant to Market to Book Value (MtBV), 3) STVA have positive effect and significant to Market to Book Value (MtBV), and 4) VAIC have positive effect and significant to Market to Book Value (MtBV).

Keywords: Intellectual Capital, Value Added Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU), Structural Capital Value Added (STVA), and Market to Book Value (MtBV).


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT karena limpahan rahmat

dan hidayah-Nya skripsi dengan judul Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Market Valuation Bank Umum Persero di Indonesia dapat terselesaikan. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan Pendidikan Program Studi S-1 di Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis sadar bahwa skripsi ini tidak akan

dapat diselesaikan tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara

langsung, tidak langsung, moril ataupun materil. Untuk itu dalam kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ac, Ak., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si., selaku Ketua Program Studi

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE, ME, selaku Ketua Departemen S1 Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Marhayanie, SE, M.Si., selaku sekretaris Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Drs. Syahyunan, SE, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah


(5)

kritik dan evaluasi yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi

yang diajukan.

6. Ibu Dr. Khaira Amalia F, SE, MBA, Ak., selaku dosen pembaca penilai yang

telah memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.

7. Keluarga tercinta, Papa (Fauzie Irawan), Mama (Nurdiana Asnawati Nst), dan

adik (Tia, Algi, Elga) yang tidak pernah berhenti untuk selalu memberikan

kasih sayangnya, doa, dan dukungan untuk terus maju serta tidak pernah

menyerah.

8. M. Ridho Qadhafi seseorang yang sangat spesial bagi penulis yang selalu

memberikan semangat dan dukungan juga menjadi pendengar yang baik.

9. Ayah dan Mamanya Ridho yang selalu mendukung untuk cepat

menyelesaikan skripsi ini.

10. Sahabat-sahabatku Manajemen 2010: Pepy, Siska, Titin, Fani, Isma, Andri,

dan Ricki tempat bertukar pikiran dan juga memberikan doa dan dukungan.

11. Seluruh staf pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang

telah mendidik dengan ilmu pengetahuan, baik langsung maupun tidak

langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dan penulisan skripsi

ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan karena


(6)

dan saran dari semua pihak yang bermanfaat untuk perbaikan skripsi ini.

Akhirnya semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Medan, Juli 2013 Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian... 8

1.4 Manfaat penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Market to Book Value (MtBV) ... 10

2.2 Intellectual Capital ... 12

2.2.1 Komponen Intellectual Capital ... 13

2.2.2 Pengukuran Intellectual Capital ... 15

2.2.3 Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) ... 16

2.3 Stakeholder Theory ... 19

2.4 Legitimacy Theory ... 21

2.5 Penelitian Terdahulu ... 22

2.6 Kerangka Konseptual ... 24

2.7 Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 27

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

3.3 Batasan Operasional Variabel ... 27

3.4 Definisi Operasional Variabel ... 28

3.5 Populasi Penelitian ... 31

3.6 Jenis Data ... 32

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 32

3.8 Metode Analisis Data ... 38


(8)

3.10 Uji Asumsi Klasik ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 40

4.2 Deskriptif Statistik Variabel Penelitian Regresi Berganda 43

4.3 Uji Asumsi Klasik ... 45

4.3.1 Uji Normalitas ... 45

4.3.2 Uji Multikolineritas ... 48

4.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 49

4.3.4 Uji Autokorelasi ... 51

4.4 Analisis Regresi Berganda ... 52

4.5 Pengujian Hipotesis ... 54

4.5.1 Uji Serempak (Uji F) ... 54

4.5.2 Uji Parsial (Uji t) ... 55

4.5.3 Koefisien Determinasi (R2 ) ... 56

4.6 Deskriptif Statistik Variabel Penelitian Regresi Sederhana 57 4.7 Analisis Regresi Sederhana ... 59

4.8 Pengujian Hipotesis ... 61

4.9 Pembahasan ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 68

5.2 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Nilai Pasar dan Nilai Buku Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI dan Bank BTN Periode 2007-2011 (Dalam Jutaan

Rupiah ... 2

1.2 Market to Book Value Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI dan Bank BTN Periode 2007-2011 (Dalam Jutaan Rupiah) 6

1.3 Laba Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI dan Bank BTN Periode 2007-2011 (Dalam Jutaan Rupiah) ... 7

2.1 Penelitian Terdahulu ... 24

4.1 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian ... 43

4.2 Chi Square... .. 45

4.3 Uji Multikolineritas ... 49

4.4 Uji Glejser ... 50

4.5 Uji Autokorelasi ... 52

4.6 Hasil Analisis Regresi ... 52

4.7 Hasil Uji Serempak (Uji F) ... 54

4.8 Hasil Uji Parsial (Uji t) ... 55

4.9 Koefisien Determinasi ( 2 R ) ... 57

4.10 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian ... 58

4.11 Hasil Analisis Regresi ... 60

4.12 Koefisien Determinasi ... 61

4.13 Rata-rata dan Standar Deviasi VACA, VAHU, STVA, dan VAIC Bank Umum Persero di Indonesia ... 62


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Model Intellectual Capital ... 25

4.1 Grafik Histogram ... 47

4.2 Normal P-Plot ... 48

4.3 Uji Heteroskedastisitas ... 50


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Tabel VACA, VAHU, dan STVA Bank Umum

Persero Tahun 2005-2012 per Triwulan ... 72 2 Tabel MtBV Bank Umum Persero Tahun 2005-

2012 per Triwulan ... 80 3 Hasil Pengolahan Data SPSS ... 81


(12)

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP MARKET VALUATION BANK UMUM PERSERO DI INDONESIA

Rizka Prariarini

Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intellectual capital terhadap

market valuation Bank Umum Persero di Indonesia. Variabel bebas dari penelitian ini adalah intellectual capital yang diukur dengan Value Added Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU), Structural Capital Value Added (STVA), and

Value Added Intellectual Coefficient (VAIC). Variabel terikat dari penelitian ini adalah

market valuation yang diukur dengan Market to Book Value (MtBV).

Data sekunder dikumpulkan dari website Bank Indonesia dalam triwulan selama periode 2005-2012. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dan regresi linier sederhana. Populasi dari penelitian ini adalah 4 (empat) Bank Umum Persero di Indonesia, yaitu PT. Bank Mandiri Tbk, PT. Bank Negara Indonesia Tbk, PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk, dan PT. Bank Tabungan Negara Tbk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) VACA berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Market to Book Value (MtBV), 2) VAHU berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Market to Book Value (MtBV), 3) STVA berpengaruh positif dan signifikan terhadap Market to Book Value (MtBV), dan VAIC berpengaruh positif dan signifikan terhadap Market to Book Value (MtBV).

Kata kunci: Intellectual Capital, Value Added Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU), Structural Capital Value Added (STVA), dan Market to Book Value (MtBV).


(13)

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP MARKET VALUATION BANK UMUM PERSERO DI INDONESIA

Rizka Prariarini

Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

This research is aimed to determine effect of intellectual capital on market valuation in Government Banking in Indonesia. Independent variable of intellectual capital is measured by Value Added Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU), Structural Capital Value Added (STVA), and Value Added Intellectual Coefficient (VAIC). Dependent variable of market valuation is measured by Market to Book Value (MtBV).

Secondary data is collected from Bank Indonesia website in quarter during the period 2005-2012. The analysis method used multiple linear regression and simple linear regression. Population of the research are 4 Government Banking in Indonesia, they are PT. Bank Mandiri Tbk, PT. Bank Negara Indonesia Tbk, PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk, and PT. Bank Tabungan Negara Tbk.

Result of the research explains that: 1) VACA have positive effect and unsignificant to Market to Book Value (MtBV), 2) VAHU have positive effect and unsignificant to Market to Book Value (MtBV), 3) STVA have positive effect and significant to Market to Book Value (MtBV), and 4) VAIC have positive effect and significant to Market to Book Value (MtBV).

Keywords: Intellectual Capital, Value Added Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU), Structural Capital Value Added (STVA), and Market to Book Value (MtBV).


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penilaian harga pasar saham dilakukan oleh shareholders untuk mendapatkan tingkat return saham yang sesuai dengan return yang diharapkan (Abuzayed et, al., 2009). Metode penilaian berbeda-beda sesuai dengan bidang, aplikasi, tujuan, dan metodologi yang digunakan. Stakeholder menggunakan nilai pasar untuk membuat keputusan, sedangkan ekonom melihat nilai wajar suatu

ekuitas perusahaan tersebut, di lain pihak, akuntan memfokuskan penilaiannya

pada nilai buku untuk mengambil keputusan (Abuzayed, et, al., 2009).

Nilai buku (book value) per lembar saham menunjukan aktiva bersih (net assets) yang dimiliki oleh pemegang saham (Jogiyanto, 2003). Jogiyanto (2003) juga mengatakan bahwa aktiva bersih sama dengan total ekuitas pemegang saham,

maka nilai buku per lembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah

saham yang beredar.

Nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa dan ditentukan

oleh pelaku pasar pada saat tertentu. Harga saham selalu mengalami perubahan

setiap harinya bahkan setiap detik harga saham dapat berubah. Oleh karena itu,

pelaku pasar harus mampu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi

harga saham. Harga suatu saham dapat ditentukan menurut hukum permintaan

dan penawaran (kekuatan tawar-menawar). Bertemunya titik permintaan dan


(15)

kesepakatan antara pelaku pasar sehingga menghasilkan nilai pasar suatu saham

yang telah disepakati. Semakin banyak orang yang membeli suatu saham, maka

harga saham cenderung akan bergerak naik. Demikian juga sebaliknya, semakin

banyak orang yang menjual saham suatu perusahaan, maka harga saham tersebut

cenderung akan bergerak turun.

Berikut ini akan ditampilkan perbandingan nilai pasar dan nilai buku dari

Bank Umum Persero di Indonesia.

Tabel 1.1

Nilai Pasar dan Nilai Buku Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI dan Bank BTN Periode 2005-2012 (Dalam Jutaan Rupiah)

Nama Bank Tahun Nilai Pasar Nilai Buku

2005 655.839.342.320 94.698.421 2006 1.210.693.702.300 98.437.070 2007 1.441.292.282.446 155.933.255 2008 788.505.489.882 115.297.089 Bank Mandiri 2009 1.937.938.884.404 131.269.337 2010 2.664.030.133.776 186.943.894 2011 2.469.243.318.750 256.987.848 2012 731.074.117.800 285.224.841 2005 67.706.095.360 196.957.897 2006 146.931.240.720 51.526.939 2007 400.033.661.300 63.282.792 2008 110.995.806.690 59.049.913 Bank BNI 2009 391.180.425.143 70.438.463 2010 704.701.513.125 94.102.206 2011 663.006.417.400 141.398.838 2012 256.337.460.000 162.253.373 2005 36.159.813.937 49.800.040 2006 81.003.477.075 61.105.677 2007 550.824.641.250 72.096.683 2008 355.677.683.504 82.930.973 Bank BRI 2009 742.567.254.750 103.401.202

2010 813.717.691.500 97.114.670 2011 1.190.058.338.250 278.492.273 2012 292.157.573.950 241.845.818 2005 35.894.904.005 5.537.632 2006 37.919.510.160 6.039.594 2007 36.819.447.288 8.621.498 2008 92.727.516.392 9.548.225 Bank BTN 2009 58.137.484.388 11.946.901

2010 100.488.281.400 23.053.944 2011 37.566.950.924 27.319.265 2012 22.271.674.530 33.853.037


(16)

Dari Tabel 1.1 diperlihatkan perbandingan antara nilai pasar dan nilai

buku dari keempat Bank Umum Persero di Indonesia. Nilai pasar tertinggi pada

Bank Mandiri tahun 2010 yaitu sebesar Rp. 2.664.030.133.776 juta sementara

nilai buku tertinggi pada Bank Bank Mandiri tahun 2012 sebesar Rp. 285.224.841

juta. Sedangkan nilai pasar terendah pada Bank BTN tahun 2012 sebesar Rp.

22.271.674.530 juta tetapi nilai buku terendah pada Bank BTN tahun 2005

sebesar Rp. 5.537.632 juta.

Dari perbandingan tersebut dapat dilihat bahwa nilai pasar telah jauh

melampaui nilai buku. Nilai pasar merupakan harga jual yang berlaku di pasar

yang dipengaruhi oleh kondisi pasar sementara nilai buku digunakan untuk

mengetahui keuntungan atau kerugian yang dialami oleh bank.

Efisiensi perbankan merupakan informasi tambahan dalam menilai

keadaan suatu perbankan (Cebenoyan, 2003). Guna menghadapi tingkat

persaingan yang semakin tinggi, tuntutan nasabah yang meningkat, dan pesatnya

kemajuan teknologi informasi maka pengelolaan bank secara efisien merupakan

syarat mutlak untuk dapat terus bertahan. Umumnya perusahaan yang lebih

efisien akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika dibandingkan dengan

perusahaan yang kurang efisien. Perusahaan dapat dikatakan lebih efisien

dibandingkan pesaingnya jika dengan input yang sama menghasilkan output lebih

tinggi atau dapat menghasilkan output yang sama dengan input yang lebih rendah.

Pengetahuan dan informasi merupakan komoditas utama di dalam

ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge-economy) saat ini, dimana perusahaan-perusahaan semakin tertarik menjalankan bisnis berbasis pengetahuan dan


(17)

teknologi. Perusahaan yang berbasis pengetahuan memiliki karyawan yang

mempunyai keterampilan, keahlian serta daya inovasi yang tinggi. Dengan

adanya basis pengetahuan, investasi perusahaan terhadap aset berwujud (tangible asset) menjadi semakin kecil dibandingkan aset tidak berwujud (intangible asset) yang mendapat alokasi investasi yang lebih besar. Semakin meningkatnya

investasi perusahaan pada intangible asset maka semakin besar kesadaran perusahaan terhadap pentingnya modal intelektual (intellectual capital).

Sejak tahun 1990-an, perhatian terhadap praktik pengelolaan aset tidak

berwujud (intangible asset) telah meningkat secara dramatis. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran intangible asset tersebut adalah Intellectual Capital (IC) yang telah menjadi fokus perhatian dalam berbagai bidang, baik manajemen, teknologi informasi, sosiologi maupun

akuntansi.

Ilmu pengetahuan telah menjadi sumber daya ekonomi yang unggul lebih

penting daripada bahan mentah, bahkan kadang-kadang lebih penting dari uang.

Apabila dianggap sebagai output ekonomi, maka informasi dan ilmu pengetahuan

lebih penting artinya dibandingkan mobil, minyak, besi baja atau produk-produk

hasil abad industri lainnya (Stewart, 2004).

Perkembangan teknologi informasi dan ilmu pengetahuan telah memicu

timbulnya minat dalam intellectual capital, salah satunya menarik perhatian baik akademisi maupun praktisi terkait dengan kegunaan intellectual capital sebagai salah satu instrumen untuk menentukan penilaian pasar perusahaan.


(18)

Aset tidak berwujud semakin berkembang dengan diakuinya ilmu

pengetahuan dan hal–hal yang menjadi turunan dari pengetahuan (piranti lunak

komputer, hubungan dengan pemasok/ pelanggan, dan lain–lain) sebagai elemen

aset tak berwujud. Dengan demikian dapat dicermati bahwa dengan melihat hal

tersebut, di Indonesia fenomena pengakuan intangible asset telah berkembang dengan mengkategorikan pengetahuan dan hal–hal yang menjadi turunan dari

pengetahuan sebagai elemennya (Ivada, 2004). Intellectual capital diakui sebagai intangible asset yang besar nilainya namun sampai hari ini belum banyak perusahaan yang telah mampu mengukur, menilai dan mencantumkannya dalam

laporan neraca perusahaan. Hal ini disebabkan masih dibutuhkan banyak studi

dan penelitian untuk mengukur dan menilai secara kuantitatif nilai sesungguhnya

intellectual capital sehingga dalam laporan neraca perusahaan benar-benar mencerminkan nilai total aset yang dimiliki perusahaan, sehingga sebuah

perusahaan akan meningkat harga sahamnya jika memiliki intellectual capital yang berkompeten (Rahayu, 2006).

Menurut Sawarjuwono dan Kadir (2003) intellectual capital masih belum dikenal secara luas. Disamping itu perusahaan-perusahaan tersebut belum

memberikan perhatian yang lebih terhadap human capital, structural capital dan customer capital. Padahal semua ini merupakan elemen pembangun modal intelektual perusahaan.

Topik intellectual capital telah menarik perhatian para peneliti. Beberapa penelitian tentang intellectual capital telah membuktikan bahwa intellectual capital mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan. Akan


(19)

tetapi, penelitian lain mengungkapkan hal yang berbeda. Secara teori,

pemanfaatan dan pengelolaan intellectual capital yang baik oleh perusahaan dapat membantu meningkatkan kinerja peruahaan. Selain itu, intellectual capital juga diyakini dapat meningkatkan market valuation perusahaan. Perusahaan yang mampu memanfaatkan aset intelektualnya secara efisien, maka nilai pasar

perusahaan akan meningkat.

Market to Book Value masing-masing Bank Umum Persero di Indonesia yang terdiri dari PT. Bank Mandiri Tbk, PT. Bank Negara Indonesia Tbk, PT.

Bank Rakyat Indonesia Tbk, dan PT. Bank Tabungan Negara Tbk dari tahun

2005-2012 adalah sebagai berikut:

Tabel 1.2

Market to Book Value Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI dan Bank BTN Periode 2005-2012 (Dalam Jutaan Rupiah)

Tahun Bank Mandiri Bank BNI Bank BRI Bank BTN 2005 27.745,91 2.731,89 2.853,91 25.994,86 2006 49.244,65 11.227,27 5.179,58 25.583,88 2007 58.732,09 25.629,33 30.585,23 17.554,53 2008 27.323,20 7.537,24 17.194,63 61.636,49 2009 59.112,87 22.210,69 28.655,54 87.756,73 2010 57.469,99 31.395,31 170.411,53 17.794,37 2011 38.518,13 18.787,19 21.291,06 5.544,39 2012 10.331,05 6.355,99 4.819,35 2.717,83 Sumber: Bank Indonesia, 2013 (Data Diolah)

Laba masing-masing Bank Umum Persero di Indonesia yang terdiri dari

PT. Bank Negara Indonesia Tbk, PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT. Bank

Mandiri Tbk, dan PT. Bank Tabungan Negara Tbk dari tahun 2007-2011 per


(20)

Tabel 1.3

Laba Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI dan Bank BTN Periode 2005-2012 (Dalam Jutaan Rupiah)

Tahun Bank Mandiri Bank BNI Bank BRI Bank BTN 2005 2.964.582 6.019.877 9.415.300 1.130.442 2006 4.933.085 4.827.981 10.539.829 924.834 2007 10.664.740 3.869.496 12.039.425 1.060.126 2008 13.264.645 2.642.875 14.209.737 1.053.382 2009 15.671.165 6.155.434 17.045.919 1.134.565 2010 21.274.213 10.021.519 22.159.042 1.980.749 2011 30.993.935 13.738.961 34.256.774 2.254.386 2012 34.240.551 16.774.474 43.936.810 3.338.135 Sumber: Bank Indonesia, 2013 (Data Diolah)

Dengan membandingkan Tabel 1.2 dan 1.3 dapat ditunjukkan bahwa laba

dan Market to Book Value empat Bank Umum Persero di Indonesia selama tahun 2005-2012 mengalami fluktuasi. Market to Book Value tertinggi pada Bank BRI tahun 2010 sebesar Rp. 170.411,53 juta sedangkan laba tertinggi pada Bank BRI

tahun 2012 sebesar Rp. 43.936.810 juta. Market to Book Value terendah pada Bank BTN tahun 2012 sebesar Rp. 2.717,83 juta sedangkan laba terendah pada

Bank BTN tahun 2006 sebesar Rp. 924.834 juta.

Dari penjelasan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Market Valuation Bank Umum Persero di Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Apakah Value Added Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU), dan Structural Capital Value Added (STVA) berpengaruh terhadap market valuation Bank Umum Persero di Indonesia?


(21)

2. Apakah Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) berpengaruh terhadap market valuation Bank Umum Persero di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah untuk:

1.Mengetahui dan menganalisis pengaruh Value Added Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU), dan Structural Capital Value Added (STVA) terhadap market valuation Bank Umum Persero di Indonesia.

2.Mengetahui dan menganalisis pengaruh Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) terhadap market valuation Bank Umum Persero di Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi Bank Umum Persero

Sebagai masukan kepada manajer bank dalam meningkatkan market value melalui intellectual capital yang terdiri dari Value Added Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU), dan Structural Capital Value Added (STVA).

2. Bagi Peneliti

Sebagai wawasan dan pengetahuan yang telah didapat dari perkuliahan

mengenai pengaruh intellectual capital yang terdiri dari Value Added Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU), dan


(22)

Structural Capital Value Added (STVA), khususnya dalam bidang perbankan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Market to Book Value (MtBV)

Market to Book Value (MtBV) menunjukkan nilai sebuah perusahaan yang diperoleh dengan membandingkan nilai pasar perusahaan (market value- MV) dengan nilai bukunya (book value- BV). Market value merupakan persepsi pasar yang berasal dari investor, kreditur dan stakeholder lain terhadap kondisi perusahaan dan biasanya tercermin pada nilai pasar saham perusahaan. MV

adalah keseluruhan nilai saham yang dimiliki oleh perusahaan. Dengan kata

lain, MV adalah jumlah yang harus dibayar untuk membeli perusahaan secara

keseluruhan. Naik turunnya nilai pasar perusahaan dipengaruhi oleh nilai buku

perusahaan, tingkat laba, gambaran ekonomi, serta spekulasi dan kepercayaan

diri pada kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai. Sedangkan nilai

buku merupakan nilai dari kekayaan, hutang dan ekuitas perusahaan berdasarkan

pencatatan historis dan biasanya tercantum dalam neraca. Akan tetapi, nilai

buku berbeda dengan jumlah total aset dan kewajiban perusahaan. Dengan kata

lain, jika perusahaan menjual seluruh aset dan membayar semua

kewajibannya, maka selisih dari jumlah tersebut adalah nilai buku perusahaan

(Najibullah, 2005).

Market to Book Value (MtBV) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh atau selisih antara nilai pasar perusahaan dengan nilai bukunya. Jika ternyata


(24)

selisih antara nilai pasar dengan nilai buku perusahaan terlalu jauh (cukup

signifikan), maka menandakan bahwa terdapat hidden asset yang tidak tercantum dalam laporan keuangan perusahaan. Hal ini berati bahwa nilai yang dilaporkan

dalam laporan keuangan sudah tidak berarti lagi. Apabila digunakan sebagai

dasar pengambilan keputusan maka dapat menyesatkan, karena nilai perusahaan

yang tercantum dalam laporan keuangan bukan nilai perusahaan yang sebenarnya.

Telah dilakukan berbagai upaya untuk menyamakan nilai keduanya. Salah satu

caranya adalah dengan menaikkan nilai buku perusahaan. Jika nilai buku naik

maka rasio MtBV juga akan naik sehingga dapat menaikkan persepsi pasar akan

nilai perusahaan. Nilai buku perusahaan dapat ditingkatkan dengan melakukan

berbagai efisiensi yang dapat meningkatkan pendapatan dan menurunkan biaya

perusahaan dengan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki perusahaan seefisien

dan semaksimal mungkin (Imaningati, 2007).

Investor menilai perusahaan berdasarkan nilai kapitalisasi pasar.

Kapitalisasi pasar adalah sebuah istilah yang memiliki arti harga keseluruhan dari

sebuah saham perusahaan yaitu harga yang harus dibayar seseorang untuk

membeli seluruh perusahaan. Kapitalisasi pasar yang besar dan bertumbuh

merupakan suatu alat ukur yang penting bagi keberhasilan atau kegagalan

perusahaan terbuka (go public).

Kapitalisasi pasar dihitung dengan mengalikan jumlah saham perusahaan

yang beredar dengan harga pasar saham. Kapitalisasi pasar atau market capitalization dihitung menggunakan komponen harga pasar saham. Harga pasar saham biasanya memiliki nilai di atas nilai buku saham perusahaan karena harga


(25)

pasar saham mencerminkan ekspektasi investor atas prospek ekonomi suatu

perusahaan di masa akan datang. Penilaian pasar dihitung dengan membagi nilai

kapitalisasi pasar (mengalikan jumlah saham yang beredar dengan harga pasar

saham) dengan total net asset dengan rumus:

MB = number of outstanding shares x share price : total net asset

2.2 Intellectual Capital

Pengukuran penilaian pasar merupakan salah satu faktor penting bagi

perusahaan, bukan hanya bagi investor. Pengukuran kinerja perusahaan penting

bagi perusahaan untuk meningkatkan kemampuan dan nilai perusahaan terus –

menerus. Penilaian pasar yang baik menunjukkan perusahaan tersebut dapat

memaksimumkan kesejahteraan pemegang sahamnya. Sebuah perusahaan dapat

mengetahui penilaian pasar dengan menggunakan metode pengukuran Value Added Intellectual Capital (VAIC), yaitu dengan melihat kemampuan intelektual yang dimiliki oleh perusahaan tersebut dan nilai yang dimiliki perusahaan

tersebut.

Stewart, 2004 mendefiniskan intellectual capital dalam artikelnya sebagai berikut:“The sum of everything everybody in your company knows that gives you a competitive edge in the market place. It is intellectual material – knowledge, information, intellectual property, experience – that can be put to use create wealth”.

Intellectual capital umumnya diidentifikasikan sebagai perbedaan antara nilai pasar perusahaan (bisnis perusahaan) nilai buku dari aset perusahaan tersebut


(26)

atau dari financial capitalnya. Hal ini berdasakan suatu observasi bahwa sejak akhir 1980-an, nilai pasar dari bisnis yang berdasar pengetahuan telah menjadi

lebih besar dari nilai yang dilaporkan dalam laporan keuntungan berdasarkan

perhitungan yang dilakukan oleh akuntan. (Roselender & Fincham, 2004).

2.2.1 Komponen Intellectual Capital 1. Human Capital

Human capital meliputi sumber daya manusia di dalam organisasi yaitu sumber daya tenaga kerja/ karyawan dan sumber daya eksternal yang berkaitan

dengan organisasi, seperti konsumen dan supplier. Human capital merupakan lifeblood dalam modal intelektual. Disinilah sumber innovation dan improvement, tetapi merupakan komponen yang sulit untuk diukur. Human capital juga merupakan tempat bersumbernya pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan,

dan kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan. Human capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi

terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang - orang yang ada dalam

perusahaan tersebut. Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. (Brinker, 2000)

memberikan beberapa karakteristik dasar yang dapat diukur dari modal ini, yaitu

training programs, credential, experience, competence, recruitment, mentoring, learning programs, individual potential and personality.


(27)

2. Structural Capital/ Organizational Capital

Organizational (Structural Capital) mengacu pada hal seperti sistem software, jaringan distribusi, dan rantai pasokan. Structural capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas

perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk

menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara

keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses manufacturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan. Seorang individu dapat memiliki tingkat intelektualitas

yang tinggi, tetapi jika organisasi memiliki sistem dan prosedur yang buruk maka

intellectual capital tidak dapat mencapai kinerja secara optimal dan potensi yang ada tidak dapat dimanfaaatkan secara maksimal.

3. Relational Capital/ Customer Capital

Elemen ini merupakan komponen modal kerja intelektual yang

memberikan nilai secara nyata. Relational capital merupakan hubungan yang harmonis/ association network yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari para pemasok yang andal dan berkualitas, berasal

dari pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan yang

bersangkutan, berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun

dengan masyarakat sekitar. Relational capital dapat muncul dari berbagai bagian di luar lingkungan perusahaan yang dapat menambah nilai bagi perusahaan


(28)

2.2.2 Pengukuran Intellectual Capital

Metode pengukuran intellectual capital dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu pengukuran non moneter dan pengukuran moneter.

Adapun metode pengukuran Non Moneter adalah:

1. The Balance Scorecard, dikembangkan oleh Kaplan dan Norton (1992); 2. Brooking’s Technology Broker method (1996);

3. The Skandia IC Report method oleh Edvinssion dan Malone (1997); 4. The IC-Index dikembangkan oleh Roos et al. (1997);

5. Intangible Asset Monitor approach oleh Sveiby (1997); 6. The Heuristic Frame dikembangkan oleh Joia (2000);

7. Vital Sign Scorecard dikembangkan oleh Vanderkaay (2000); dan 8. The Ernst & Young Model (Barsky dan Marchant, 2000).

Sedangkan model penilaian intellectual capital yang berbasis moneter adalah (Tan et al., 2007):

1. The EVA and MVA model (Bontis et al., 1999); 2. The Market-to-Book Value model (beberapa penulis); 3. Tobin’s q method (Luthy, 1998);

4. Pulic’s VAICModel (1998, 2000);

5. Calculated intangible value (Dzinkowski, 2000); dan


(29)

2.2.3 Value Added Intellectual Coefficient (VAIC)

Metode value added intellectual coefficient (VAIC) dikembangkan oleh Pulic pada tahun 1997 yang didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible asset) yang dimiliki perusahaan. VAIC merupakan instrumen untuk mengukur kinerja intellectual capital perusahaan. Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). Value added adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan

menujukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (value creatuion). VA dihitung sebagai selisih antara output dan input. Output merepresentasikan

revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dijual di pasar, sedangkan input mencakup seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue. (Ulum, 2009).

1. Value Added Capital Employed (VACA)

Value Added Capital Employed (VACA) adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital. Pulic (2003) mengasumsikan bahwa jika satu unit dari CE (Capital Employed) menghasilkan return yang lebih besar daripada perusahaan yang lain, maka berarti perusahaan tersebut lebih baik

dalam memanfaatkan capital employed-nya. Dengan demikian, pemanfaatan intellectual capital yang lebih baik merupakan bagian dari intellectual capital perusahaan.


(30)

Capital employed atau physical capital adalah suatu indikator value added yang tercipta atas modal yang diusahakan perusahaan dengan efisien (Firer dan

Williams, 2003). Yang termasuk ke dalam capital employed adalah tipe asset tangible yang digunakan untuk operasional perusahaan seperti bangunan, tanah, peralatan dan teknologi yang dengan mudah dibeli dan dijual di pasar.

Agar dapat bersaing dengan perusahaan lainnya, perusahaan membutuhkan

sebuah kemampuan dalam pengelolaan aset baik aset fisik maupun aset

intelektual. VACA merupakan bentuk dari kemampuan perusahaan dalam

mengelola sumber dayanya yang berupa capital asset. Dengan pengelolaan capital asset yang baik, diyakini perusahaan dapat meningkatkan nilai pasar dan kinerja perusahaannya.

Dapat dikatakan bahwa capital employed efficiency atau physical capital adalah suatu modal atau dapat dikatakan aset yang dimiliki perusahaan dalam

bentuk nyata atau tidak nyata yang diusahakan oleh perusahaan secara maksimal

guna menciptakan nilai bagi perusahaan. Aset yang dimiliki oleh perusahaan

harus digunakan oleh perusahaan untuk kebutuhan operasionalnya secara efisien

untuk mencapai tujuan perusahaan.

2. Value Added Human Capital (VAHU)

Salah satu komponen dari intellectual capital yang sangat menentukan intellectual capital yang efisien adalah human capital. Human capital termasuk di dalamnya suatu kekuatan intelektual yang bersumber dari manusia – manusia


(31)

termotivasi dalam bekerja, dan sangat setia pada perusahaan, dimana mereka

adalah inti dari penciptaan kekuatan intelektual yang dapat menghilang ketika

mereka sudah tidak bekerja untuk perusahaan lagi.

Value Added Human Capital (VAHU) menunjukan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Hubungan

antara VA dengan HC mengindikasikan kemampuan HC untuk menciptakan nilai

di dalam perusahaan.

Agar dapat bersaing, perusahaan membutuhkan sumber daya manusia

yang berkualitas tinggi. Selain itu, perusahaan harus dapat mengelola sumber

daya yang berkualitas tersebut dengan maksimal sehingga dapat menciptakan

value added dan keunggulan kompetitif perusahaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

3. Structural Capital Value Added (STVA)

Structural Capital Value Added (STVA) menunjukkan kontribusi structural capital (SC) dalam penciptaan nilai. STVA mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu rupiah dari VA dan merupakan indikasi

bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. SC bukanlah ukuran yang

independen sebagaimana HC dalam proses penciptaan nilai. Artinya, semakin

besar kontribusi HC dalam value creation, maka akan semakin kecil kontribusi SC dalam hal tersebut. Lebih lanjut Pulic menyatakan bahwa SC adalah VA


(32)

2.3 Stakeholder Theory

Berdasarkan teori stakeholder, manajemen organisasi diharapkan untuk melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh stakeholder mereka dan melaporkan kembali aktivitas – aktivitas tersebut pada stakeholder. Teori ini menyatakan bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk disediakan informasi tentang bagaimana aktivitas organisasi mempengaruhi mereka, bahkan ketika

mereka memilih untuk tidak menggunakan informasi tersebut dan bahkan ketika

mereka tidak dapat secara langsung memainkan peran yang konstruktif dalam

kelangsungan hidup organisasi (Deegan, 2004).

Tujuan utama dari teori stakeholder adalah untuk membantu manajer korporasi mengerti lingkungan stakeholder mereka dan melakukan pengelolaan dengan lebih efektif di antara keberadaan hubungan-hubungan di lingkungan

perusahaan mereka. Namun demikian, tujuan yang lebih luas dari teori

stakeholder adalah untuk menolong manajer korporasi dalam meningkatkan nilai dari dampak aktivitas-aktivitas mereka, dan meminimalkan kerugian-kerugian

bagi stakeholder. Pada kenyataannya, inti keseluruhan teori stakeholder terletak pada apa yang akan terjadi ketika korporasi dan stakeholder menjalankan hubungan mereka.

Dalam konteks untuk menjelaskan tentang konsep intellectual capital, teori stakeholder harus dipandang dari dua bidang, baik bidang etika (moral) maupun bidang manajerial. Bidang etika berargumen bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk diperlakukan secara adil oleh organisasi, dan manajer harus


(33)

Ketika manajer mampu mengelola organisasi secara maksimal, khususnya dalam

upaya penciptaan nilai bagi perusahaan, maka itu artinya manajer telah

memenuhi aspek etika teori ini. Penciptaan nilai (value creation) dalam konteks ini adalah dengan memanfaatkan seluruh potensi yang dimiliki perusahaan, baik

karyawan (human capital), aset fisik (physical capital) maupun structural capital. Pengelolaan yang baik atas seluruh potensi ini akan mendorong kinerja keuangan

perusahaan untuk kepentingan stakeholder.

Bidang manajerial dari teori stakeholder berpendapat bahwa kekuatan stakeholder untuk mempengaruhi manajemen korporasi harus dipandang sebagai fungsi dari tingkat pengendalian stakeholder atas sumber daya yang dibutuhkan organisasi. Ketika para stakeholder berupaya untuk mengendalikan sumber daya organisasi, maka orientasinya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

Kesejahteraan tersebut diwujudkan dengan semakin tingginya return yang dihasilkan oleh organisasi.

Dalam konteks ini, para stakeholder berkepentingan untuk mempengaruhi manajemen dalam pemanfaatan seluruh potensi yang dimiliki oleh organisasi.

Karena hanya dengan pengelolaan yang baik dan maksimal atas seluruh potensi

inilah organisasi akan dapat menciptakan value added untuk kemudian mendorong kinerja keuangan perusahaan yang merupakan orientasi para


(34)

2.4 Legitimacy Theory

Teori legitimacy menegaskan bahwa perusahaan terus berupaya untuk memastikan bahwa mereka beroperasi dalam bingkai dan norma yang ada dalam

masyarakat atau lingkungan dimana perusahaan berada, dimana mereka berusaha

untuk memastikan bahwa aktifitas mereka (perusahaan) diterima oleh pihak luar

sebagai suatu yang “sah” (Deegan, 2004). Pendapat yang sama diungkapkan juga

oleh Tilt (1994) dalam Haniffa et al (2005) yang menyatakan bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya berdasarkan

nilai-nilai justice, dan bagaimana perusahaan menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan. Teori legitimasi kaitannya

dengan kinerja sosial dan kinerja keuangan adalah apabila jika terjadi

ketidakselarasan antara sistem nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat, maka

perusahaan dapat kehilangan legitimasinya, yang selanjutnya akan mengancam

kelangsungan hidup perusahaan (Lindblom, 1994 dalam Haniffa et al 2005). Ghozali dan Chairi (2007) menyatakan bahwa hal yang melandasi teori

legitimacy adalah “kontrak sosial” yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat dimana perusahaan beroperasi dan menggunakan sumber ekonomi.

Shocker dan Sethi (1974) dalam Ghozali dan Chariri (2007) memberikan

penjelasan tentang konsep kontrak sosial, yaitu: “Semua institusi sosial tidak

terkecuali perusahaan beroperasi di masyarakat melalui kontrak sosial , baik

eksplisit maupun implisit, dimana kelangsungan hidup dan pertumbuhannya


(35)

luas dan distribusi manfaat ekonomi, sosial atau politik kepada kelompok sesuai

dengan power yang dimiliki.

2.5 Penelitian Terdahulu

Suhendah (2012) meneliti pengaruh intellectual capital terhadap profitabilitas, produktivitas, dan penilaian pasar pada perusahaan yang go public di Indonesia pada tahun 2005-2007. Berdasarkan penelitian ini bahwa intellectual capital berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas dan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap produktivitas tetapi berpengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap penilaian pasar.

Pramelasari (2010) meneliti pengaruh intellectual capital terhadap nilai pasar dan kinerja keuangan perusahaan. Berdasarkan hasil bahwa intelellectual capital tidak berpengaruh signifikan terhadap MtBV dan kinerja keuangan (Return on Assets, Return on Equity, dan Employee Productivity).

Margaretha dan Rakhman (2006) meneliti analisis pengaruh intellectual capital terhadap market value dan financial performance perusahaan dengan metode value added intellectual coefficient. Berdasarkan hasil penelitan bahwa MtBV berpengaruh negatif terhadap perusahaan manufaktur, tetapi intellectual capital berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial performance yang diukur dengan Return On Equity (ROE).

Bentoen (2011) meneliti pengaruh intellectual capital terhadap financial performance, growth dan market value. Berdasarkan hasil penelitian intellectual capital memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap financial performance


(36)

untuk alat ukur Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER) dan Employee Productivity (EP) tetapi untuk Current Ratio (CR) secara siginifikan memiliki pengaruh positif. Intellectual capital berpengaruh positif terhadap growth untuk alat ukur Growth in Revenue (GA) dan Growth in Assets. Tetapi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Growth in Earnings (GE). Intellectual capital berpengaruh positif signifikan terhadap market value.

Secara ringkas, penelitian-penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian sebab akibat (causal research) yaitu untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel

lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Erlina,

2007).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bank Indonesia dengan mengunjungi situs

Bank Indonesia yaitu www.bi.go.id yang menyajikan data yang dibutuhkan.

Waktu pelaksanaan penelitian dimulai bulan Januari 2013 hingga Juli 2013.

3.3 Batasan Operasional Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel Bebas (independent variable)

Variabel bebas yang digunakan adalah intellectual capital yang diukur dengan Value Added Intellectual Capital (VAIC) dengan ketiga komponennya, yaitu Value Added Of Capital Employee (VACA), Value Added Of Human Capital (VAHU), dan Structural Capital Value Added (STVA).


(38)

b. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat adalah market valuation menggunakan market to book value (MtBV).

3.4 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional masing–masing variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel Bebas (Variabel Independen)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah intellectual capital. Dalam penelitian ini Intellectual Capital adalah kinerja IC yang diukur berdasarkan value added yang diciptakan oleh physical capital (VACA) , human capital (VAHU), dan structural capital (STVA). Kombinasi dari ketiga komponen tersebut disebut VAIC (value added intellectual coefficient) yang dikembangkan oleh Pulic (1998, 1999, 2000).

Firer dan William (2003) menyebutkan dua kegunaan VAIC, yaitu VAIC

menyediakan standar perhitungan yang mudah dan merupakan ukuran dasar

yang konsisten sehingga memungkinkan analisis komparatif baik di

perusahaan dan negara secara efektif. Dan data yang digunakan dalam

perhitungan VAIC didasarkan pada laporan keuangan, yang biasanya diaudit

oleh akuntan publik yang professional.

Tahapan perhitungan VAIC adalah sebagai berikut :

1. Menghitung Value added (VA) VA = OUTPUT - INPUT


(39)

dimana :

Output = total penjualan dan pendapatan lain

Input = beban dan biaya-biaya (selain beban karyawan)

Value added = selisih antara output dan input

2. Menghitung Value Added Capital Employed (VACA)

VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh suatu unit

dari physical capital. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap value added organisasi.

VACA = VA/CE

dimana :

VACA = Value Added Capital Employed VA = Value Added

CE = Capital Employed

3. Menghitung Value Added Human Capital (VAHU)

VAHU menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana

yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini menunjukkan kontribusi

yang dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam HC terhadap

value added organisasi.

VAHU = VA/HC

dimana :

VAHU = Value Added Human Capital VA = Value Added


(40)

Beban karyawan dalam penelitian ini menggunakan jumlah beban

gaji dan karyawan yang tercantum dalam laporan keuangan perusahaan.

4. Menghitung Structural Capital Value Added (STVA)

Rasio ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan

1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC

dalam penciptaan nilai.

STVA = SC/VA

dimana :

STVA = Structural Capital Value Added SC = Structural Capital (VA – HC) VA = Value Added

5. Menghitung Value Added Intellectual Coefficient (VAIC)

VAIC mengindikasikan kemampuan intelektual organisasi yang dapat

juga dianggap sebagai BPI (Business Performance Indicator). VAIC merupakan penjumlahan dari tiga komponen sebelumnya, yaitu: VACA,

VAHU, STVA.

VAIC = VACA + VAHU + STVA

b. Variabel Terikat (Variabel Dependen)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Market to Book Value (MtBV). Market to Book Value (MtBV) adalah rasio untuk mengukur jumlah yang dibayar orang untuk setiap lembar saham pada harga saham akhir tahun dari


(41)

saham perusahaan yang beredar dengan harga pasar dari saham tersebut.

Penilaian pasar dihitung dengan membagi nilai kapitalisasi pasar (mengalikan

jumlah saham perusahaan yang beredar dan harga pasar saham) dengan total net asset dengan rumus:

MB = { number of outstanding shares X share price } : total net asset

3.5 Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah 4 (empat) Bank Umum Persero di

Indonesia, yaitu: PT. Bank Negara Indonesia Tbk, PT. Bank Rakyat Indonesia

Tbk, PT. Bank Mandiri Tbk, dan PT. Bank Tabungan Negara Tbk dengan periode

penelitian selama 8 tahun (dalam triwulan) sejak 2005-2012, sehingga jumlah

observasi adalah 128 yang diperoleh dari 4 x 32 (perkalian antara jumlah bank

dengan periode triwulan pengamatan).

3.6 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder yang digunakan berupa laporan neraca Bank Umum Persero tahun

2005-2012 dan laporan laba rugi periode 2005-2005-2012. Data-data yang diperoleh dengan

memanfaatkan situs internet website Bank Indonesia

website bank yang dijadikan objek penelitian


(42)

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

studi dokumentasi yang dilakukan dengan meneliti dokumen-dokumen dan bahan

tulisan dari website perusahaan serta sumber-sumber lain yang berhubungan dengan permasalah penelitian baik dari media internet maupun media massa

lainnya.

3.8 Metode Analisis Data

Metode analisis yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi linier berganda untuk mengetahui value added of capital employee (VACA), value added of human capital (VAHU), dan structural capital value added (STVA) terhadap market valuation untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan antara variabel satu dengan variabel lain.

Untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini, maka pengujian asumsi klasik juga

perlu dilakukan untuk memastikan apakah model regresi linier berganda yang

digunakan tidak terdapat masalah normalitas, multikolonieritas,

heteroskedastisitas dan autokorelasi. Jika semua itu terpenuhi berarti bahwa model

analisis telah layak digunakan.

Persamaan regresi linier berganda yang digunakan adalah sebagai

berikut:


(43)

dimana:

Y = Market Valuation

a = Konstanta

b1, b2, b3 = Koefisien regresi variabel bebas

X1 = Value Added Capital Employed (VACA) X2 = Value Added Human Capital (VAHU) X3 = Structural Capital Value Added (STVA)

e = Term of Error

Untuk mengetahui pengaruh VAIC (value added intellectual coefficient) terhadap market valuation maka menggunakan analisis regresi linier sederhana. Analisis regresi linier sederhana adalah pengaruh secara linier antara satu variabel

independen (X1) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini dilakukan untuk

mengetahui arah pengaruh variabel independen dengan variabel dependen apakah

masing-masing variabel independen berpengaruh positif atau negatif untuk

memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen

mengalami kenaikan atau penurunan.

Persamaan regresi linier sederhana yang digunakan adalah sebagai berikut:

Y = a + biXi

Keterangan:

Y = Market Valuation

Xi = Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) a = Konstanta


(44)

3.9 Pengujian Hipotesis 1. Uji t (Uji Secara Parsial)

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (X)

secara parsial terhadap variabel dependen (Y). Uji t dilakukan menggunakan uji

statistik t (2 sisi).

Bentuk pengujian:

0

b

:

H

o i

=

o

H

artinya variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap

variabel terikat.

i 1:b

H ≠ 0

1

H artinya variabel bebas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

Kriteria pengujian:

a. Jika t hitung < t tabel maka variabel independen secara parsial tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

b. Jika t hitung > t tabel maka variabel independen secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen.

2. Uji Serempak (Uji F)

Uji serempak (uji F) dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas

(variabel independen) secara serempak terhadap variabel terikat (variabel


(45)

Uji serempak dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

0

b

b

b

:

H

o 1

=

2

=

3

=

Artinya: intellectual capital secara serempak tidak berpengaruh signifikan terhadap market valuation pada Bank Umum Persero di Indonesia.

1

H : minimal satu b1≠ 0

Artinya: intellectual capital secara serempak berpengaruh signifikan terhadap market valuation pada Bank Umum Persero di Indonesia.

Adapun Kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

1. Jika

F

hitung

>

F

tabel dengan tingkat signifikansi 5% maka

H

oditolak atau H1

diterima.

2. Jika

F

hitung

<

F

tabel dengan tingkat signifikansi 5% maka

H

oditerima atau

1

H ditolak.

3. Uji Determinasi (R2)

Uji determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemanapun model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai

koefisien determinasi antara nol dan satu. Jika R2 kecil menunjukkan bahwa

variabel independen hanya dapat menjelaskan secara kecil terhadap variabel

dependen. Semakin besar nilai mendekati satu maka variabel independen

memiliki hampir semua informasi untuk menjelaskan variabel dependen.

Kelemahan dari penggunaan koefisien determinasi ini adalah adanya bias


(46)

variabel independen maka R2 akan meningkat apakah variabel independen

tersebut signifikan atau tidak. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan

adjusted R2yang banyak dianjurkan peneliti.

Dengan menggunakan nilai adjusted R2 dapat dievaluasi model regresi mana yang terbaik. Tidak seperti nilai R2, nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model. Dalam kenyataan,

nilai adjusted R2 dapat bernilai negatif, walaupun dikehendaki harus bernilai positif.

3.10 Uji Asumsi Klasik

Data yang digunakan adalah data sekunder, oleh karena itu untuk

menentukan ketepatan model perlu dilakukan pengujian atas beberapa asumsi

klasik yang digunakan yaitu: uji normalitas, uji multikolonieritas, uji

heteroskedastisitas dan autokorelasi yang secara rinci dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2007) menyatakan bahwa uji normalitas bertujuan

untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual

memiliki distribusi normal. Dengan kata lain, uji normalitas dilakukan untuk

mengetahui sifat distribusi data penelitian yang berfungsi untuk mengetahui

apakah sampel yang diambil normal atau tidak dengan menguji sebaran data yang

dianalisis. Menurut Ghozali (2007) Suatu variabel dikatakan terdistribusi normal


(47)

Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis grafik.

Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu

diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya, dimana:

1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal

atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal regresi

memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah

garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi

normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas menurut Ghozali (2007) bertujuan untuk mengetahui

apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara

variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas

didalam model regresi antara lain dapat dilakukan dengan melihat:

1. Cadangan matrik melalui uji korelasi parsial, artinya jika hubungan antar

variabel independen relatif rendah, lebih kecil dari 0,80 maka tidak terjadi

multikolonieritas.

2. Dengan nilai toleransi (tolerance, TOL) dan faktor inflasi varians (Variance Inflation Factor. VIF). Kriterianya, jika toleransi sama dengan satu atau mendekati satu dan nilai VIF < 10 maka tidak ada gejala multikolinieritas.


(48)

Sebaliknya jika toleransi tidak sama dengan satu atau mendekati nol dan nilai

VIF > 10 maka diduga ada gejala multikolinieritas.

3. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2007) uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dasar analisis untuk pengambilan

keputusan adalah:

1. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang

teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengindikasikan

telah terjadi heteroskedasitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah

angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedasitas.

Metode yang dapat dipakai untuk mendeteksi gejala heteroskedastisitas

antara lain: metode grafik, park gletser, rank spearman dan barlett. Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mendeteksi gejala heteroskedasitas

dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan

residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedasitas dapat dilakukan

dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara ZPRED dan SRESID dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X


(49)

4. Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2007) uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada

periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika

terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi.

Pada data cross section (silang waktu) masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena gangguan pada observasi berbeda berasal dari individu/kelompok

yang berbeda. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari

autokorelasi.

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi didalam model regresi

antara lain dapat dilakukan dengan Uji Durbin-Watson (DW-Test), dengan

ketentuan sebagai berikut:

)

0

r

(

si

autokorela

ada

tidak

:

H

o

=

)

0

r

(

si

autokorela

ada

:


(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. PT Bank Mandiri Persero, Tbk

Bank Mandiri didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari program

restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Pada

bulan Juli 1999, empat bank pemerintah yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang

Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia dilebur

menjadi Bank Mandiri, dimana masing-masing bank tersebut memiliki peran yang

tak terpisahkan dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Sampai dengan

hari ini, Bank Mandiri meneruskan tradisi selama lebih dari 140 tahun

memberikan kontribusi dalam dunia perbankan dan perekonomian Indonesia.

2. PT Bank Negara Indonesia Persero, Tbk

Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara

Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah

Indonesia. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan sebagai Bank Pembangunan,

dan kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai Bank Devisa, dengan akses

langsung untuk transaksi luar negeri. Sehubungan dengan penambahan modal

pada tahun 1955, status Bank Negara Indonesia diubah menjadi Bank Komersial

milik pemerintah. Perubahan ini melandasi pelayanan yang lebih baik dan tuas


(51)

pendirian sebagai bagian dari identitas perusahaan, nama Bank Negara Indonesia

1946 resmi digunakan mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini menjadikan Bank

Negara Indonesia lebih dikenal sebagai “BNI 46”. Penggunaan nama panggilan

yang lebih mudah diingat Bank BNI ditetapkan bersamaan dengan perubahaan

identitas perusahaan tahun 1988. Pada Tahun 1992, status hukum dan nama BNI

berubah menjadi PT Bank Negara Indonesia (Persero), sementara keputusan untuk

menjadi perusahaan publik diwujudkan melalui penawaran saham perdana di

pasar modal pada tahun 1996.

Pada Pada akhir tahun 2011, Pemerintah Republik Indonesia memegang

60% saham BNI, sementara 40% saham selebihnya dimiliki oleh pemegang

saham publik baik individu maupun institusi, domestik dan asing.

Saat ini, BNI adalah bank terbesar ke-4 di Indonesia berdasarkan total aset, total

kredit maupun total dana pihak ketiga. Kapabilitas BNI untuk menyediakan

layanan jasa keuangan secara menyeluruh didukung oleh perusahaan anak di

bidang perbankan syariah (Bank BNI Syariah), pembiayaan (BNI Multi Finance),

pasar modal (BNI Securities), dan asuransi (BNI Life Insurance).

3. PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk merupakan salah satu bank milik

pemerintah yang terbesar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia

(BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Aria Wirjaatmadja

dengan nama Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren atau Bank


(52)

(pribumi). Berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai

hari kelahiran PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Pendiri Bank Rakyat

Indonesia Raden Aria Wirjaatmadja pada periode setelah kemerdekaan RI,

berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa

Bank Rakyat Indonesia adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik

Indonesia. Pada tanggal 22 Februari 1946 Pemerintah mengubah nama lembaga

tersebut menjadi Bank Rakyat Indonesia (BRI).

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang didirikan sejak tahun 1895

didasarkan pelayanan pada masyarakat kecil sampai sekarang tetap konsisten,

yaitu dengan fokus pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM). Hal ini tercermin dari penyaluran KUK (Kredit Usaha Kecil) pada

tahun 1994 sebesar Rp. 6.419,8 milyar. Atas keberhasilannya sebagai bank

pertama yang dapat menyalurkan kredit mikro (KUR) kepada masyarakat dalam

jumlah yang besar, kinerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mendapat

pujian dari Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono pada AFI Global Policy

Forum di Bali 27 September 2010.

4. PT Bank Tabungan Negara Persero, Tbk

Pengesahan status Bank Tabungan Negara sebagai bank milik Negara

ditetapkan dengan UU No. 20 tahun 1968 tanggal 19 Desember 1968 yang

sebelumnya (sejak tahun 1964) Bank Tabungan Negara menjadi BNI unit V. Jika

tugas utama saat pendirian Postspaabank (1897) sampai dengan Bank Tabungan


(53)

tabungan, maka sejak tahun 1974 Bank Tabungan Negara ditambah tugasnya

yaitu memberikan pelayanan KPR dan untuk pertama kalinya penyaluran KPR

tejadi pada tanggal 10 Desember 1976, karena itulah tanggal 10 Desember

diperingati sebagai hari KPR di BTN. Bentuk hukum Bank Tabungan Negara

mengalami perubahan lagi pada tahun 1992, yaitu dikeluarkanya PP No. 24 tahun

1992 tanggal 19 April 1992 yang merupakan pelaksaan dari UU No. 7 tahun 1992

bentuk hukum Bank Tabungan Negara berubah menjadi perusahaan Perseroan.

Sejak itu nama Bank Tabungan Negara menjadi PT. Bank Tabungan Negara

(Persero) dengan call name Bank BTN. Berdasarkan kajian konsultan

independent, Price Waterhouse Coopers, Pemerintah melalui Mentri BUMN

dalam surat No. S-544/M-MBU/2002 tanggal 21 Agustus 2002 memutuskan Bank

BTN sebagai bank umum dengan fokus bisnis pembiayaan perumahan tanpa

subsidi.

4.2 Deskriptif Statistik Variabel Penelitian Regresi Linier Berganda Tabel 4.1

Deskripsi Statistik Variabel Penelitian Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

VACA 128 .046 8.981 1.03285 1.528336

VAHU 128 1.267 23.143 3.43731 2.442728

STVA 128 1134244 2.E7 5889445.77 3812147.518

MtBV 128 163.87 3.11E5 8272.8648 27376.42621

Valid N (listwise) 128


(54)

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa market to book value Bank

Umum Persero di Indonesia dalam periode tahun 2005-2012 mempunyai nilai

minimum 163,87 dan nilai maksimum 311.339,00. Sementara nilai standar

deviasi (standard deviation) sebesar 27.376,426 dan nilai rata-rata (mean)

8.272,864. Hal ini menunjukkan bahwa selama periode tahun 2005-2012 secara

statistik dapat dijelaskan bahwa market to book value yang dilakukan Bank

Persero terhadap intellectual capital termasuk dalam kategori yang belum cukup

baik. Adapun nilai rata-rata (mean) yang lebih kecil dibanding nilai standar

deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa data belum terdistribusi dengan

baik.

Value Added Capital Employed (VACA) mempunyai nilai minimum 0,046

dan nilai maksimum 8,981. Sementara nilai standar deviasi (standar deviation)

sebesar 1,528 dan nilai rata-rata (mean) sebesar 1,032. Hal ini menunjukkan

bahwa secara statistik selama periode tahun 2005-2012 VACA belum memenuhi

standar dengan baik. Nilai rata-rata (mean) yang lebih kecil dibandingkan nilai

standar deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi

dengan baik.

Value Added Human Capital (VAHU) mempunyai nilai minimum 1,267

dan nilai maksimum 23,143. Sementara nilai standar deviasi (standar deviation)

sebesar 2,442 dan nilai rata-rata (mean) sebesar 3,437. Hal ini menunjukkan

bahwa secara statistik selama periode tahun 2005-2012 VAHU memenuhi standar

dengan baik. Nilai rata-rata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar


(55)

Structural Capital Value Added (STVA) mempunyai nilai minimum

1.134.244 dan nilai maksimum 18.515.231. Sementara nilai standar deviasi

(standar deviation) sebesar 3.812.147,518 dan nilai rata-rata (mean) sebesar

5.889.445,77. Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik selama periode tahun

2005-2012 STVA memenuhi standar dengan baik. Nilai rata-rata (mean) yang

lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standard deviation) menunjukkan

bahwa data terdistribusi dengan baik.

4.3 Uji Asumsi Klasik 4.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau

tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati

normal. Metode yang dapat digunakan untuk normalitas antara lain: analisis

grafik dan analisis statistik.

Chi square (

x

2) digunakan untuk uji statistik apakah data terdistribusi normal atau tidak terdistribusi normal. Chi square memiliki ketentuan jika nilai

x

2 hitung <

x

2 tabel maka data terdistribusi secara normal. Chi square dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2 Chi Square Test Statistics

VACA VAHU STVA MtBV


(56)

Df 122 125 127 127

Asymp. Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000

Sumber: Hasil Penelitian, 2013 (Data Diolah)

Dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa nilai

x

2 hitung VACA sebesar 4,609,

x

2 hitung VAHU sebesar 1,937,

x

2 hitung STVA sebesar 0,000, dan

x

2 hitung

MtBV sebesar 0,000. Sedangkan

x

2 tabel pada tingkat kepercayaan α=0,05 dengan df 122=148,779, df 125=152,094, dan df 127=154,302.

VACA memiliki

x

2 hitung (4,609) <

x

2 tabel (148,779), VAHU memiliki

x

2 hitung (1,937) <

x

2 tabel (152,094), STVA

x

2 hitung (0,000) <

x

2 tabel

(154,302), dan MtBV memiliki

x

2 hitung (0,000) <

x

2 tabel (154,302). Oleh

karena

x

2 hitung <

x

2 tabel maka

H

0diterima dan H1ditolak artinya VACA, VAHU, STVA, dan MtBV terdistribusi secara normal.

Metode lain untuk mengetahui normalitas adalah dengan menggunakan

metode analisis grafik baik dengan meilhat grafik secara histogram ataupun

dengan melihat secara Normal Probability Plot. Normalitas dapat dideteksi

dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau

dengan melihat histogram dari residualnya:

a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal

atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal (menyerupai


(57)

b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah

garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi

normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Berikut hasil uji normalitas yang diperoleh dalam analisis penelitian ini

pada Gambar 4.1.

Sumber: Hasil Penelitian, 2013 (Data Diolah)

Gambar 4.1. Grafik Histogram

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal karena

bentuk kurva memiliki kemiringan yang cenderung imbang dan kurva berbentuk

menyerupai lonceng. Dapat disimpulkan bahwa variabel pengganggu atau residual


(58)

Sumber: Hasil Penelitian, 2013 (Data Diolah)

Gambar 4.2. Normal P-Plot

Berdasarkan Gambar 4.2 Normal Probability Plot di atas dapat

disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas karena data

memanjang di sekitar garis diagonal dan penyebaran data searah mengikuti garis

diagonal.

4.3.2 Uji Multikolineritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.

Adanya multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai

variance inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance di bawah 1 dan nilai Variance

Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 maka model terbebas dari


(59)

Tabel 4.3 Uji Multikolineritas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 VACA .968 1.033

VAHU .826 1.210

STVA .812 1.232

a. Dependent Variable: MtBV

Sumber: Hasil Penelitian, 2013 (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel 4.3 nilai tolerance dan VIF dari variabel VACA adalah

sebesar 0,968 dan 1,033. Untuk variabel VAHU adalah sebesar 0,826 dan 1,210.

Untuk variabel STVA sebesar 0,812 dan 1,232. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa dalam model ini tidak terdapat masalah multikolinearitas

antara variabel bebas karena nilai tolerance berada di bawah 1 dan nilai VIF di

bawah angka 10.

4.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.

Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedasitas. Pengujian

untuk melihat ada atau tidaknya heteroskedisitas dapat dilakukan dengan melihat

scatter plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residual

(SRESID). Jika titik-titik pada scatter plot tersebut membentuk pola tertentu yang


(60)

diindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Hasil pengujian heteroskedasitas

yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut:

Sumber: Hasil Penelitian, 2013 (Data Diolah)

Gambar 4.3. Uji Heteroskedastisitas

Dari Gambar 4.3 diperlihatkan bahwa titik-titik menyebar secara acak.

Maka dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi ini tidak terjadi masalah

heteroskedastisitas.

Tabel 4.4 Uji Glejser Coefficients1

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -8995.941 1183.778 -7.599 .632 VACA -532.702 349.126 -.052 -1.526 .128 VAHU 6189.324 236.400 .969 26.182 .236

STVA .000 .000 -.137 -3.663 .367

1.Dependent Variable: Absolute_Residual


(61)

Dari Tabel 4.4 dapat dilihat diketahui nilai signifikan uji glejser untuk VACA

(0,128) > 0,05, VAHU (0,236) > 0,05, dan STVA (0,367) >0,05. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada

model regresi.

4.3.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahanpengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka

dinamakan ada problem autokorelasi. Adapun uji yang dapat digunakan untuk

mendeteksi adanya penyimpangan asumsi klasik ini adalah uji Durbin Watson

(D-W stat) dengan ketentuan sebagai berikut:

Deteksi autokorelasi positif:

a. Jika d < dL maka terdapat autokorelasi positif

b. Jika d > dU maka tidak terdapat autokorelasi positif

c. Jika dL < d < dU maka pengujian tidak meyakinkan atau tidak dapat

disimpulkan

Deteksi autokorelasi negatif:

a. Jika (4 - d) < dL maka terdapat autokorelasi negatif

b. Jika (4 - d) < dL maka tidak terdapat autokorelasi negatif

c. Jika dL < (4 - d) < dU maka pengujian tidak meyakinkan atau tidak dapat


(1)

MtBV. Ini berarti bahwa jika Structural Capital Value Added (STVA) meningkat maka Market to Book Value (MtBV) juga akan mengalami peningkatan.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Suhendah (2012) yang memiliki bukti empiris bahwa STVA berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap MtBV, Margaretha dan Rakhman (2006) yang memiliki bukti empiris bahwa STVA berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Market to Book Value (MtBV), Pramelasari (2010) yang memiliki bukti empiris bahwa STVA berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Market to Book Value (MtBV), tetapi sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bentoen (2011).

5. Pengaruh VAIC terhadap MtBV pada Bank Umum Persero di Indonesia

Intellectual capital dalam penelitian ini diukur dengan metode Value Added Intellectual Coefficient (VAIC). Hasil pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel intellectual capital (VAIC) terhadap market-to-book valueratio

menunjukkan VAIC berpengaruh positif dan signifikan terhadap Market to Book Value (MtBV). Ini berarti bahwa jika Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) meningkat maka Market to Book Value (MtBV) juga akan mengalami peningkatan.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Suhendah (2012), Pramelasari (2010), dan Margaretha dan Rakhman (2006) yang memiliki bukti empiris bahwa intellectual capital berpengaruh negatif dan tidak signifikan. Tetapi penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan


(2)

Bentoen (2011) yang memiliki bukti empiris bahwa intellectual capital


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Value Added Capital Employed (VACA) berpengaruh positif dan tidak signifikan

terhadap Market to Book Value (MtBV) Bank Umum Persero di Indonesia, Value Added Human Capital (VAHU) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap

Market to Book Value (MtBV) Bank Umum Persero di Indonesia, dan Structural Capital Value Added (STVA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Market to Book Value (MtBV) Bank Umum Persero di Indonesia.

2. Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Market to Book Value (MtBV) Bank Umum Persero di Indonesia.

5.2. Saran

Beberapa saran untuk dijadikan masukan dan bahan pertimbangan yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain sebagai berikut:

1. Bagi Bank Umum Persero melakukan investasi pada intellectual capital sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan nilai pasar.

2. Bank Umum Persero diharapkan menganalisis reaksi pasar jika perusahaan ingin melakukan investasi yang mengeluarkan biaya yang besar karena sebagian besar investor tidak memperhatikan perusahaan secara fundamental sebelum mereka membeli saham.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Cebenoyan, F., 2003. ‘‘Operational efficiency and the value-relevance of earnings’’, HunterCollege Department of Economics working papers 301, Hunter College Department of Economics.

Deegan, C., 2004. Financial Accounting Theory, McGraw-Hill Book Company, Sydney.

Ghozali, Imam dan Chairi, Anis, 2007. Teori Akuntansi, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, 2002. Metodologi Penelitian Bisnis, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta.

Jogiyanto, 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. BPFE. Yogyakarta. Nazir, Moh., 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Ciawi - Bogor Selatan. Stewart, Thomas A., 2004. Intellectual Capital: Modal Intelektual Kekayaan Baru

Organisasi. PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Ulum, Ihyaul, 2009. Intellectual Capital. Konsep dan Kajian Empiris, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Jurnal:

Abuzayed, Bana and Philip Molyneux, 2009. “Market Value, Book Value and Earnings: Is bank efficiency a missing link?”, Journal of Managerial Finance, Vol. 35, pp. Hal. 156-179.

Brinker, Barry, 2000. “Intellectual Capital”, Tomorrows Asset, Today’s Challenge.

Firer, S. and Williams M., 2003. “Intellectual Capital and Traditional Measures of Corporate Performance. Journal of Intellectual Capital”, Journal of Intellectual Capital, 4 (3): Hal. 348 – 360.

Haniffa, R. M., dan Cooke, T. E., (2005), “The Impact of Culture and Governance on Corporate Social Reporting”, Journal of Accounting and Public Policy, 24, Hal. 391-430.


(5)

Ivada, Elvia, 2004. “Persepsi Akuntan atau Pengakuan dan Pelaporan Intellectual Capital”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 3, No. 2, September 2004.

Margaretha, Farah dan Arief Rakhman, 2006. “Analisis Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Market Value dan Financial Performance Perusahaan Dengan Metode Value Added Intellectual Coefficient”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 8, No. 2, Agustus 2006, Hal. 199-217.

Najibullah, Syed, 2005. “An Empirical Investigation of The Relationship Between Intellectual Capital and Firms’ Market Value and Financial Performance”, In Context of Commercial Banks of Bangladesh.

Pulic, A., 2003. “MVA and VAIC”, An Accounting Tool for IC Management. Rahayu, Kusmaryati D., 2006. “Intellectual Capital”, Javanisi, Vol. 9, No. 3. Roslender, R., dan R. Fincham, 2004. “Intellectual Capital: Who Counts,

Controls?”, Accounting and the Public Interest (API), Vol. 4. PP. Hal. 1-21.

Sawarjuwono, Tjiptohadi dan Agustine Prihatin Kadir, 2003. ”Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran dan Pelaporan (sebuah Library Research)”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Mei 2003, Vol. 5, No. 1.

Skripsi:

Bentoen, Suri, 2011. “Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Financial Performance, Growth, Dan Market Value”. Skripsi, Program Studi Akuntansi Universitas Pelita Harapan Surabaya, Surabaya.

Pramelasari, Yosi Metta, 2010. “Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Nilai Pasar dan Kinerja Keuangan Perusahaan”. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.

Suhendah, Rousilita, 2012. “Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Profitabilitas, Produktivitas, dan Penilaian Pasar pada Perusahaan yang Go Public di Indonesia tahun 2005-2007”. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanegara.


(6)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value -6.9782E3 4.8767E4 8.2729E3 12226.49211 128

Residual -2.70118E4 2.62572E5 .00000 24494.52189 128

Std. Predicted Value -1.247 3.312 .000 1.000 128

Std. Residual -1.098 10.677 .000 .996 128

a. Dependent Variable: MtBV

Regression

[DataSet0] H:\FILE SKRIPSI\DATA SPSS\LINIER BERGANDA.sav

Model Summary

Model R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F Change

1 .447a .199 .193 24591.53028 .199 31.393 1 126 .000

a. Predictors: (Constant), VAIC

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -10616.043 4011.205 -2.647 .009

VAIC .003 .001 .447 5.603 .000