Pelayuan Proses Pengolahan Teh Hitam

commit to user

1. Pelayuan

Pelayuan merupakan tahap pertama dalam berbagai cara pengolahan teh hitam. Waktu yang diperlukan dalam proses pelayuan ini bervariasi tergantung sistem pengolahan yang digunakan dan tingkat layu yang dibutuhkan. Untuk sistem pengolahan ortodoks waktu yang digunakan untuk melayukan pucuk berkisar antara 10-20 jam. Tujuan dari proses pelayuan adalah untuk mengurangi kandungan air dalam pucuk secara merata disetiap bagian pucuk sehingga mudah digulung dan memudahkan cairan sel keluar dari jaringan ke permukaan daun selama digulung. Dalam hal ini pelayuan merupakan kunci keberhasilan dalam proses pengolahan teh hitam. Proses pelayuan dimulai dengan pembeberan pucuk ke dalam Withering Trough. Pembeberan pucuk ini dilakukan sesegera mungkin setelah pucuk tiba di pabrik. Hal ini dilakukan agar panas dan air yang terdapat dalam permukaan pucuk segera hilang sehingga kerusakan pucuk akibat terperam dapat dihindari. Selama proses pelayuan, pucuk teh mengalami dua perubahan yaitu perubahan kimia dan perubahan fisik. Perubahan kimia berlangsung sejak pucuk dipetik dari kebun sampai dengan proses pelayuan. Selama proses pelayuan terjadi perombakan-perombakan senyawa kimia yang terkandung dalam pucuk. Perubahan fisik dikarenakan berkurangnya kandungan air dalam pucuk akibat penguapan atau karena aliran udara yang dihembuskan. Dengan berkurangnya kandungan air maka pucuk akan lemas dan lentur. PTP Nusantara IX Kebun Semugih memiliki 10 unit Withering Trough dengan kapasitas 1800 kg dan 4 unit Withering Trough dengan kapasitas 1000 kg. Proses pembeberan pucuk dilakukan dari ujung Trough yang berdekatan dengan kipas menuju ujung yang lain agar pucuk teh yang terjatuh ke lantai saat pembeberan tidak terinjak oleh pekerja. Bersamaan dengan itu kipas penghembus udara dinyalakan. Hal ini dilakukan agar pucuk teh yang menggumpal dapat terurai dengan baik. Selain itu juga untuk menghilangkan panas dan air yang ada pada pucuk. Ketebalan pucuk pada saat pembeberan berkisar antara 25-30 cm sedangkan kecepatan udara yang dihasilkan kipas sebesar 18,33 CFM Cubic Feet per Minute. Udara yang commit to user baik digunakan dalam proses pelayuan adalah udara yang bersih tanpa debu, bau, dan sebagainya, dan kelembaban udara berkisar antara 60-70. Karena proses pengolahan teh hitam diperlukan aktivitas enzim sebagai biokatalisator, suhu udara pelayuan udara diusahakan tidak lebih dari 28 C, dengan suhu optimum26,7 C 80 F. Proses pelayuan pada PTP Nusantara IX Kebun Semugih dapat dilihat pada Gambar 4.5 Gambar 4.5 Proses Pelayuan 2. Penggulungan, Penggilingan, dan Sortasi Basah Proses penggulungan, penggilingan, dan sortasi basah merupakan tahap pengolahan untuk mempersiapkan terbentuknya mutu, baik secara kimia maupun secara fisik. Secara kimia akan terjadi reaksi antara Polifenol dan enzim Polifenol oksidase dengan oksigen yang merupakan proses yang mendasari terbentuknya mutu-dalam iner quality dari teh. Secara fisik daun akan mengalami pengecilan fraksi karena proses penggulungan. Adapun tujuan dari proses penggulungan adalah : 1. Membuat daun memar dan dinding sel rusak sehingga cairan sel dapat keluar ke permukaan daun 2. Menggulung pucuk layu 3. Mengecilkan fraksi daun Pada PTP Nusantara IX Kebun Semugih, mesin yang digunakan untuk menggulung pucuk berupa Open Top Roller OTR dengan kapasitas 375 kg. Sedangkan waktu yang digunakan untuk menggulung pucuk adalah 50 menit. commit to user Setelah pucuk teh digulung, proses selanjutnya adalah penggilingan. Proses penggilingan bertujuan untuk : 1. Mengecilkan ukuran pucuk 2. Memotong hasil penggulungan menjadi ukuran lebih pendek 3. Menggerus pucuk agar cairan sel keluar semaksimal mungkin 4. Untuk memperoleh bubuk basah sebanyak-banyaknya Kondisi ruang pengolahan basah penggulungan, penggilingan, dan oksidasi enzimatis dapat dilihat pada Gambar 4.6 Gambar 4.6 Ruang Pengolahan Basah Mesin yang digunakan untuk menggiling adalah Press Cup Roller PCR dan Rotorvane RV. Pada PCR waktu yang dibutuhkan untuk menggiling pucuk adalah 30 menit. Sedangkan waktu penggilingan pada RV adalah 20 menit. Lama penggilingan dihitung sejak pucuk dimasukkan sampai dikeluarkan dari mesin penggilingan. Pada pengolahan teh hitam dengan sistem Ortodoks Rotorvane terdapat proses sortasi basah. Sortasi basah pada pengolahan teh hitam bertujuan untuk : 1. Memecahkan gumpalan-gumpalan daun yang terjadi pada proses penggulungan maupun penggilingan 2. Memperoleh bubuk yang seragam 3. Memudahkan pekerjaan sortasi kering Mesin sortasi basah yang digunakan oleh PTP Nusantara IX Kebun Semugih adalah Rotary Roll Breaker RRB. Pada RRB terdapat ayakan dengan ukuran 6, 6, dan 7 mesh. Pemilihan ukuran ayakan ini bertujuan untuk commit to user mendapatkan teh dengan grade kecil bubuk. Hasil sortasi basah terdiri dari bubuk dan Badag. Badag merupakan bubuk teh kasar yang tidak dapat lagi melewati ayakan terakhir. Karena suhu yang tinggi diatas 32 C tidak dikehendaki dalam pengolahan basah penggulungan, penggilingan, sortasi basah, dan fermentasi, maka digunakan kipas untuk dapat mengalirkan udara dari luar. Selain itu kelembaban ruang dipertahankan dengan cara mengabutkan air menggunakan Humidifier. Penggunaan kipas dan Humidifier dapat membantu mempertahankan suhu ruang pengolahan basah antara 20-24 C dan kelembaban antara 90-95. Selain itu juga mempertahankan suhu bubuk antara 26-32 C. Proses pengolahan basah pada PTP Nusantara IX Kebun Semugih dapat dilihat pada Gambar 4.7. Gambar 4.7 Skema Pengolahan Basah Open Top Roller Rotary Roll Breaker I Press Cup Roller Rotary Roll Breaker II Rotorvane I Rotary Roll Breaker III Rotary Roll Breaker IV BADAG Rotorvane II BUBUK I BUBUK II BUBUK III BUBUK IV commit to user a. Open Top Roller OTR Pada PTP Nusantara IX Kebun Semugih terdapat 3 unit mesin OTR dengan kapasitas masing-masing 375 kg. Sebelum dilakukan penggulungan, pucuk terlebih dahulu ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam mesin melalui cerobong yang terdapat di atas mesin. Selanjutnya motor penggerak OTR dihidupkan saat dilakukan pemasukan pucuk. Proses penggulungan dilakukan selama 50 menit dihitung sejak pucuk dimasukkan ke dalam OTR. Di dalam mesin OTR, pucuk layu akan bergesekan dengan dinding dan bagian dasar OTR. Bagian dasar mesin terdapat connus berupa tonjolan yang berfungsi untuk mengaduk dan meratakan pucuk. Dengan adanya gesekan maka daun akan tergulung dan terpotong sehingga cairan sel daun akan keluar. Penggulungan berjalan baik apabila cairan yang keluar tersebut dapat menyelimuti pucuk daun yang tergulung. Hal ini tergantung dari kualitas pelayuan. Mesin ini bekerja dengan prinsip singgle action yaitu hanya bagian atas yang berputar. Di dalam OTR pucuk mengalami peningkatan suhu yaitu antara 27-30 C. Setelah penggulungan berakhir segera dilakukan pembongkaran bubuk teh melalui katup bagian bawah. Bubuk teh yang dihasilkan ditampung dalam gerbong untuk dilakukan proses selanjutnya. b. Rotary Roll Breaker I RRB I Bubuk hasil penggulungan dari OTR selanjutnya dimasukkan ke dalam mesin Rotary Roll Breaker RRB melalui Conveyor. Mesin ini terdiri dari tiga bagian ayakan yang tersusun secara horisontal dengan ukuran ayakan masing-masing 6, 6, dan 7 mesh. Dengan ayakan ini maka bubuk teh dapat disortasi. Bubuk teh dilewatkan ayakan selama 10 menit. Hasil ayakan dinamakan bubuk I dan ditampung dalam baki fermentasi dengan ketebalan hamparan 5-7 cm. Ketebalan bubuk tersebut dapat berpengaruh terhadap proses fermentasi. commit to user c. Press Cup Roller PCR Bubuk yang tidak lolos dari ayakan pada RRB I diangkut dan dimasukkan ke dalam mesin Press Cup Roller PCR untuk dilakukan penggulungan kembali. Proses penggulungan berlangsung selama 30 menit. Pada proses ini selain dilakukan penggulungan juga dilakukan pengepresan pada bubuk teh. Alat pengepres yang digunakan berupa lempengan bundar pada bagian atas mesin dengan menggunakan sistem Double Action. Selama 30 menit tersebut, dilakukan pengisian bubuk kedalam mesin pada 10 menit pertama. Tujuh menit selanjutnya dilakukan pengepresan dengan cara katup bagian atas mesin di dorong kedalam. Kemudian katup dibuka selama 3 menit untuk memberikan kesempatan terjadinya sirkulasi udara didalam mesin. Setelah itu mesin ditutup kembali selama 7 menit dan dibuka lagi 3 menit selanjutnya dilakukan pembongkaran malaui katup pengeluaran yang berada pada bagian bawah mesin. Pengepresan ini bertujuan untuk mengeluarkan cairan sel lebih lanjut. Penggulungan disertai pengepresan dapat memaksa cairan Polifenol dan enzim Polifenol Oksidase keluar dan bertemu dengan udara sehingga dapat terjadi fermentasi. d. Rotary Roll Breaker II RRB II Bubuk dari mesin PCR dibawa menuju Rotary Roll Breaker II RRB II dilewatkan Conveyor. RRB II mempunyai ukuran ayakan yang sama dengan RRB I yaitu 6, 6, dan 7 mesh. Proses pengayakan berlangsung selama 10 menit. Bubuk yang lolos dari ayakan dinamakan bubuk II dan ditampung dalam baki fermentasi dengan perlakuan yang sama dengan bubuk I. Sedangkan bubuk yang tidak lolos memasuki tahap pengolahan selanjutnya. e. Rotorvane I RV I Bubuk yang tidak lolos dari RRB II selanjutnya memasuki Rotorvane melalui Conveyor yang menghubungkan antara RRB II dengan Rotorvane. Di dalam Rotorvane bubuk teh dipotong dengan putaran commit to user pisau vane dalam silinder. Proses ini berlangsung selama 20 menit. Bubuk yang keluar dari Rotorvane mengalami kenaikan suhu antara 29 C sampai 30 C f. Rotary Roll Breaker III RRB III Selain berfungsi untuk melakukan sortasi basah, RRB juga dapat berfungsi untuk mendinginkan bubuk teh setelah keluar dari Rotorvane. Ukuran ayakan pada RRB III sama dengan RRB II dan waktu yang digunakan untuk mengayak juga sama yaitu 10 menit. Hasil ayakan dinamakan bubuk III dan segera ditampung dalam baki fermentasi serta diperlakukan sama dengan bubuk I dan bubuk II. g. Rotorvane II RRV II Bubuk yang tidak lolos ayakan pada RRB III dimasukkan ke dalam Rotorvane II. Alat ini bekerja dengan prinsip yang sama seperti Rotorvane I dan berlangsung selama 20 menit. h. Rotary Roll Breaker II RRB II Dari Rotorvane II, bubuk dimasukkan ke dalam mesin Rotary Roll Breaker IV. Mesin ini sama dengan mesin RRB sebelumnya hanya saja bubuk yang lolos dari ayakan dinamakan bubuk IV dan bubuk yang tidak lolos dinamakan Badag. Badag terdiri dari fraksi daun dan tangkai teh. Baik bubuk IV maupun Badag diberi perlakuan yang sama dengan bubuk-bubuk sebelumnya. Apabila Badag yang dihasilkan masih banyak mengandung fraksi daun maka Badag diproses ulang. Badag diayak ulang mulai dari RRB II sampai RRB IV. Semua bubuk yang dihasilkan dikategorikan ke dalam bubuk IV. Pengulangan ini biasanya dilakukan hanya sekali dan selanjutnya bubuk yang dihasilkan mengalami proses fermentasi hingga siap dilakukan pengeringan. commit to user

3. Fermentasi