Pengawasan Mutu Bahan Baku

commit to user

E. Pengendalian Mutu

Mutu teh merupakan kumpulan sifat teh, baik fisik maupun kimia yang menyebabkan dapat diterima sebagai bahan konsumsi. Sifat fisik maupun kimia teh telah dimiliki sejak berupa pucuk daun teh. Oleh karena itu, usaha pengendalian mutu teh dimulai sejak teh ditanam, dipetik, diangkut ke pabrik, selama proses pengolahan dan setelah pengolahan. Pada proses pengolahan, pengendalian mutu teh dimulai dari masing-masing proses yang terdapat dalam pengolahan, mulai dari penanganan bahan baku, pelayuan, penggulungan, pengepresan, sortasi basah, fermentasi, pengeringan, sortasi kering, dan penyimpanan. Proses-proses tersebut saling terkait satu sama lain dalam satu sistem, sehingga diperlukan prosedur-prosedur khusus untuk menjalankan kegiatan-kegiatan yang merupakan bagian dari proses-proses tersebut agar tidak menyimpang dari tujuannya, yaitu memperoleh teh yang memenuhi persyaratan perdagangan, memiliki cita rasa yang memuaskan serta tidak berbahaya bagi keselamatan dan kesehatan konsumen. Dalam usaha pengendalian mutu Quality Control pada proses pengolahan teh hitam di PTP Nusantara IX Kebun Semugih dilakukan dengan membuat Standar Operasional Prosedur SOP pada setiap tahapan proses sesuai dengan standar mutu yang diterapkan yakni, ISO 9001 : 2000 SNI. 19. 9001: 2001 dan diuraikan melalui tahapan proses pengolahan sebagai berikut :

1. Pengawasan Mutu Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan adalah pucuk teh dengan satu, dua, atau tiga helai daun yang menyertainya. Pucuk teh yang dipetik dalam keadaan baik dan benar cara pemetikannya serta penanganannya akan menghasilkan produk yang memiliki kualitas baik. Pucuk yang dipetik dari kebun tidak semuanya dalam keadaan yang baik, ada sebagian yang telah mengalami kerusakan. Kerusakan ini lebih banyak disebabkan oleh faktor manusia, sedangkan yang berasal dari faktor alam tidak dianggap sebagai suatu kerusakan. Pengawasan mutu dalam pengadaan bahan baku merupakan tanggung jawab dari mandor besar dan mandor pemetikan. Pengawasan mutu pada bahan baku diantaranya : commit to user a. Pemetikan dan Penanganan Pasca Petik Sebelum dilakukan pemetikan, terlebih dahulu dipastikan bahwa blok yang akan dipetik telah sesuai dengan siklus pemetikan. Siklus pemetikan untuk tiap-tiap kelompok petik adalah 7 – 8 hari. Pemetikan pucuk dilakukan dengan dua jari dan hanya memetik pucuk yang sesuai dengan rumus petikan medium P+2, P+3, B+2M, B+3M. Setelah dipetik, pucuk tidak boleh berada pada genggaman tangan terlalu lama, jika genggaman telah penuh segera dimasukkan ke dalam keranjang petik. Keranjang petik harus selalu digendong oleh pemetik, tidak boleh diletakkan di atas permukaan pucuk tanaman teh. Setelah keranjang penuh, pucuk teh dipindahkan ke dalam waring. Pengisian waring maksimal adalah 25 Kg, dan tidak diperbolehkan menjejalkan pucuk ke dalam waring. Pengisian yang melebihi kapasitas waring dapat menyebabkan pucuk memar dan terjadi kenaikan suhu. Mandor petik selalu melakukan pengawasan dan pemeriksaan mulai dari proses pemetikan, pengisian waring, penimbangan, sampai dengan pengangkutan ke pabrik. Selain itu juga melakukan peneguran kepada pemetik jika bekerja tidak sesuai dengan Standar Operasional Prosedur yang ditetapkan. b. Analisa Petik Analisa petik adalah salah satu langkah pengendalian mutu pada bahan baku yang bertujuan sebagai sarana evaluasi pemetikan yang dilakukan dan juga untuk mengetahui keadaan kesehatan tanaman teh. Analisa petik dilakukan berdasar pada rumus petikan yang digunakan oleh perusahaan. Adapun tahap analisa petik adalah : ƒ Hasil petikan dari masing-masing pemetik dalam satu kemandoran diambil segenggam dan dicampur secara merata kemudian diambil 1 Kg ƒ Dari 1 Kg tersebut, diambil 200 Gram untuk dianalisa ƒ Analisa dilakukan dengan mengelompokkan pucuk teh berdasarkan rangkaian pucuk yang ada P+1, P+2M, P+3M, B+1, commit to user B+2M, P+2T, P+3T, BT Burung Tua, LM Lembar Muda, LT Lembar Tua, RM Rusak Muda, dan RT Rusak Tua ƒ Masing-masing kelompok ditampung dan ditimbang untuk selanjutnya dihitung presentasenya terhadap berat total ƒ Petikan medium terdiri dari P+1, P+2M, P+3M, B+1, B+2M, jika didapatkan prosentase 60 maka petikan dianggap baik. Pelaksanaan dan pencatatan hasil analisa petik dilakukan oleh petugas khusus yang sekaligus mencatat hasil timbangan setiap pemetik. c. Pengangkutan Alat angkut yang digunakan untuk membawa pucuk teh dari kebun ke pabrik adalah truk. Setiap akan melakukan pengangkutan, truk tersebut dibersihkan dan dicuci. Truk dilengkapi dengan terpal pada baknya untuk melindungi pucuk dari sinar matahari dan hujan, selain itu truk juga dilengkapi dengan rak dari papan kayu. Pengisian waring ke dalam truk dilakukan oleh asisten sopir dengan menata waring-waring tersebut secara berlapis. Setiap lapisan dipisahkan oleh rak dari papan kayu agar waring tidak saling tindih. Pengisian waring ke dalam truk dilakukan secara rapi dan diawasi oleh mandor petik untuk mencegah penumpukan berlebihan sehingga dapat merusak kualitas pucuk. Pengangkutan dalam satu truk antara 1,5 sampai 2 Ton pucuk teh. d. Penerimaan Pucuk Truk yang telah sampai di pabrik kemudian ditimbang untuk mengetahui berat truk dan berat pucuk yang dibawa. Penimbangan truk menggunkan jembatan timbang yang dikontrol oleh petugas penerimaan pucuk. Jembatan timbang yang digunakan ditera dikalibrasi secara berkala untuk menjaga keakuratan hasil timbangan. Selanjutnya dilakukan pembongkaran pucuk dari truk, pembongkaran pucuk ini dilakukan secara hati-hati sehingga dapat mencegah tercecernya pucuk ke lantai. Pengawasan dari mandor penerimaan pucuk dilakukan agar para pekerja senantiasa mentaati standar kerja yang disyaratkan. commit to user e. Analisa Pucuk Pucuk hasil petikan memiliki mutu yang berbeda-beda. Untuk mengetahui mutu pucuk hasil petikan maka dilakukan analisa pucuk yang dilakukan oleh petugas analisa. Analisa pucuk dilakukan pada hasil petikan dari masing-masing kemandoran. Pada PTP Nusantara IX Kebun Semugih memberlakukan mutu petikan halus sebagai mutu standar MS. Hasil petikan halus berkisar antara 58-62. Hasil analisa pucuk ini dicatat pada buku penerimaan pucuk harian dan diketahui oleh sinder teknik teknologi serta dicatat papan keterangan penerimaan pucuk. Dari hasil analisa pucuk ini dapat diketahui mutu petikan dari setiap kemandoran sehingga dapat dilakukan koreksi jika ada mutu petikan yang buruk. Analisa pucuk dapat sekaligus memberikan prosentase kerusakan pucuk selama pemetikan, penanganan, dan pengangkutan. Selain itu hasil analisa pucuk dapat digunakan sebagai standar pemberian upah bagi para pemetik. Jika mutu petikannya bagus maka upah yang diterima akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan mutu petikan yang buruk. Hal ini juga dapat memberikan motivasi bagi para pemetik untuk bekerja lebih baik lagi.

2. Pelayuan