Pengujian Karakter Responden Kegiatan Penyusunan Instrumen Pengolahan Data dan Informasi

15

BAB V SURVEY LAPANGAN DAN PENGUJIAN INSTRUMEN

5.1 Pengujian Karakter Responden

Kegiatan penelitian dan pemetaan awal tentang profile rumah tangga miskin di wilayah desa Grokgak, desa Patas, desa Sumberkima, dan desa Tukad Sumaga. Ke empat desa yang menjadi pusat kegiatan pemetaaan awal, adalah untuk melakukan identifikasi dan verifikasi terkini tentang kondisi rumah tangga miskin pada ke empat desa, sekaligus akan dipersiapkan kaji tindak sosialisasi dan pelatihan kelistrikan dan perbengkelan dalam rangka mempersiapkan rumah tangga miskin dengan keterampilan yang semakin membuka jalan bagi rumah tangga miskin yang bersangkutan untuk mendapatkan peluang pangsa pasar kerja. Tim peneliti telah mengunjungi Bapak camat Grokgak, hari Kamis, Tg. 20 Agustus 2015, sekaligus melakukan sejumlah wawancara dengan responden terpilih pada wilayah empat desa yang disasar. Tim peneliti telah mempersiapkan acara sosialisasi dan pelatihan tgl 11 September 2015, dengan melibatkan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi pemerintah kabupaten Buleleng, serta Kepala UPTD. LLK UKM Kabupaten Buleleng, dalam rangka mengisi agenda kegiatan pelatihan kelistrikan dan perbengkelan, sedangkan Tim Peneliti dari PADEB FEB Universitas Udayana akan melaksanakan sosialisasi materi kewiraswastaan dalam rangka mempersiapkan rumah tangga miskin menjadi lebih mandiri melalui usaha mandiri berwiraswasta. Tim yang terdiri dari empat tenaga peneliti telah melakukan survey awal pemetaan, melaksanakan wawancara dengan responden terpilih tentang pola mata 16 pencaharian, peluag kerja dan tingkat penyerapan pasar local atas keterampilan yang mereka miliki. Rencana kerja telah disusun sesuai dengan tahapan pekerjaan, serta telah ditetapkan pembagian tugas berdasarkan agenda kegiatan yang telah ditantatangi pihak peneliti FEB Univ Udayana dengan Bappeda kabupaten Buleleng.

5.2 Kegiatan Penyusunan Instrumen Pengolahan Data dan Informasi

Kegiatan penelitian telah mengadakan rapat penyusunan instrument penelitian pada Tgl. 10 Agustus 2015, dengan meliatkan 3 peneliti utama, satu staff administrasi dan 4 mahasiswa petugas peneliti lapangan yang akan ditugaskan mengumpulkan data di wilayah empat desa terpilih yang menjadi lokasi penelitian yaitu pada desa Grokgak, desa Patas, desa Sumberkima, desa Tinga-tinga dan desa Tukad Sumaga. Rencana kerja yang tela berhasil ditetapkan adalah pemetaan lokasi ke lapangan dengan tiga peneliti utama dan dua orang mahasiswa, dilaksanakan pada tgl. 20 Agustus 2015, dengan memilih sebanyak 10 responden terpilih sebagai obyek penelitian dalam rangka menguji instrument penelitian, dengan akan dilaksanakan langkah penyempurnaan terhadap daftar pertanyaan yang telah disusun, dilakukan perbaikan terhadap item-item pertanyaan yang tidak tuntas difahami oleh responden. Gambar 1.1 : Audiensi Tim Peneliti dengan Bapak Camat Grokgak 17 Kegiatan awal kunjungan tim peneliti ke lapangan telah bertemu dengan sejumlah pejabat ditingkat kecamatan, serta sejumlah kepala desa terkait dengan kegiatan tim peneliti dalam rangka pengembangan potensi rumah tangga miskin untk lebih mampu memberdayakan diri ditengah situasu ekonomi yang berada pada kelambatan. Kegiatan awal kunjungan tim peneliti ke lapangan pada tgl 20 Agstus 2015 telah bertemu dengan sejumlah pejabat ditingkat kecamatan, serta sejumlah kepala desa terkait dengan kegiatan tim peneliti dalam rangka pengembangan potensi rumah tangga miskin untuk lebih mampu memberdayakan diri ditengah situasu ekonomi yang berada pada kelambatan. Tim peneliti juga telah mengunjungi sejumlah responden untuk diwawancari dalam rangka menguji instrument penelitian dan melengkapi data awal untuk kegatan penelitian berikutnya. 18 Gambar 1.2 Tim Peneliti bersama Camat dan Staff Gambar 1.3 menyajikan diskusi singkat antara anggota tim peneliti FEB Universitas Udayana dengan Bapak kepala LPD desa Grokgak dalam rangka mendpatkan sumber informasi terkait dengan peranan lembaga keuangan milik desa adat setempat dan kemampuan pelayanan yang telah dapat diberikan oleh LPD desa adat Grokgak kepada masyarakat pda wilayah desa bersangkutan. Wawancara dilaksanakan bersamaan dengan kunjungan tim peneliti FEB Universitas Udayana ketika melakukan survey lanjutan Tgl 20 September 2015. Tim peneliti melakukan koordinasi sekaligus membahas peminjaman tempat pelatihan, dengan mempersiapkan sebanyak 25 orang kader muda dari komponen rumah tangga miskin untuk direkrut dan diberdayakan dalam program pelatihan 19 kelistrikan dan perbengkelan terjadwal tgl 11 dan 12 September 2015, dengan melibatkan 4 desa desa terpiih sebagaimana telah diuraikan diatas. Gambar 1.3 Diskusi Tim Peneliti Dengan Pengurus LPD Desa Adat Grokgak Berdasarkan hasil survey potensi ekonomi kecamatan Grokgak, wilayah Buleleng barat sebagian besar lahan pertanian tadah hujan, sehingga masyarakat hanya mengandalkan tanaman seperti jagung, serta tanaman perkebunan seperti kelapa dan tanaman mangga sebagai sumber mata pencaharian. Dengan panjangnya musim kemarau seperti saat ini, sangat tampak bahwa lingkungan sangat berdebu lihat Gambar 1.4. Kawasan pemukiman ruma tangga miskin relatif tidak memenuhi standar lingkungan sehat, disebabkan oleh sejumlah faktor antara lain, adalah keterbatasan sumber daya air serta sanitasi rumah yang tertutup, disebabkan oleh upaya penduduk 20 untuk melindungi rumah mereka dari debu dan udara yang relatif tidak bersih dalam memasuki musim kemarau panjang. Gambar 1.3 Kondisi Lingkungan Tinggal Rumah Tangga Miskin Di Desa Sumberkima Kecamatan Grokgak Buleleng Agustus 2015 Keterbatasan sumber penghasilan rumah tangga miskin juga tercermin pada beranda rumah yang memasang tali untuk penjemuran pakaian, yang sesungguhnya tidak memenuhi syarat etis dan keindahan. Hal ini membuktikan, bahwa pada rumah tangga miskin masih belum sampai kepada upaya menata lingkungan indah, tetapi adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar yang menuntut mereka untuk mengabaikan hal-hal lan yang dapat menyita waktu mereka, dalam mendapatkan sumber pendapatan lain, seperti menjadi buruh tani dan pekerjaan sejenis lainnya. 21 Gambar 1.4 Kondisi rumah atap dan rumah tinggal Rumah Tangga Miskin Di Desa Sumberkima Kecamatan Grokgak Buleleng Agustus 2015 Rumah tangga miskin yang memiliki mata pencaharian sebagai dagang atau warung, sangat kental terlihat adanya keterbatasan sanitasi dinyatakan sehat, karena ketidak-mampuan mereka dalam menata warung dengan sarana penunjang yang dapat memnadjikan warung mereka menjadi sehat dan memenuhi syarat sanitasi yang baik. Gambar 1.5 menyajikan kondisi warung yang dikelola oleh salah satu warga yang termasuk dalamn kelompok rumah tangga miskin, memperlihatkan atap warung yang sering bocor ketika musim hujan. Pada musim kemarau saat ini, warung dapat dipastikan penuh dengan debu yang berterbangan, karena wilayah desa terdiri dari kawasan tegalan yang kering. Penataan barang dagangan juga terlihat tidak beraturan dan belum memenuhi syarat kesehatan yang baik. 22 Gambar 1.5 Tipe Usaha Kecil versi Rumah Tangga Miskin Di Desa Sumberkima Kecamatan Grokgak Buleleng Agustus 2015 Gambar 1.5 mewakili karakter lingkungan dan kondisi usaha RTM yang belum memenuhi syarat sanitasi, meskipun sebenarnya lokasi usaha berada pada lingkungan jalan raya utama Gilimanuk – Singaraja, namun keterbatasan RTM untuk membangun usaha pertokoan mereka dihadapkan kepada kemampuan keuangan pemilik usaha yang terbatas. Kompleksitas permasalahan tampak terlihatpadawarga miskin, yaitu keterbatasan sarana modal, sikap kewiraswastaan yang tidak berani mengambil resiko atas tindakan investasi, akses pembeli dengan rata-rata pendapatan rendah, serta kendala untuk bias bertahan hidup dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, adalah tantangan yang 23 sulit difahami dengan perhitunga analisis rasional, karena itu pula persoalan RTM adalah kabut misteri yang multi-komplek dan tidak mudah untuk difahami hanya dengan perhitungan analisis ekonomi semata. Gambar 1.6 menyajikan tentang kehidupan keseharian rumah tangga miskin yang sebagan besar dari mereka mengandalkan sumur buatan sendiri dengan kedalaman sekitar 12 meter, mengambil sumber air sumur dengan cara manual, dengan mengerek air mempergunakan timba. Karena pada kedalaman 12 meter, penduduk tidak mendapatkan sumber air yang permanen, sehingga tidak mungkin sumber air yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan mempergunakan tenaga pompa listrik untuk memenuhi kebutuhan bersama leih dari satu rumah tangga, karena sumur akan kehabisan sumber air. Dengan demikian, fungsi sumur baru terbatas untuk memenuhi kebutuhan air minum dan mandi untuk sebuah rumah tangga dengan keluarga kecil. Gambar 1.6 Lingkungan Sanitasi dan Sumur Sebagai Sumber Air RTM di Desa Gokgak Kecamatan Grokgak Buleleng September 2015 24 Berbeda dengan sarana kantor kepala desa Sumberkima, dan sejumlah kantor kepala desa lainnya pada wilayah kecamatan Grokgak menunjukkan fasilitas yang cukup memadai dalam rangka melaksanakan fungsi pelayanan pemerintahan desa, terkondisikan sangat berbeda dengan lingkungan rumah tangga miskin yang masih tampak pada kawasan pemukiman apa adanya, tidak memiliki lantai tegel, halaman tanah dan tidak tersedia kamar mandi dan toilet dan jamban keluarga. Gambar 1.7 menyajikan kondisi lingkungan kantor kepala desa Sumberkima yang memiliki memiliki gedung pelayanan pemerintahan relative sangat memadai bagi pelaksanaan pelayanan pemerintahan warga desa setempat. Gambar 1.7 Fasilitas Kantor Kepala Desa Desa Sumberkima Kecamatan Grokgak Buleleng September 2015 25 Tim peneliti melakukan pemantauan lapangan, dengan mengunjungi responden rumah tangga miskin di desa Grokgak kecamatan Grokgak. Musim kering telah mengkondisikan pertanian lahan kering kurang berfungsi, sebagian dari tanah pertanian seakan terbengkelai karena tidak mungkin dapat ditanami jagung, dan ketela pohon, kecuali pada petani yang memiliki modal lebih besar, dengan menanam pohon kepala, pohon mangga dan tanaman kering lainnya yang memerlukan modal awal ketika menanam bibit kepala dan manga. Gambar 1.8 menyajikan dialog langsung antara kepala keluarga RTM di lokasi desa Grokgak, di kawasan rumah tinggal tegalan yang sekaligus menjadi rumah tinggal RTM semi permanen, karena RTM yang bersangkutan ditunjuk sebagai pekerja penyakap oleh pemilik tanah yang tidak berada pada lokasi tanag tegalan. RTM penyakap cukup banyak jumlahnya di wilayah tegalan pada awasan yang memanjang dari desa 26 Sumberkima, Patas, dan desa lainnya. Gambar 1.8 mewakili RTM yang tinggal di tegalan milik orang lain, yang tidak tinggal pada lahan tegalan bersangkutan, tetapi adalah penyakap sekaligus menjadi pekerja dan pengelola lahan yang dimiliki pihak lain. Pola hubungan patron-client sebagaimana digambarkan oleh Cliff Geertz 1960-an masih ditemukan sebagai pola hubungan kekerabatan dan saling ketergantugan satu sama lainnya dalam kerangka relasi kepentingan ekonomi dan sosial, dalam hal mana pemilik lahan memfungsikan penyakap mereka sebagai perpanjagan tangan dalam rangka mendukung kegiatan hajat dan kegiatan social yang dilaksaakan oleh pemilik tanah, dimana para penyakap hadir memberikan dukungan tenaga dan bantuan lainnya. Pola hubungan patron-client ini tampak sangat menonjol dalam kerangka hubungan kerja pada sektor pertanian tegalan,dan tampak melemah dan tidak berfungsi pada sektor diluar pertanian. Putusnya link antar pekerja dan majikan diluar sektor pertanian, juga menjadi kendala bagi perlindungan rumah tangga miskin untuk mempertahankan kualitas kesejahteraan mereka melalui pola relasi patron-client. Melemahnya network quality dalam kerangka relasi patron-client menjadikan hilangnya peluang relasi kuasa atas pekerjaan dengan RTM sebagai penyedia tenaga kerja, sehingga peluang pembentukan kesejahtraan melalui kerangka patron-client tidak terwujud di sektor diluar pertanian. Gambar 1.9 Lingkungan tanah tegalan sebagai pemukiman penduduk Rumah Tangga Miskin Di Desa Grokgak Kecamatan Grokgak Buleleng Agustus 2015 27 Catatan lain dari survey awal yang telah dilaksanakan antara Bulan Agustus sampai dengan pertengan bulan September 2015 adalah pola partisipasi gender dalam upaya ikut serta berpartisipasi memperbaiki kesejahteraan RTM. Peran wanita pada rumah tangga miskin pada musim paceklik telah memanfaatkan waktu luang mereka dengan membuat canang dan perlengkapan sajen lainnya, yang dijual atas pesanan warga setempat dan para pemangku pura yang berada disekitar lokasi rumah tangga miskin bersangkutan. Ibu Dra Ni Made Sutarmiasih Wardana selaku mantan pimpinan dharma wanita dan ibu PKK kabupaten Buleleng yang ikut serta sebagai pendamping kegiatan penelitian ini, memiliki banyak akses atas binaan rumah tagga miskin khususnya di wilayah Buleleng barat, sehingga sangat membantu dalam investigasi awal tim peneliti untuk mendapatkan responden rumah tangga binaan. lihat Gambar 1.10. Gambar 1.10 Lingkungan tanah tegalan sebagai pemukiman penduduk Rumah Tangga Miskin Di Desa Grokgak Kecamatan Grokgak Buleleng 28 September 2015 Pola hubungan patron-client jika berkembang menjadi pola hubungan relasi strktural yang unik diluar sektor pertanian, RTM akan mendapatkan lebih banyak peluang memperbaiki kesejahtraan melalui penetesan kebawah dari masyarakat elite sosial ekonomi yang menjadi majikan mereka. Ketika keluar dari sektor pertanian, pola hubungan patron-client tidak ditemukan pada masyarakat pedesaan pada empat desa yang di survey penelitian ini, meki masih dalam gambaran kasar, karena focus kegiatan penelitin ini leih ditujukan kepada action research yang tidak mendalami karakter pola hubungan sektoral secara mendetail. Survey singkat atas kondisi RTM di wilayah Buleleng barat sebagai wilayah perbatasan, menunjukkan bahwa RTM merupakan masalah yang cukup serius sehingga 29 perlu dipolakan dimasa depan dengan prioritas kebijkan pemerintah kabupaten Buleleng, mengingat wilayah perbatasan RTM menghadapi tantangan yang sangat besardalam perebutan sumber daya yang terbatas dari penduduk lokal dan penduduk pendatang. Berdasarkan hasilwawancara dengan sejunmlah responden terpilih terungkap bahwa regenerasi dari penduduk miskin secara garis besar adalah para geneasi muda yang telah dapat memenuhi kebutuhan sandang pangan secara minimal yang diperlukan untuk bertahan hidup, namun menjadi masalah besar bagi mereka untuk mampu mewujudkan sebuah rumah tinggal yang sehat dengan sanitasi baik. Type rumah tinggal RTM di wilayah perbatasan Buleleng barat dapat dilihat pada Gambar 1.11 dengan kondisi batu bata dan lantai tanah, yang mewakili kondisi rumah tinggal RTM dengan sarana air minum dari sumur dan belum memiliki penerangan listrik. Gambar 1.11 Lingkungan tanah tegalan sebagai pemukiman penduduk Rumah Tangga Miskin Di Desa Grokgak Kecamatan Grokgak Buleleng September 2015 30 Bahan bakar utama yang dipergunakan rumah tangga miskin untuk memenuhi kebutuhan konsumsi makanan dan minuman, masih sangat terkiat dengan bahan bakar lokal seperti kayu hutan, dan kelapa seperti tampak pada Ganbar 1.11, dimana warga menyimpan bahan bakar kayu untuk memenuhi keperluan aktivitas didapur. Hal ini menunjukkan, bahwa rumah tagga miskin berpotensi melakukan pengrusakan lingkungan hutan dalam jangka panjang. Keterbatasan sumber pendapatan rumah tangga miskin menyebabkan belum bergesernya pola penggunaan bahan bakar ke tingkat yang lebih maju, seperti penggunaan gas atau kompor minyak tanah. Gambar 1.12 Rumah Tangga Miskin Dan Bahan Bakar Memasak Rumah Tangga Miskin Di Desa Sumberkima Kecamatan Grokgak Buleleng Agustus 2015 31 Wawancara singkat tim peneliti dengan dua kepala rumah tangga terpilih di kawaan desa desa Grokgak dan desa Sumberkima kecamatan Grokgak memberikan gambaran awal bahwa untuk mendapatkan makan keseharian relatif tidak terlalu sulit yag bersumber dari pekerjaan mereka. Meskipun demikian, beban keluarga yang rata-rata dengan anak antara 3 sampai 5 orang, relative sulit untuk dapat menyediakan tempat pemukiman yang layak. Gambar 1.13 Rumah Tangga Miskin Dan Bahan Bakar Memasak Rumah Tangga Miskin Di Desa Sumberkima Kecamatan Grokgak Buleleng September 2015 32 Responden kepala rumah tangga yang diwawancara tersebut seperti tampak pada Gambar 1.10 adalah berprofesi sebagai penggali sumur manual, dengan alat-alat yang sangat terbatas serta cangkul dan skop, serta mampu menggali dengan kedalaman sampa 50 meter. Keterbatasan modal dan dengan keterampian seadanya merupakan modal utama mereka dalam mendapatkan peluang pekerjaan yang saat ini banyak dibutuhkan masyarakat, terumata mereka yang memiliki lahan tegalan di kawasan Buleleng barat khususnya. Survey singkat juga telah dilakukan di desa Tukad Sumaga dan desa Patas. Dibandingkan dengan desa Patas dan Grokgak serta desa Sumberkima, maka desa Tukad Sumaga relative memiliki sumber daya pertanian sawah dengan sarana irigasi teknis. Gambar 1.14 menunjukkan berkembangnya ternak sapi yang cukup potensial, serta dapat 33 memberikan lahan pekerjaan bagi masyarakat lokal. Meskipun desa Tukad Sumaga memiliki relative kondisi lebih baik dibandingkan dengan tiga desa lainnya, tetapi saja rumah tangga miskin memiliki karakter yanbg tidak berbeda jauh dengan tiga desa lainnya, baik dilihat dari peluang kesempatan kerja, maupun potensi pasar yang dapat membebaskan mereka dari tekanan ekonomi saat ini. Gambar 1.14 Pemeliharaan Ternak Sapi Rumah Tangga Miskin Di Desa Tukad Sumaga Kecamatan Grokgak Buleleng September 2015 Survey awal dengan membandingkan sarana kantor kepala desa yang dimiliki oleh empat desa yang menjadi focus pembinaan RTM di wilayah Buleleng Barat oleh Tim Peneliti FEB Universitas Udayana adalah desa Grokgak, Patas, Tukad Sumaga dan desa Sumberkima, menunjukkan gambaran tentang potensi desa dan tingkat kesejahteraan masyarakat desa yang bersangkutan. Gambar 1.15 menunjukkan sarana bangunan kantor kepala desa Patas yang kondisinya relative sama dengan sarana gedung kepala desa Grokgak, sementara kantor kepala desa Tukad Sumaga jauh lebih tampak anggun dan bercirikan bangunan Bali. 34 Berdasarkan wawancara dengan staf kepala desa Tukad Sumaga, bahwa sebagian dana yang dipergunakan adalah bersumberdari swadaya masyarakat, sebuah gambaran potensi modal sosial dan kegotong-royongan serta kondisi kesejahtraan masyarakat yang lebih baik dibandingian dengan tiga desa lainnya. Wilayah desa Tukad Sumaga memiliki sejumlah kawasan lahan beririgasi teknis, serta hasil perkebunan yang mendukung tingkat kesejahtraan masyarakat setempat. Gambar 1.15 Sarana Kantor kepala desa PATAS Di Desa Patas Kecamatan Grokgak Buleleng September 2015 Perbedaan sarana bangunan juga menggambarkan kondisi sosial kemasyarakat yang lebih kompak dalam bekerja sama untuk mewujudkan sarana kantor kepaladesa yang representative. Gambar 1.16 memberikan suasana kantor yang tipikal bangunan Bali, yang tidak dapat dikembangkan di desa lainnya. Gambar 1.16 Sarana Kantor kepala desa Tukad Sumaga Di Desa Tukad Sumaga Kecamatan Grokgak Buleleng Agustus 2015 35 Dalam kunjungan ke lapangan tahap kedua yang dilaksanakan dari tgl 24 Agustus 2015, telah berhasil menyusun agenda kegiatan tahap berikutnya, yaitu mengkoordinasikan dengan Bapak Camat dan empat kepala desa binaan desa Grokgak, desa Patas, desa Sumberkima dan desa Tukad Sumaga yang terkait dengan pola pemetaan rumah tangga miskin, memperlihatkan pentingnya upaya untuk melakukan konstruksi tentang kondisi, situasi dan karakter rumah tangga miskin. Pertama, kecamatan Grokgak adalah wilayah perbatasan antara Bali barat dengan perbatasan Jawa Timur, dalam hal mana pembenahan rumah tangga miskin dapat diartikan sebagai pertahanan budaya lokal yang akan menjadi mudah tergerus apabila ekonomi rakyat menjadi sangat lemah dan tiak berdaya. 36 Kedua, bahwa pemetaan rumah tangga miskin menjadi penting untuk ditelusuri, mengingat dampak terjadinya kriminalitas, narkoba dan prostitusi seringkali bermula dari tekanan ekonomi rakyat yang terdesak dan tidak berdaya menghadapi dinamika pengaruh negative, dimana rakyat dengan pertahanan ekonomi lemah dengan mudah terpelosok dengan kepentingan jangka pendek yang merugikan kepentingan ekonomi dan sosial masyarakat lokal. Ketiga, bahwa tanpa pemahaman dengan jelas atas persoalan kemiskinan yang berkembang di masyarakat khususnya di wilayah 4 desa lokasi penelitian ini, maka dapat terjadi pemecahan permasalahan menjadi parsial dan tidak terarah, sehingga akan menghabiskan tenaga, waktu dan dana pemerintah dengan hasil keluaran yang tidak membeikan kontribusi nyata bagi penurunan rumah tagga miskin di wilayah perbatasan, khususnya pada desa Grokgak, desa Patas, desa Sumberkima dan desa Tukad Sumaga. Keempat, bahwa laporan awal ini disampaikan sebagai gambaran awal tentang karakter rumah tangga miskin, sera upaya untuk mengentaskan kemiskinan tersebut melalui program jangka pendek seperti sosialisasi dan pembekalan kepada kader muda rumah tangga miskin tentang bekal keterampilan khsusu seperti tenaga isntalatur kelistrikan dan tenaga perbengkelan. Peningkatan kualitas sumber daya dari drop-out sekolahan ke tenaga kerja siap pakai, adal;ah salah satu upaya untuk memperluas bidang keterampilan kader muda dari rumah tangga miskin, sehingga dioharapkan dapat mewujudkan pangsa pasar baru sejalan dengan keterampilan yang telah mereka miliki.

5.3 Hasil Analisis