dalam pengangkutan tersebut dan akan menuntut badan penyelenggara pengangkut, maka ia harus membuktikan kesalahan pengangkut.
93
Tanggung jawab hukum kepada orang yang menderita kerugian tidak hanya terbatas kepada perbuatan sendiri, melainkan juga perbuatan karyawan,
pegawai, agen, perwakilannya apabila menimbulkan kerugian kepada orang lain, sepanjang orang tersebut bertindak sesuai dengan tugas dan kewajiban yang
dibebankan kepada orang tersebut. Tanggung jawab yang telah disebutkan ini sesuai dengan isi ketentuan Pasal 1367 KUH Perdata, dimana tanggung jawab
semacam ini juga dikenal dalam common law system.
94
2. Prinsip Tanggung Jawab Berdasarkan Praduga Presumption Of
Liabilty
Menurut prinsip tanggungjawabpraduga, tergugat pengangkutdianggap selalu bertanggungjawabatas segala kerugian yang timbul.Tergugat dapat
membebaskantanggung jawabnya, apabila ia dapatmembuktikan bahwa dirinya tidakbersalah absence of fault.Pada dasarnya prinsip tanggungjawab berdasar
praduga ini jugamerupakan tanggung jawab berdasarkesalahan, hanya saja kesalahandengan pembalikan bebanpembuktian kepada pihak tergugat.Prinsip
tanggung jawab atas dasarpraduga ini juga diterapkan Pasal KUH Dagang yang menyatakan:
“Pengangkutan diwajibkan membayar ganti rugi yang disebabkan karena tidak diserahkannya barang seluruhnya atau sebagian atau karena
kerusakan barang, kecuali bilamana ia membuktikan bahwa tidak
93
Menurut Pasal 28 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
94
Arthur Best, Tort Law Course Outlines, Aspen Law And Business, 1997, hal. 269
Universitas Sumatera Utara
diserahkannya barang atau kerusakan itu adalah akibat dari suatu peristiwa yang sepantasnya tidak dapat lagi dicegah atau dihindarinya, akibat sifat,
keadaan atau cacat benda sendiri atau dari kesalahan pengirim.”
Jadi, apabila penggugat akan mengajukan tuntutan untuk memperoleh ganti rugi tidak perlu membuktikan kesalahan tergugat pengangkut. Penggugat
cukup menunjukkan bahwa kecelakaan atau kerugian yang menimpa dirinya itu terjadi selama masa pengangkutan atau periode tanggung jawab pengangkut.
Kemudian apabila pengangkut berupaya untuk membebaskan tanggungjawabnya, maka ia harus membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah. Sebagai imbalan
adanya pembalikan beban pembuktian tersebut, maka prinsip tanggung jawab berdasar praduga ini diiringi adanya ketentuan pembatasan tanggung jawab.
Tanggung jawab pengangkut untuk memberikan ganti rugi dibatasi sampai pada jumlah maksimal tertentu.
3. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak No Fault Liability, Strict Liability,
Absolute Liability
Dalam prinsip tanggung jawab mutlak pengangkut tergugat sebagai selalu bertanggungjawab tanpa melihat ada tidaknya kesalahan atau tidak melihat siapa
yang bersalah. Dengan kata lain, didalam prinsip tanggung jawab mutlak ini kesalahan dipandang sebagai suatu hal yang tidak relevan untuk dipermasalahkan,
apakah dalam kenyataannya ada atau tidak. Prinsip tanggung jawab mutlak dalam kepustakaan biasa dikenal dengan istilah strict liability atau absolute liability.
Dari kedua istilah tersebut ada yang menyamakannya, tetapi ada pula yang membedakannya. Ada perbedaan antara strict liability dengan absolute liability
Universitas Sumatera Utara
dengan memperhatikan ada tidaknya kemungkinan bagi tergugat untuk membebaskan diri dari tanggungjawabnya. Dalam strict liability, dalam hal
tertentu dimungkinkan adanya pembebasan tanggungjawab, sedangkan dalam absolute liability
tidak ada kemungkinan untuk membebaskan tanggungjawab tersebut.
Penggunaan istilah strict liability dan absolute liability sering kali bergantian. Meskipun baik secara teoretis maupun praktik sulit diadakan
perbedaan diantara keduannya, ada perbedaan pokoknya. Didalam strict liability perbuatan yang menyebabkan kerugian yang dituntut itu harus dilakukan oleh
yang bertanggungjawab. Dengan perkataan lain, di dalam strict liability terdapat hubungan kausalitas antara orang-orang yang benar-benar bertanggungjawab dan
kerugian. Di dalam strict liability, semua hal yang biasanya dapat membebaskan tanggung jawab usual defences tetap diakui, kecuali hal-hal yang mengarah pada
kenyataan tidak bersalah, karena kesalahan tidak diperlukan lagi. Pada absolute liability, tanggung jawab akan timbul kapan saja keadaan
yang menimbulkan tanggung jawab tersebut tanpa mempermasalahkan oleh siapa dan bagaimana terjadinya kerugian tersebut. Dengan demikian, didalam absolute
liability tidak diperlukan hubungan kausalitas, dan hal-hal yang membebaskan
tanggungjawab hanya yang dinyatakan secara tegas. Tidak ada ukuran yang pasti dalam membedakan istilah strict liability dengan absolute liability. Namun
demikian, terdapat indikasi yang diterima umum, bahwa didalam strictliability pihak yang bertanggung jawab dapat membebaskan diri dari tanggungjawab
berdasarkan alas an yang sudah dikenal usual defences di dalam absolute
Universitas Sumatera Utara
liability, alasan-alasanumum pembebasan tanggungjawab tidak berlaku, kecuali secara khusus ditentukan dalam suatu instrument khusus, seperti konvensi
internasional atau peraturan perundang-undangan nasional. Tanggung jawab akan timbul begitu kerugian terjadi tanpa mempersoalkan
siapa penyebabnya dan bagaimana terjadinya. Dengan penjelasan di atas, terlihat bahwa hanya tanggung jawab mutlak yang dapat memberikan perlindungan bagi
konsumen jika konsumen mengalami kerugian akibat penyelenggaraan pengangkutan tersebut. Ketentuan prinsip pertanggungjawaban mutlak juga
tercantum dalam dalam UU LLAJ, dinyatakan bahwa “pengusaha angkutan umum bertanggungjawab atas kerugian yang diderita penumpang, pengirim barang atau
pihak ketiga, karena kelalaiannya dalam melaksanakan pelayanan angkutan.” Dari ketentuan ini jelas sekali, bahwa undang-undang ini menerapkan tanggung jawab
atas dasar adanya unsur kesalahan pengangkut. Jika penumpang atau konsumen akan menuntut pengangkut atau produsen, maka harus dibuktikan adanya
kesalahan atau kelalaian pengangkut. Ciri khas tanggung jawab pengangkut berdasarkan tanggung mutlak
adanya pembatasan tanggung jawab dalam wujud pembatasan jumlah maksimal ganti rugi. Ini merupakan imbalan quid pro quo atas digunakannya prinsip
tanggung jawab yang tidak memperhatikan adanya unsur kesalahan. UU LLAJ tidak menerapkan pembatasan tersebut dan hanya menentukan bahwa ganti rugi
Universitas Sumatera Utara
yang dimaksud adalah sebesar kerugian yang secara nyata diderita penumpang, pengiriman barang atau pihak ketiga.
95
E. Bentuk Ganti Rugi Yang Diberikan Bagi Penumpang Jasa
Pengangkutan Darat Online Berbasis Aplikasi Dalam Hal Terjadi Kecelakaan
Penjelasan pasal ini menyatakan bahwa besarnya ganti rugi yang harus ditanggung oleh pengusaha angkutan yang harus dibayar kepada pengguna jasa
atau pihak ketiga adalah sebesar kerugian yang secara nyata diderita oleh penumpang, pengirim barang atau pihak ketiga. Tidak termasuk dalam pengertian
kerugian yang secara nyata diderita antara lain seperti keuntungan yang diharapkan akan diperoleh, kekurangnyamanan yang diakibatkan karena kondisi
bjalan atau jembatan yang dilalui selama perjalanan, dan biaya atas pelayanan yang sudah dinikmati.
Konsep perlindungan konsumen sebagaimana diimplementasikan dalam undang-undang harus sejalan dengan teori yang menyatakan hukum sebagai alat
perubahan sosial masyarakat law is a tool as a social engineering. Hukum diartikan sebagai seperangkat aturan yang berfungsi sebagai alat untuk
mengidentifikasi dan menyesuaikan berbagai kepentingan masyarakat yang saling bersinggungan dengan mengupayakan timbulnya benturan dan kerugian yang
seminimal mungkin. Dengan kata lain hukum menekankan pada fungsi hukum sebagai alat penyelesaian berbagai permasalahan problem solving dalam
95
Pasal 45 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat, artinya dengan eksistensi undang-undang diharapkan tidak hanya melindungi masyarakat umum sebagai konsumen tetapi juga sebagai alat untuk
meminimalisir terjadinya kerugian akibat terjadinya benturan antar pelaku usaha dan konsumen sebagai akibat dari adanya kelalaian pelaku usaha.
96
1 Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran, danatau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang danatau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.
Adapun ketentuan pasal-pasal yang mengatur prinsip tanggung jawab dan ganti rugi
kepada konsumen akibat adanya kelalaian pelaku usaha yaitu sebagai berikut: Pasal 19 UUPK
2 Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat berupa
pengembalian uang atau penggantian barang danatau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan danatau pemberian
santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3 Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 tujuh hari
setelah tanggal transaksi. 4
Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan
pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan.
5 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 tidak berlaku
apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen.
Pasal 23 UUPK Pelaku usaha yang menolak danatau tidak memberi tanggapan danatau
tidak memenuhi ganti rugi atas tuntutan konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat 1, ayat 2, ayat 3, dan ayat 4, dapat digugat
melalui badan penyelesaian sengketa konsumen atau mengajukan ke badan peradilan di tempat kedudukan konsumen.
Pasal 24 UUPK 1
Pelaku usaha yang menjual barang danatau jasa kepada pelaku usaha lain bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi danatau gugatan konsumen
apabila: a.
Pelaku usaha lain menjual kepada konsumen tanpa melakukan perubahan apa pun atas barang danatau jasa tersebut.
96
Sofian Parerungan, Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Produk Cacat, Artikel, Hakim Pengadilan Negeri Bangil, Bangil: Pengadilan Negeri Bangil, 2014, hal. 2
Universitas Sumatera Utara
b. Pelaku usaha lain, didalam transaksi jual beli tidak mengetahui adanya
perubahan barang danatau jasa yang dilakukan oleh pelaku usaha atau tidak sesuai dengan contoh, mutu, dan komposisi.
2 Pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dibebaskan dari
tanggung jawab atas tuntutan ganti rugi danatau gugatan konsumen apabila pelaku usaha lain yang membeli barang danatau jasa menjual
kembali kepada konsumen dengan melakukan perubahan atas barang danatau jasa tersebut
Pasal 27 UUPK Pelaku usaha yang memproduksi barang dibebaskan dan tanggung jawab
atas kerugian yang diderita konsumen, apabila: a.
Barang tersebut terbukti seharusnya tidak diedarkan atau tidak dimaksudkan untuk diedarkan.
b. Cacat barang timbul pada kemudian hari.
c. Cacat timbul akibat ditaatinya ketentuan mengenai kualifikasi barang.
d. Kelalaian yang diakibatkan oleh konsumen.
e. Lewatnya jangka waktu penuntutan 4 empat tahun sejak barang
dibeli atau lewat jangka waktu yang diperjanjikan. Secara umum prinsip tanggung jawab dalam hukum terkait dengan
tuntutan ganti kerugian yang dialami konsumen sebagai akibat adanya kelalaian pelaku usaha yang didasarkan pada tuntutan ganti kerugian berdasarkan
wanprestasi dan tuntutan ganti kerugian berdasarkan perbuatan melawan hukum. Apabila tuntutan berdasarkan wanprestasi, maka terlebih dahulu tergugat dan
penggugat produsen dan konsumen terikat dalam suatu perjanjian. Dengan demikian pihak ketiga bukan sebagai pihak dalam perjanjian yang dirugikan
tidak dapat menuntut ganti kerugian dengan alasan wanprestasi. Ganti kerugian yang diperoleh karena adanya wanprestasi merupakan
akibat tidak dipenuhinya kewajiban, berupa kewajiban atas prestasi dalam perikatan. Wujud dari tidak memenuhi perikatan itu ada 3 tiga macam yaitu
debitur sama sekali tidak memenuhi perikatan, debitur terlambat memenuhi
Universitas Sumatera Utara
perikatan, dan debitur keliru atau tidak pantas memenuhi perikatan.
97
Tuntutan ganti kerugian berdasarkan wanprestasi adalah sebagai akibat penerapan klausula
dalam perjanjian, yang merupakan ketentuan hukum yang harus dipatuhi oleh kedua belah pihak yang dikenal dengan asas pacta sunt servanda.
98
Kerugian akibat keterlambatan pemberangkatan biasanya disebabkan oleh masalah teknis kendaraan atau kesepakatan untuk menunggu penumpang yang
terlambat. Penyedia jasa angkutan tidak bertanggung jawab terhadap kerugian akibat ketinggalan bus karena kesalahan penumpang.Terdapat pula kewajiban
ganti rugi dan tanggung jawab pengemudi, pemilik kendaraan bermotor, danatau perusahaan angkutan, yaitu:
Tuntutan ganti kerugian yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum tidak perlu didahului dengan perjanjian antara produsen dengan konsumen,
sehingga tuntutan ganti kerugian dapat dilakukan setiap pihak yang dirugikan, walaupun tidak pernah terdapat hubungan perjanjian antara produsen dengan
konsumen. Dengan demikian pihak ketigapun dapat menuntut ganti kerugian. Adapun unsur-unsur perbuatan melawan hukum yang harus dipenuhi yaitu adanya
perbuatan melawan hukum, ada kerugian, ada hubungan kausalitas antara perbuatan melawan hukum dan kerugian, dan ada kesalahan. Sementara kerugian
yang ditimbulkan akibat kecelakaan di jalan ditanggung oleh jasa raharja.
99
97
Mariam Darus Badrulzaman, KUH Perdata Buku III Tentang Hukum Perikatan Dengan Penjelasan
, Alumni, Bandung, 2011 hal. 23
98
R. Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Burgerlijk Wetboek, Pradnya Paramita, Jakarta, 1996, hal. 42
99
Pasal 240 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
Universitas Sumatera Utara
1. Pengemudi, pemilik kendaraan bermotor, danatau perusahaan angkutan
umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang danatau pemilik barang danatau pihak ketiga karena kelalaian pengemudi
2. Setiap pengemudi, pemilik kendaraan bermotor, danatau perusahaan
angkutan umum bertanggung jawab atas kerusakan jalan danatau perlengkapan jalan karena kelalaian atau kesalahan pengemudi Ketentuan
sebagaimana dimaksud tidak berlaku jika: a.
Adanya keadaan memaksa yang tidak dapat dielakkan atau di luar kemampuan pengemudi.
b. Disebabkan oleh perilaku korban sendiri atau pihak ketiga, danatau.
c. Disebabkan gerakan orang danatau hewan walaupun telah diambil
tindakan pencegahan. Apabila korban kecelakaan lalu lintas meninggal dunia maka pengemudi,
pemilik, danatau perusahaan angkutan umum memberikan ganti kerugian wajib kepada ahli waris korban berupa biaya pengobatan danatau biaya pemakaman,
namun tidak serta merta menggugurkan tuntutan perkara pidana.
100
100
Pasal 235 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
Tetapi untuk penumpang yang tanpa tiket illegal, dimana penumpang ikut menumpang pada
angkutan darat tidak dapat menuntut ganti rugi sebagimana yang telah ditetapkan oleh undang-undang karena penumpang illegal tidak memiliki tiket yang secara
hukum menjadi bukti dokumen perjalanan, bukti pembayaran serta bukti untuk mendapatkan fasilitaspelayanan. Tetapi berbeda halnya dengan pengangkutan
Universitas Sumatera Utara
yang tidak menggunakan fasilitas tiket, maka subyek hukum akan mendapatkan perlindungan hukum.
F. Ketentuan Hukum Mengenai Pemberian Asuransi Bagi Penumpang Jasa
Pengangkutan Darat
Online Berbasis Aplikasi Yang Menjadi Korban Kecelakaan
Ketentuan hukum mengenai ganti kerugian yang terdapat dalam undang- undang terhadap kecelakaan pengangkutan dijelaskan bahwa “perusahaan
angkutan umum wajib mengganti kerugian yang diderita oleh penumpang atau pengirim barang karena lalai dalam melaksanakan pelayanan angkutan.”
101
1. Jika korban meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas baik kecelakaan
lalu lintas ringan, sedang maupun berat, pengemudi, pemilik, danatau perusahaan angkutan umum wajib memberikan bantuan kepada ahli waris
korban berupa biaya pengobatan danatau biaya pemakaman dengan tidak menggugurkan tuntutan perkara pidana.
Dalam hal terjadi pelanggaran lalu lintas yang berakibat kecelakaan lalu lintas dan
menimbulkan kerugian bagi orang lain, menentukan bentuk pertanggungjawaban yang harus diberikan sebagai berikut:
2. Jika terjadi cedera terhadap badan atau kesehatan korban akibat kecelakaan
lalu lintas sedang dan berat, pengemudi, pemilik, danatau perusahaan
101
Pasal 188 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
Universitas Sumatera Utara
angkutan umum wajib memberikan bantuan kepada korban berupa biaya pengobatan dengan tidak menggugurkan tuntutan perkara pidana.
102
Untuk mendapatkan pertanggungjawaban atas kerugian yang diderita akibat kecelakaan lalu lintas adalah dengan cara melaporkan kecelakaan lalu lintas
kepada kepolisian terdekat, kemudian pihak kepolisian akan melakukan upaya- upaya berikut ini:
103
1. Mendatangi tempat kejadian dengan segera.
2. Menolong korban.
3. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian perkara.
4. Mengolah tempat kejadian perkara.
5. Mengatur kelancaran arus lalu lintas.
6. Mengamankan barang bukti.
7. Melakukan penyidikan perkara.
Dalam hal ada cukup bukti adanya pidana dalam kecelakaan lalu lintas tersebut saat dilakukan penyidikan maka akan dilanjutkan dengan penuntutan
melalui sidang di pengadilan. Sedangkan apabila tidak terdapat cukup bukti, penyidikan akan dihentikan. Mengenai besaran jumlah ganti kerugian yang harus
dibayarkan oleh pihak yang menyebabkan terjadinya kecelakaan adalah ditentukan berdasarkan putusan pengadilan.
104
102
Pasal 235 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
103
Pasal 227 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
104
Pasal 236 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
Selain melalui putusan pengadilan, penyelesaian ganti kerugian juga dapat dilakukan di luar pengadilan jika terjadi
kesepakatan damai di antara pihak yang terlibat. Jadi, selain melalui proses hukum
Universitas Sumatera Utara
di pengadilan, penyelesaian ganti kerugian dapat diperoleh melalui cara negosiasi di antara para pihak yang terlibat.
105
Kemudian dalam pasal berikutnya, yakni dinyatakan bahwa “perusahaan angkutan umum wajib mengasuransikan tanggung jawabnya.”
106
1. Penumpang mobil plat hitam yang mendapat izin resmi sebagai alat angkutan
penumpang umum, seperti antara lain mobil pariwisata, mobil sewa dan lain- lain.
Dalam hal ini perusahaan pengangkutan mengasuransikan tanggung jawabnya kepada PT. Jasa
Raharja.Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 Tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang Jo Peraturan Pemerintah Nomor 17
Tahun 1965 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pelaksanaan Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang menetapkan bahwa korban yang berhak atas
santunan yaitu:
2. Jaminan ganda seperti kendaraan bermotor umum yang berada dalam kapal
ferry, apabila kapal ferry di maksud mengalami kecelakaan, kepada penumpang yang menjadi korban diberikan jaminan ganda.
3. Setiap penumpang sah dari alat angkutan penumpang umum yang mengalami
kecelakaan diri, yang diakibatkan oleh penggunaan alat angkutan umum, selama penumpang yang bersangkutan berada dalam angkutan tersebut, yaitu
saat naik dari tempat pemberangkatan sampai turun di tempat tujuan.
105
Pasal 236 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
106
Pasal 189 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
Universitas Sumatera Utara
4. Korban yang mayatnya tidak diketemukan, penyelesaian santunan bagi
korban yang mayatnya tidak diketemukan dan atau hilang didasarkan kepada putusan pengadilan.
Cara memperoleh santunan agi korban kecelakaan adalah dengan menghubungi kantor jasa raharja terdekat mengisi formulirpengajuan dengan
melampirkan laporan polisi tentangkecelakaan lalu lintas dari unit laka satlantas setempat dan atau dari instansi berwenang lainnya, keterangan kesehatan dari
dokter yang merawat, identitas korban atau ahli waris korban, yang mana formulir pengajuan tersebut diberikan jasa raharja secara cuma-cuma. Selain itu perlu
dilengkapi bukti lain yang diperlukan, dalam hal korban luka-luka kuitansi biaya rawatan dan pengobatan yang asli dan sah, dalam hal korban meninggal dunia
surat kartu keluarga atau surat nikah bagi yang penumpang atau korban yang sudah menikah.
Terdapat juga ketentuan lain yang perlu diperhatikan seperti jenis santunan baik berupa berupa penggantian biaya rawatan dan pengobatan sesuai ketentuan,
santunan kematian, santunan cacat tetap, ahli waris dan kadaluarsa masa pengajuan santunan. Hak santunan menjadi gugur atau kadaluwarsa jika
permintaan diajukan dalam waktu lebih dari 6 enam bulan setelah terjadinya kecelakaan, atau tidak dilakukan penagihan dalam waktu 3 tiga bulan setelah
hak atas korban kecelakaan pengangkutan darat yang dimaksud disetujui oleh jasa raharja. Besarnya jumlah santunan menurut undang-undang ditetapkan
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 36PMK.0102008, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 37PMK.0102008, dimana besaran santunan bagi
Universitas Sumatera Utara
yang meninggal duniasebesar Rp. 25.000.000, catat tetap maksimalsebesar Rp.25.000.000, biaya rawatan maksimal sebesar Rp. 10.000.000, dan biaya
penguburan sebesar Rp. 2.000.000.
107
107
Pasal 7 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 36PMK.0102008
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
C. Kesimpulan
1. Aturan-aturan hukum jasa pengangkutan darat online berbasis aplikasi
diantaranya berkaitan dengan izin, perusahaan aplikasi jasa pengangkutan darat online tidak memiliki izin usaha dibidang transportasi, melainkan
mengantongi surat izin usaha perdagangan. Kegiatan perdagangan jasa yang melalui sistem elektronik, saat ini diatur dalam undang-undang perdagangan
yang pada intinya, ketentuan dalam undang-undang mewajibkan pelaku usaha yang memperdagangkan barang danatau jasa dengan menggunakan sistem
elektronik untuk menyediakan data danatau informasi secara lengkap dan benar. Mengingat penting dan strateginya peranan lalu lintas dan angkutan
jalan yang menguasai hajat hidup orang banyak, maka lalu lintas dan angkutan jalan di kuasai oleh negara yang pembinaannya dilakukan oleh
pemerintah. Keseluruhan dari pada hal tersebut dicerminkan dalam satu undang-undang yang utuh yaitu undang-undang yang mengatur lalulintas dan
angkutan jalan ialah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.
2. Perlindungan hukum bagi penumpang adalah suatu masalah yang besar
dengan persaingan global yang terus berkembang sehingga perlindungan hukum sangat dibutuhkan dalam persaingan global. Pemerintah dalam rangka
Universitas Sumatera Utara
mewujudkan perlindungan hukum bagi konsumen pengguna jasa angkutan umum, khusunya terhadap pengguna jasa penumpang pengangkutan darat
online berbasis aplikasi dimana bentuk perlindungan hukum berupa
perlindungan hukum melalui Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, dan perlindungan hukum melalui Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan. 3.
Bentuk ganti rugi yang diberikan bagi pengguna jasa penumpang pengangkutan darat online berbasis aplikasi dalam hal terjadi kecelakaan
adalah mendapat ganti kerugian. Ketentuan hukum mengenai ganti kerugian yang terdapat dalam undang-undang terhadap kecelakaan pengangkutan
dijelaskan bahwa “perusahaan angkutan umum wajib mengganti kerugian yang diderita oleh penumpang atau pengirim barang karena lalai dalam
melaksanakan pelayanan angkutan. Terdapat juga ketentuan lain yang perlu diperhatikan seperti jenis santunan baik berupa berupa penggantian biaya
rawatan dan pengobatan sesuai ketentuan, santunan kematian, dan santunan cacat tetap.
D.
Saran
1. Sebaiknya pemerintah membuat regulasi khusus mengenai pengangkutan
darat berbasis aplikasi online, agar tercupta bentuk perlindungan terhadap
keamanan dan keselamatan penumpang.
2. Seharusnya perusahaan penyedia jasa pengangkutan darat berbasis aplikasi
online , tetap harus ikut andil dalam hal terjadi kecelakaan pengangkutan
Universitas Sumatera Utara
darat, walaupun status kedudukannya hanya sebagai penghubung, namun
perusahaan sharusnya mempertimbangkan aspek perlindungan konsumen.
3. Seharusnya penumpang lebuh bijak menggunakan pengangkutan darat
berbasis aplikasi online, bukan hanya mencari alternatif mudah dan
mengesampingkan aspek keselamatan berkendara.
Universitas Sumatera Utara
17
BAB II
ATURAN HUKUM JASA PENGANGKUTAN DARAT ONLINE BERBASIS APLIKASI
D. Pengertian Hukum Pengangkutan Darat