9. Pompa Transmisi
Pompa transmisi pompa distribusi air bersih berfungsi untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir utama diinstalasi ke reservoir di
cabang lalu ke masyarakat Sutrisno, 1991.
2.4 Kegunaan Air
Air digunakan untuk berbagai macam kebutuhan. Kualitas air untuk minum berbeda dengan untuk keperluan lain. Adapun penggolongan air menurut
peruntukannya berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
907MENKESSKVII2002 adalah sebagai berikut :
1. Golongan I, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan II, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah
sebagai air minum dan keperluan rumah tangga.
3. Golongan III, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
perternakan.
4. Golongan IV, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan
dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, dan pembangkit listrik
tenaga air Gintings, 1992.
2.5 Alternatif Pengolahan Air
2.5.1 Proses Koagulasi
Prinsip dari koagulasi adalah destabilisasi partikel koloid dengan cara mengurangi semua gaya yang mengikat, kemudia menurunkan energi penghalang
Universitas Sumatera Utara
dan membuat partikel menjadi bentuk flok. Koagulasi merupakan proses destabilisasi partikel-partikel koloid untuk memfasilitasi pertumbuhan partikel-
partikel selama flokulasi Naingolan, 2011. Koagulasi adalah proses untuk membuat partikel-partikel kecil koloid
dapat bergabung satu dengan yang lainnya sehingga membentuk flok yang lebih besar. Sedangkan menurut Reynold 1977, koagulasi adalah proses destabilisasi
pada suatu sistem koloid yang berupa penggabungan bahan kimia. Pada proses ini terjadi pengurangan besarnya gaya tolak menolak antara partikel-partikel koloid
didalam larutan. Fair. et. Al 1978, menerangkan bahwa disamping gaya-gaya yang
menyebabkan kestabilan partikel koloid, maka pada koloid juga bekerja gaya- gaya yang cenderung untuk menyebabkan koloid menjadi tidak stabil. Antara
koloid-koloid ada gaya tolak menolak dan gaya tarik menarik massa Van der Waals. Gaya Van der Waals bekerja dalam dimensi atom gaya anter atom. Bila
partikel koloid dapat saling mendekat hingga jarak keduanya dapat mencapai jarak dalam dimensi atom, maka dalam keadaan seperti ini gaya Van der Waals
berpengaruh pada kestabilan partikel koloid.
2.5.2 Proses Flokulasi
Flokulasi adalah proses kontak diantara partikel-partikel koloid yang telah mengalami destabilisasi sehingga ukuran partikel-partikel tersebut tumbuh
menjadi partikel-partikel yang lebih besar Kiely, 1998. Dalam hal ini proses koagulasi harus diikuti flokulasi yaitu penggumpalan koloid terkoagulasi sehingga
membentuk flok yang mudah terendapkan atau transpostasi partikel tidak stabil, sehingga kontak antar partikel dapat terjadi Sutrisno, 1991.
Universitas Sumatera Utara
Koloid yang tidak stabil cenderung untuk menggumpal, walaupun kecepatan penggumpalannya sangat lambat. Kecepatan penggumpalan ini
ditentukan oleh banyaknya kontak antar partikel koloid dan efektifitas kontak
yang terjadi. Penggumpalan partikel-partikel koloid dapat terjadi karena :
1. Gerak Brown perikinetik
2. Gradien kecepatan dalam media suspense ortokinetik yang bergantung
pada temperatur, kecepatan aliran air, jumlah partikel koloid, konsentrasi dan ukuran partikel koloid.
2.5.3 Faktor yang Mempengaruhi Koagulasi dan Flokulasi
Dalam pengolahan air, untuk mencapai proses koagulasi dan flokulasi yang optimum diperlukan pengaturan semua kondisi yang saling berikatan dan
mempengaruhi suatu proses tersebut. Kondisi-kondisi yang mempengaruhi antara lain adalah :
1. Pengaruh Derajat Keasaman pH dan Alkalinitas
Suatu proses koagulasi dapat berlangsung secara sempurna jika pH yang digunakan berada pada jarak tertentu sesuai dengan pH optimum koagulan
dan flokulan yang digunakan. 2.
Pengaruh Suhu Air Proses koagulasi-flokulasi lebih mudah dilakukan dari pada suhu tinggi
dari pada suhu rendah, karena viskositas air pada suhu tinggi lebih rendah dari pada viskositas air pada suhu rendah.
3. Pengaruh Jenis Koagulan
Pemilihan jenis koagulan pada pengolahan air seharusnya didasarkan pada penelitian perandingan performa koagulan dan setelah itu dilihat dari
Universitas Sumatera Utara
segi ekonomisnya. Jenis koagulan yang paling banyak dipakai di Indonesia adalah tawas atau aluminium sulfat.
4. Pengaruh Tingkat Kekeruhan Air Baku
Pada tingkat kekeruhan yang rendah, proses destabilisasi akan sukar terjadi. Pada tingkat kekeruhan yang tinggi proses destabilisasi akan dapat
berlangsung dengan cepat, tetapi bila kondisi tersebut dipakai dosis koagulan yang rendah maka pembentukan flok lebih efektif.
5. Pengaruh Jumlah Garam-Garam Terlarut Dalam Air
Besarnya pengaruh
garam-garam tergantung
pada jenis
dan konsentrasinya.
6. Pengaruh Kondisi Pengadukan
Pengadukan yang baik diperlukan untuk memperoleh koagulasi dan flokulasi yang optimum. Pengadukan terlalu lambant mengakibatkan waktu
pertumbuhan flok menjadi lama, sedangkan jika terlalu cepat akan mengakibatkan flok-flok yang terlah terbentuk menjadi pecah kembali
Nainggolan, 2011.
2.6 Koagulan Poly Aluminium Chloride PAC
Menurut Voyutsky. 1978, Poli Aluminium Chloride PAC adalah salah satu produk primer aluminium yang digunakan untuk menetralkan muatan koloid
serta membentuk jembatan penghubung diantara koloid-koloid tersebut, sehingga proses koagulasi-flokulasi dapat berlangsung dengan efisien. Poli aluminium
klorida mempunyai rumus molekul Al
m
OH
n
Cl3
n-m
. Produk ini dikarakterisasi dengan rasio molekuler OH atau Al di antara 0,4 dan 0,6 serta stabilitasnya
Universitas Sumatera Utara
dipertahankan oleh adanya ion sulfat yang dapat meghambat polimerisasi spontan dari pasa produk. Pada umumnya polialuminium klorida mempunyai daya
koagulasi-flokulasi yang lebih besar dibandingkan dengan garam aluminium yang biasa seperti misalnya tawas. Kekerapa keuntungan yang dapat dicatat dari
penggunaan polialuminium klorida sebagai koagulan-flokulan adalah: a.
Efektif pada pH 5-10 b.
Jumlah lumpur yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan dengan penggunaan garam aluminium yang biasa.
c. Efek korosi yang ditimbulkan jauh lebih kecil dibandingkan dengan garam
aluminium yang biasa. Penentuan dosis pemakaian koagulan dapat ditentukan dari nilai
kekeruhan, pH, dan waktu sedimentasinya. Kekeruhan merupakan faktor penentu pemilihan dosis pemakaian. Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 907MENKESSKVII2002 tentang syarat dan pengawasan kualitas air bersih, nilai kekeruhan yang ditetapkan yaitu maksimal 5 NTU. Hal
ini dilakukan karena setelah proses koagulasi, flokulasi dan sedimentasi masih ada proses lain yang dapat menurunkan kekeruhan yaitu proses penyaringan. Hal ini
akan menghemat pemakaian koagulan sehingga biaya yang dikeluarkan akan lebih rendah Noviani, 2012.
Proses penjernihan yang terjadi : Poly Aluminium Chloride dalam air berubah menjadi aluminium hidroksida dan
asam klorida. 2AlOHCl
2
+ 4H
2
O 2AlOH
3
+ 4HCl Nurmasita,2009.
Universitas Sumatera Utara
2.7 Koagulan Tawas Alum