2.3.2 Air Tanah Dalam
Air tanah dalam memiliki metode pengambilan yang jauh lebih sulit dibandingkan dengan air tanah dangkal. Biasanya untuk mengambil air tanah dalam ini
digunakan suatu bor dan pipa yang dimasukkan hingga kedalaman 100-300 m lalu akan didapatkan suatu lapisan air. Air akan menyembur keluar jika terdapat
tekanan yang cukup besar pada tanah dan biasanya disebut sebagai air sumur artesis. Jika air tidak dapat keluar maka digunakan pipa untuk mendorong air
tanah dalam agar dapat dikeluarkan. Dari segi kualitas, air tanah dalam memiliki kualitas yang lebih baik daripada air tanah dangkal karena proses penyaringannya
jauh lebih sempurna danbebas dari bakteri. Kandungan zat-zat kimia pada air tanah disusun sesuai dengan masing-masing lapisan-lapisan tanah yang dilalui
Sutrisno, 2004.
2.3.3 Air Atmosfer atau Air Hujan
Air atmosfir disebut juga sebagai air hujan dan terjadi melalui proses evaporasi penguapan. Uap air bergerak ke atas hingga membentuk awan yang dapat
berpindah karena tiupan angin. Ruang udara yang mendapat akumulasi uap air secara kontinu akan menjadi jenuh. Oleh pengaruh udara dingin pada lapisan
atmosfer, uap air tersebut mengalami sublimasi sehingga butiran-butiran uap air membesar dan akhirnya jatuh sebagai hujan. Air yang jatuh sebagai hujan tidak
semuanya dapat mencapai permukaan tanah. Sebagian air yang mencapai permukaan tanah akan masuk ke dalam tanah dan menjadi air tanah melalui
proses infiltrasi dan sebagian lagi mengalir ke badan air sebagai air permukaan. Air hujan memiliki pH normal sekitar 5,6 dan jika terjadi hujan asam maka nilai
pH lebih kecil yaitu 2 atau 3 Sutrisno, 2004.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Standar Kualitas Air Minum
Pengertian air minum menurut PERMENKES RI No.492MENKESIV2010 adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan bakteriologis, kimiawi, radioaktif dan fisik dan dapat langsung diminum. Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk
hidup, zat, energi atau komponen lain didalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter, yaitu parameter fisika suhu, warna, rasa, kekeruhan, padatan
terlarut dan sebagainya, parameter kimia pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam dan sebagainya, parameter biologi keberadaan plankton, bakteri dan lain
sebagainya dan parameter radioaktif Effendy, 2003.
2.4.1 Parameter Fisika
Parameter fisika yang biasa digunakan untuk menentukan kualitas air meliputi cahaya, suhu, warna dan bau, kecerahan dan kekeruhan, konduktivitas, padatan
total, padatan terlarut, padatan tersuspensi dan salinitas. Parameter fisika pada air, yaitu sebagai berikut :
1. Suhu Temperatur dari air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air tersebut
dan dapat mempengaruhi reaksi kimia dalam pengelolaan, teruama apabila temperatur tersebut sangat tinggi. Temperatur yang diinginkan adalah 10–15°C,
tetapi iklim setempat, kedalaman pipa-pipa saluran air dan jenis air dari sumber- sumber air akan mempengaruhi temperatur ini. Disamping itu, temperatur pada air
akan mempengaruhi secara langsung toksisitas banyak bahan kimia pencemar, pertumbuhan mikroorganisme dan virus Sutrisno,2004.
Universitas Sumatera Utara