Luas Lahan Biaya Produksi

1. Benih bermutu akan menghasilkan bibit yang sehat dengan akar yang banyak 2. Benih yang baik akan menghasilkan perkecambahan dan pertumbuhaan yang seragam 3. Ketika ditanam pindah, bibit dari benih yang baik dapat tumbuh lebih cepat dan tegar 4. Benih yang baik akan memperoleh hasil yang tinggi Helmi,2009.

2.2 Luas Lahan

Tingkat kesejahteraan petani merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan sektor pertanian. Pada saat ini tingkat kesejahteraan petani sedang menjadi perhatian utama, karena tingkat kesejahteraan petani diperkirakan makin menurun. Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab menurunnya tingkat kesejahteraan petani antara lain sebagai berikut : 1. Makin sempitnya lahan yang dimiliki petani. 2. Harga gabah yang cenderung rendah pada saat panen raya. 3. Naiknya beberapa faktor input produksi usahatani. Soetrisno, 1999 Tingkat kesejahteraan petani secara utuh perlu dilihat dari berbagai hal antara lain perkembangan jumlah pengeluaran mereka baik untuk kebutuhan konsumsi maupun untuk produksi. Dalam hal ini petani sebagai produsen dan juga konsumen dihadapkan kepada pilihan dalam mengalokasikan pendapatannya yaitu : 1. Memenuhi kebutuhan pokok konsumsi demi kelangsungan hidup petani serta keluarganya. 2. Pengeluaran untuk budidaya pertanian yang merupakan ladang penghidupannya Universitas Sumatera Utara yang mencakup biaya operasional produksi dan investasi. Unsur kedua ini hanya mungkin dilakukan apabila kebutuhan pokok petani telah terpenuhi, dengan demikian investasi dan pembentukan barang modal merupakan faktor penentu bagi tingkat kesejahteraan petani Rianse, 2009. Lahan sebagai salah satu faktor produksi merupakan pabrik hasil-hasil pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan sumber hasil produksi keluar. Faktor produksi tanah mempunyai kedudukan paling penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh lahan dibandingkan oleh faktor – faktor lainnya atau dapat dikatakan besar kecilnya produksi dari usahatani antara lain dipengaruhi oleh luas-sempitnya lahan yang digunakan petani Mubyarto, 1991.

2.3 Biaya Produksi

biaya produksi di klasifikasikan menjadi dua yaitu: 1. Biaya tetap fixed cost 2. Biaya tidak tetap variable cost Biaya tetap di definisikan sebagai biaya yang relatif jumlahnya dan terus di keluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variable dapat di definisikan sebagai biaya yang besar kecilnya mempengaruhi produksi yang di peroleh Soekartawi, 1995. Menurut kebanyakan data menghubungkan hasil output tanaman atau produksi terhadap tingkat penggunaan masukan input yang berbeda –beda diperoleh dari percobaan agronomi. Dalam hal ini terutama berhubungan dengan penggunaan masukan yang dianggap penting seperti bibit, pupuk, pestisida, Universitas Sumatera Utara penyusutan, iuran P3A, iuran PBB, sewa lahan dan tenaga kerja Soekartawi, dkk,1984

1. Bibit

Gabah padi dapat di kelompokkan dalam dua kelompok yaitu gabah yang memiliki Densitas Tinggi DT dan gabah dengan Densitas Rendah DR. Di lapangan, bibit yang berasal dari gabah dengan Densitas Tinggi akan lebih baik dibandingkan yang berasal dari Densitas Rendah BPTP-SU,2008.

2. Pupuk

Tanaman padi memerlukan makanan hara untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Unsur hara yang terkandung pada setiap bahan untuk melengkapi unsur hara yang ada pada tanah yang di perlukan tanaman dinamakan pupuk. Biasanya, unsur hara diperlukan tanaman dalam jumlah besar adalah unsur hara makro AAK,1990.

3. Pestisida

Salah satu faktor kunci dalam mencapai keberhasilan peningkatan produksi padi dan program peningkatan produksi pertanian lainnya adalah adanya dukungan sarana produksi secara tepat, diantaranya melalui penyediaan pestisida secara bijaksana sesuai dengan prinsip dan kaidah Pengendalian Hama Terpadu PHT. Kementrian Pertanian, 2011.

4. Penyusutan

Penyusutan berarti penurunan dari alat produksi yang turut serta dalam proses produksi. Biasanya berlaku terhadap fixed cost seperti mesin –mesin, gedung – gedung dan alat–alat produksi lainya yang dalam akuntansinya disebut modal tidak lancer Gultom,1997. Universitas Sumatera Utara