Kesimpulan Saran TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Agronomi

50 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Harga Referensi Daerah untuk komoditi cabe merah di Sumatera Utara disusun berdasarkan kepada struktur biaya produksi dan besaran keuntungan yang akan diperoleh oleh petani dengan tidak mengorbankan konsumen cabe merah 2. Pembiayaan usahatani cabe di Sumatera Utara terdiri dari biaya sarana produksi dan biaya tenaga kerja. 3. Recomendasi penetapan harga referensi daerah untuk cabai didasarkan kepada persentasi atas harga pokok cabai merah. Harga referensi daerah untuk cabai ditetapkan sebesar Rp. 2.784.979kg atau 30 persen di atas harga pokok. Universitas Sumatera Utara 51

6.2. Saran

Dari hasil penelitian ini, penulis menyampaikan beberapa saran yaitu: 1. Kepada Petani - Memperkecil biaya produksi, khususnya dalam penggunaan tenaga kerja dalam keluarga. 2. Kepada Pemerintah, khususnya Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara. - Agar menetapkan Harga Referensi Daerah cabai merah setiap setahun sekali agar relevan karena setiap saat biaya saprodi usahatani selalu meningkat. Universitas Sumatera Utara 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIIKIRAN

2.1 TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Agronomi

Cabai atau lombok adalah tanaman semusim berbentuk perdu. Tanaman ini berakar tunggang dengan banyak akar samping yang dangkal. Batangnya tidak berbulu, tetapi banyak cabang. Daunnya panjang dengan ujung runcing oblongus acutus. Cabai berbunga sempurna dengan benang sarinya tidak berlekatan lepas. Umumnya bunga berwarna putih, namun ada pula yang ungu dan bunga cabai berbentuk terompet kecil. Buah yang masih muda berwarna hijau, tetapi ada pula yang putih kekuningan. Buah tua umumnya berwarna merah atau kuning. Banyak biji di dalam ruangan buah, daging buahnya berupa keping- keping tidak berair. Biji tersebut melekat pada placenta. Buah cabai mengandung zat capsicin yang pedas dan merangsang. Cabai mengandung minyak atheris yang memberi rasa pedas dan panas. Selain itu, buah cabai banyak mengandung vitamin A dan vitamin C nasir, M. 1999. Ada dua golongan tanaman cabai yang terkenal yaitu cabai besar Capisicum annuum L. dan cabai kecil Capisicum frutescens L.. Jenis cabai yang termasuk ke dalam golongan cabai besar adalah cabai merah Capisicum annum L. var longum L. Sendt. Cabai tersebut buahnya panjang dengan ujungnya Universitas Sumatera Utara 11 runcing dan posisinya menggantung pada ketiak daun. Ketika muda warna buahnya hijau, setelah tua berubah menjadi merah Anonymous. 2007a. Cabai dapat dengan mudah ditanam, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Syarat agar tanaman cabai tumbuh baik adalah tanah berhumus subur, gembur, bersarang, dan pH tanahnya antara 5 - 6. Tanaman cabai tidak tahan hujan, terutama pada waktu berbunga, karena bunga - bunganya akan mudah gugur. Jika tanahnya kebanyakan air atau becek, tanaman mudah terserang penyakit layu. Oleh karena itu, waktu tanam cabai yang baik ialah pada awal musim kemarau. Namun cabai juga dapat ditanam pada saat musim penghujan asalkan drainasenya baik.

1. Cara Tanam

Cabai dikembangbiakkan dengan biji yang diambil dari buah tua atau yang berwarna merah. Biji tersebut disemaikan terlebih dahulu. Tanah persemaian ini sebaiknya dicampur dengan pupuk kandang supaya bibitnya lekas besar. Biji akan tumbuh setelah empat sampai tujuh hari kemudian. Untuk lahan seluas 1 hektar diperlukan 500 gram biji dengan daya kecambah 75 persen. Sebelum ditanam, tanah yang akan ditanami cabai dicangkul dan diberi pupuk kandang. Pupuk kandang ini sebaiknya diletakkan di dalam lubang kecil yang dibuat lurus dengan jarak antar lubang 50 - 60 cm dan jarak antar baris 60 - 70 cm, tergantung kepada jenis yang akan ditanam. Setelah bibit berumur 1-1,5 bulan kira-kira tingginya 10 - 15 cm, bibit dipindahkan ke Universitas Sumatera Utara 12 lubang tersedia. Satu bulan setelah tanam, tanaman diberi pupuk buatan. Pupuk tersebut merupakan campuran urea, TSP, dan KCL dengan perbandingan 1 : 2 : 1 sebanyak 10 gram tiap tanaman. Oleh karena itu, diperlukan 150 kg urea, 300 kg TSP dan 150 kg KCL. Pada tanah tandus, pupuk urea dapat diberikan sampai 200 kg per hektar. Pupuk buatan ini diberikan di sekeliling tanaman sejauh 5 cm dari batangnya. Saat tanaman berumur dua bulan sebaiknya diberi urea susulan 150 kg ha Pracaya, 2003

2. Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan

tanaman cabai tidak terlalu sulit, dengan cara membersihkan rumput pengganggu, menjaga ketersediaan air, dan memberantas hama serta penyakit. Hama yang sering menyerang tanaman cabai ialah lalat buah Dacus ferrugineus, kutu daun Myzus persicae, dan tungu merah Tetranycus sp.. Lalat buah merusak dengan menusuk buah cabai hingga berguguran. Pemberantasan hama ini dengan penyemprotan Kelthane 0,1-0,2. Penyakit yang sering mengancam tanaman cabai adalah penyakit busuk buah. Penyakit ini disebabkan cendawan Collectrichum nigrum. Cendawan Oeidium sp. menyebabkan penyakit gugur daun, sedangkan cendawan Phytophthora capsici penyebab terjadinya penyakit busuk daun. Penyakit busuk daun dan busuk buah tersebut dapat dicegah dengan disemprotkan Dithane M-45 atau Anthracol 0,2. Penyakit utama yang sering menggagalkan tanaman cabai Universitas Sumatera Utara 13 besar ialah penyakit yang disebabkan virus daun keriting TMV. Virus TMV ditularkan kutu daun. Virus tersebut merusak daun muda sehingga menjadi keriting atau menggulung dan mengecil. Penyakit ini sampai kini belum dapat diberantas sehingga bila ada tanaman yang terserang lebih baik dicabut dan dibuang agar tidak menular ke tanaman yang lain setiadi, 1990.

3. Pemanenan Pemungutan buah pertama dapat dilakukan setelah tanaman berumur

empat bulan. Tanaman yang baik dapat menghasilkan buah 4 - 10 ton buah per hektar. Buah cabai mempunyai pasaran yang luas, baik dalam atau luar negeri. Dalam bentuk olahan sambal atau tepung telah dipasarkan sampai Eropa dan Amerika. Akan tetapi, harga cabai tidak stabil. Harga dapat berkisar antara Rp.1.000, sampai Rp.15.000, per kilogram tergantung musim panen dan hari besar setiadi, 1990.

2.2 LANDASAN TEORI Teori Produksi