38
pemanenan hanya membutuhkan 2 orang tenaga kerja dari dalam keluarga, karena pemanenan ini tidak terlalu sulit dalam pelaksanaannya.
4.1.9. Pemasaran Hasil
Cabai merah yang telah dipanen langsung dijual oleh petani ke konsumen, yaitu pemilik restoran- restoran dengan produk organik dan juga
pemilik kios toko sayuran organik yang ada di pusat pasar tradisional di Sumatera Utara dengan harga yang diterima petani antara Rp 20.000,00
sampai Rp 35.000,00 per kilogram. Proses pemasaran yang terjadi yaitu konsumen mengambil sendiri cabai merah organik tersebut ke tempat petani
sesuai jumlah yang diminta sebelumnya
4.2. Biaya Produksi
Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Sarana produksi pada usahatani cabai merah organik dan non organik terdiri
dari bibit, lahan, tenaga kerja dan alat- alat pertanian yang digunakan pada saat budidaya berlangsung. Berikut dijelaskan sarana produksi yang terdapat
dalam usahatani cabai merah. 4.3. Bibit
Cabai merah yang ditanam oleh petani biasanya adalah Hot Chilli atau
petani lebih sering menggunakan bibit lokal yang dibuat sendiri. Bibit jenis Hot Chilli diperoleh petani dengan membeli di toko pertanian sedangkan
bila membuat sendiri bibit diperoleh dari buah yang sebelumnya
Universitas Sumatera Utara
39
telah dipanen dimana dipilih yang bentuknya sempurna sehingga nantinya menghasilkan bibit yang baik kualitasnya. Jarak tanam yang umum digunakan
petani adalah 60 x 60 cm, maka untuk luasan lahan 1 hektar bibit yang dibutuhkan adalah 25.000 bibit cabai merah organik dengan hasil panen
sebanyak 10.000 kg, sedangkan untuk luasan lahan 1 hektar cabai merah non organik bibit yang dibutuhkan sebanyak 25.000 dengan hasil panen
sebanyak 15.000 kg cabai merah non organik dan ditambah dengan bibit cadangan yang digunakan untuk penyulaman sebanyak 20 dari bibit yang
dibutuhkan. 4.4. Lahan
Rata-rata kepemilikan lahan berkisar antara 0,1 ha sampai 1 , 2 ha. Lahan seluas
ini biasanya hanya ditanami dengan satu jenis tanaman utama dan satu jenis tanaman sebagai tanaman pendamping untuk sistem polikultur.
4.5. Tenaga Kerja
Kebutuhan tenaga kerja untuk usahatani cabai merah, baik secara organik maupun non organik dapat berupa tenaga kerja dalam keluarga yaitu
tenaga kerja yang berasal dari anggota keluarga petani dan tenaga kerja luar keluarga yaitu tenaga kerja yang merupakan tenaga upahan.
Jadwal atau waktu kerja b i a s a n y a mulai pukul 07.00 sampai pukul 15.00 8 jam kerja untuk tenaga kerja laki- laki, sedangkan pukul 07.00 sampai
pukul 13.00 6 jam kerjauntuk tenaga kerja perempuan. Tingkat upah
Universitas Sumatera Utara
40
penggunaan tenaga kerja pada usahatani non organik pada lahan 1 hektar lebih banyak menggunakan tenaga kerja pria yaitu sebesar 55 persen atau sebanyak
276 HKP, sedangkan wanita sebesar 45 persen atau sebanyak 227 HKP. Perincian penggunaan tenaga kerja untuk kegiatan budidaya tanaman cabai
merah non organik untuk produksi satu tahun dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel 4.1 Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Cabe Merah Non Organik Per
Hektar Untuk Masa Produksi Satu Tahun d i S u m u t
Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, 213 diolah
Rata-rata yang dibayarkan untuk tenaga kerja laki- laki adalah Rp 20.000,- hari dan untuk perempuan adalah Rp 10.000,- hari. Jumlah anggota keluarga
yang terlibat dalam usahatani cabai merah rata- rata sebanyak dua orang yaitu istri dan anak petani. Kontribusi masing- masing tenaga kerja pada setiap proses
usahatani cabai merah organic. Tenaga kerja perempuan lebih banyak digunakan pada kegiatan pemanenan dan perawatan. Kontribusi tenaga kerja perempuan
dalam usahatani ini sebesar 56 persen dari total pemakaian tenaga kerja No
Kegiatan Penggunaan Tenaga Kerja
Total Persentasii
ket Luar
Dalam L
P L
P 1
Persiapan Lahan 40,0
- 8,0
- 48,0
9,54
-
2 Penanaman
- 15,0
3,0 2,4
20,4 4,06
-
3 Penyulaman
- -
7,0 5,6
12,6 2,50
-
4 Perawatan
20,0 96,0
60,0 48,0
224,0 44,53
-
5 Pemupukan
7,0 -
7,0 1,6
15,6 3,11
-
6 Penyemprotan
25,5 -
25,5 -
51,0 10,14
-
7 Pemanenan
- -
73,0 58,4
131,4 26,12
-
Total 92,5
111,0 183,5
116,0 503,0
-
Nilai Tenaga Kerja000 1.850
2.220 3.670
2.320 10.060
Universitas Sumatera Utara
41
Dalam kegiatan budidaya cabai merah non organik tenaga kerja yang digunakan sebanyak 503 HKP dengan perincian jumlah tenaga kerja luar
keluarga sebanyak 203,5 HKP dan jumlah tenaga kerja dalam keluarga sebanyak 300 HKP. Penggunaan tenaga kerja paling banyak pada saat kegiatan
perawatan yaitu sebesar 44 persen dan pada kegiatan pemanenan sebesar 26 persen.
Dalam kegiatan budidaya cabai merah non organik pada luasan rata- rata lahan 0,2 Ha tenaga kerja yang digunakan sebanyak 163,2 HKP
dengan perincian jumlah tenaga kerja luar keluarga sebanyak 32,8 HKP dan jumlah enaga kerja dalam keluarga sebanyak 130,4 HKP. Penggunaan
tenaga kerja paling banyak pada saat kegiatan perawatan yaitu sebesar 53 persen dan pada kegiatan pemanenan sebesar 32 persen Pusat Data dan
Informasi Pertanian. Volume 5, Nomor 4. 2006. PDB Sektor Pertanian. Penggunaan tenaga kerja pada usahatani non organik ini lebih banyak
menggunakan tenaga kerja wanita yaitu sebesar 50,5 persen atau sebanyak 82,4 HKP, sedangkan wanita sebesar 49,50 persen atau sebanyak 81 HKP.
Perincian penggunaan tenaga kerja untuk kegiatan budidaya tanaman cabai merah non organik untuk produksi satu tahun dapat ilihat pada Tabel 4.2.
Universitas Sumatera Utara
42
T a b e l 4 . 2 .Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Cabai Merah Non Organik Per Luasan Rata- rata Lahan 0,2 Ha Untuk Masa Produksi Satu
Tahun Di Sumut, 2012
No Kegiatan
Usahatani Penggunaan Tenaga
Total Persentase
Luar Dalam
L P
L P
1 Persiapan lahan
2,0 -
- 0,8
3,8 2,31
2 Penanaman
- 0,8
1,0 0,8
2,6 1,60
3 Penyulaman
- -
1,0 0,8
1,8 1,10
4 Perawatan
- 28,0
30,0 28,0 86,0
52,70 5
Pemupukan 2,0
- 2,0
- 4,0
2,45 6
Pemanenan -
- 29,0 23,2
52,2 32,00
7 Penyemprotan
- -
12,8 -
12,8 7,84
Total 4,0
28,8 48,8
53,6 163,2
100,0
Nilai Tenaga 80
576 976
1.072 3.264
Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, 213 diolah
Terdapat perbedaan penggunaan tenaga kerja antara usahatani cabai merah dengan budidaya secara organik dan non organik. Pada usahatani secara
organik penggunaan tenaga kerja lebih banyak daripada usahatani secara non organik, yaitu sebesar 866,4 HKP dan non organik sebanyak 503 HKP
pada luasan lahan satu hektar. Penggunaan tenaga kerja perempuan pada budidaya secara organik lebih banyak daripada non organik, yaitu sebesar
485,4 HKP dan 227 HKP Pusat Data dan Informasi Pertanian. Volume 5, Nomor 4. 2006. PDB Sektor Pertanian.
Hal ini karena budidaya secara organik membutuhkan perawatan yang sangat teliti dan telaten agar tanaman yang dihasilkan memuaskan. Sehingga petani
yang menggunakan budidaya secara organik harus mengeluarkan biaya untuk upah seluruh tenaga kerjanya lebih banyak dibandingkan dengan budidaya secara
non organik.
Universitas Sumatera Utara
43
4.6. Alat- Alat Pertanian