Analisis Pengaruh Iklan Televisi, Celebrity Endorser, Kualitas Produk dan Citra Merek terhadap Keputusan Pembelian pada Produk Kosmetik Berlabel "Wardah" (Studi Kasus pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
ANALISIS PENGARUH IKLAN TELEVISI, CELEBRITY
ENDORSER, KUALITAS PRODUK DAN CITRA MEREK
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA PRODUK
KOSMETIK BERLABEL HALAL “WARDAH”
(Studi kasus pada Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)Oleh
Selfi Stefani
NIM: 109081000032
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Selfi Stefani
2. Tempat tanggal lahir : Jakarta, 24 September 1991
3. Alamat : Jalan Haji Mean 4 Raya No:72 Ciledug-Tangerang 4. Telepon : 087782030068
5. E-mail : selfistefani@gmail.com
II. PENDIDIKAN
1. SDN Karang Tengah 03 Ciledug Tahun 1997-2003 2. SMP Yadika 3 Ciledug Tahun 2003-2006 3. SMAN 3 Tangerang Tahun 2006-2009 4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009-2013
III. LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah : Hariadi Abdullah 2. Ibu : Chaerayati M.Noer
3. Alamat : Jalan Haji Mean 4 Raya No:72 Ciledug-Tangerang
(7)
vi
ANALYZE THE EFFECT OF TELEVISION ADVERTISING, CELEBRITY ENDORSER, PRODUCT QUALITY, AND BRAND IMAGE TO PURCHASE
DECISION TOWARD HALAL COSMETIC PRODUCT “WARDAH” (Case Study on Student of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Selfi Stefani ABSTRACT
The aim of this research is to analyze the influence of television advertising, celebrity endorser, product quality, and brand image on purchase decision to Wardah cosmetic. The data which used in this research is a primary data, collected from over 60 respondents in UIN Syarif Hidayatullah Jakarta who had watched, know and use halal
cosmetic product “Wardah”. The sampling technique that is used in this research is judgement sampling method, then the data processed by multiple regression analysis.
The result of this research, based on partially and simultaneous test, it is proved that the television advertising, celebrity endorser, product quality, and brand image have significant influence on purchase decision. The value of Adjusted R Square is 0,468, it means all independent variables can be explained 46,8% toward dependent variable. While the remaining 53,2% was explained by other factors which were not examined in this research.
Keyword: Television Advertising, Celebrity Endorser, Product Quality, Brand Image, Purchase Decison
(8)
vii
ANALISIS PENGARUH IKLAN TELEVISI, CELEBRITY ENDORSER, KUALITAS PRODUK DAN CITRA MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA PRODUK KOSMETIK BERLABEL HALAL “WARDAH”
(Studi Kasus pada Mahahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Selfi Stefani ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh dari iklan televisi,
celebrity endorser, kualitas produk dan citra merek terhadap keputusan pembelian kosmetik Wardah. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan dari 60 responden di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melihat, mengetahui, dan menggunakan produk kosmetik halal “Wardah”. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode judgement sampling, kemudian data diproses menggunakan analisa regresi berganda.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa secara parsial dan simultan terbukti bahwa iklan televisi, celebrity endorser, kualitas produk dan citra merek berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian. Nilai Adjusted R Square nya adalah 0,468 yang berarti semua variabel independen dapat menjelaskan sebesar 46,8% terhadap variabel dependen. Sementara sisanya 53,2% dapat dijelaskan oleh faktor lainnya yang tidak diuji dalam penelitian ini.
Kata kunci: Iklan Televisi, Celebrity Endorser, Kualitas Produk, Citra Merek, Keputusan Pembelian.
(9)
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Kedua orang tua, ayahanda tercinta Hariadi Abdullah dan ibunda tersayang Chaerayati M.Noer yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis.
2. Segenap keluarga dan teman yang telah menyemangati dan membantu penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Ahmad Dumyathi Bashori, MA, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Titi Dewi Warninda, SE. Msi, selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM, selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah berkenan memberikan tambahan ilmu dan solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini.
7. Ibu Ela Patriana, MM, AAAIJ selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia membimbing dan mengarahkan penulis selama menyusun skripsi dan memberikan banyak ilmu serta solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini.
(10)
ix
8. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan pengetahuan dan berbagi pengalaman yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.
9. Seluruh teman-teman Manajemen A Angkatan 2009, terutama untuk Raissa Andrawina, Tsurumi Bunga, Suci Ramida, Yesika Al Istiqomah, Rizanty Amanda, Imas Atik, dan Ati Astuti yang selalu menemani dalam suka dan duka.
10. Seluruh teman-teman Manajemen dan Marketing Angkatan 2009 yang selalu mengisi hari-hari menjadi sangat menyenangkan.
11. Seluruh staf dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
12. Muhammad Noer Ichbal Hilman, yang telah membantu dan memberikan semangat setiap harinya dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang manajemen pemasaran.
Jakarta, Agustus 2013 Penulis,
(Selfi Stefani)
(11)
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i
PENGESAHAN SKRIPSI ... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v
ABSTRACT . ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... .. xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Perumusan Masalah ... 11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11
1. Tujuan Penelitian ... 11
2. Manfaat Penelitian ... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14
A. Landasan Teori ... 14
1. Pengertian Pemasaran ... 14
2. Bauran Pemasaran ... 15
3. Iklan Televisi ... 17
a. Pengertian Iklan ... 17
b. Tujuan Periklanan ... 18 c. Kelebihan dan Kelemahan Televisi Sebagai Media
(12)
xi
Periklanan... 22
4. Bintang Iklan (Celebrity Endorser) ... 26
a. Pengertian Bintang Iklan ... 26
b. Atribut Bintang Iklan ... 27
5. Kualitas Produk ... 31
a. Pengertian Produk ... 31
b. Lima Tingkatan Produk ... 32
c. Pengertian Kualitas Produk ... 33
d. Dimensi Kualitas Produk ... 34
6. Citra Merek ... 37
a. Pengertian Citra... 37
b. Pengertian Merek ... 37
c. Pengertian Citra Merek ... 38
d. Pengukuran Citra Merek ... 39
7. Keputusan Pembelian ... 42
a. Pengertian Keputusan Pembelian ... 42
b. Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian ... 42
c. Peranan Dalam Keputusan Pembelian ... 46
d. Proses Keputusan Pembelian ... 47
B. Penelitian Terdahulu ... 57
C. Kerangka Pemikiran ... 65
D. Hipotesis Penelitian………. ... 67
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 68
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 68
B. Metode Penentuan Sampel ... 68
C. Metode Pengumpulan Data ... 70
1. Data Primer ... 70
2. Data Sekunder ... 70
(13)
xii
1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 71
a. Uji Validitas ... 71
b. Uji Reliabilitas ... 72
2. Uji Asumsi Klasik ... 72
a. Uji Normalitas ... 72
b. Uji Multikolinearitas ... 73
c. Uji Heteroskedastisitas ... 75
3. Analisis Regresi Berganda ... 76
4. Koefisien Korelasi ... 77
5. Koefisien Determinasi ... 77
6. Uji Hipotesis ... 78
a. Uji t Hitung (Parsial) ... 78
b. Uji F Hitung (Simultan)... 79
E. Operasional Variabel Penelitian ... 81
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 87
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitan ... 87
1. Sejarah Singkat Wardah ... 87
2. Visi dan Misi Perusahaan ... 88
3. Struktur Organisasi ... 89
B. Analisis dan Pembahasan ... 90
1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 90
2. Karakteristik Responden ... 94
3. Analisis Deskriptif ... 97
a. Iklan Televisi ... 97
b. Celebrity Endorser... 100
c. Kualitas Produk ... 106
d. Citra Merek ... 111
(14)
xiii
4. Uji Asumsi Klasik ... 120
a. Uji Normalitas ... 120
b. Uji Multikolinearitas ... 121
c. Uji Heterokedastisitas ... 122
5. Uji Regresi Linier Berganda ... 123
a. Persamaan Regresi Linier Berganda ... 123
b. Uji Koefisien Korelasi (R) ... 125
c. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 125
d. Uji t Hitung (Parsial) ... 127
e. Uji F Hitung (Simultan) ... 133
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 135
A. Kesimpulan ... 135
B. Implikasi ... 136
DAFTAR PUSTAKA ... 140
(15)
xiv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 Data Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Agama ... 5
1.2 Indeks ALS Produk Wardah 2011-2012 ... 8
2.1 Tujuan Periklanan ... 20
2.2 Penelitian Terdahulu ... 58
3.1 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 77
3.2 Operasional Variabel Penelitian ... 81
4.1 Hasil Uji Validitas ... 90
4.2 Hasil Uji Reliabilitas ... 93
4.3 Usia Responden ... 94
4.4 Fakultas Responden ... 95
4.5 Uang Saku Bulanan Responden ... 96
4.6 Frekuensi Pembelian Wardah Dalam 3 Bulan Terakhir ... 97
4.7 Mengetahui Produk Wardah Dari Iklan Televisi ... 97
4.8 Mengetahui Kegunaan Produk Dari Iklan Di Televisi ... 98
4.9 Lebih memilih Wardah dibandingkan yang lain setelah melihat iklannya di televisi ... 98
4.10 Ingin Membeli saat itu juga ketika melihat iklan TV Wardah .. 90
4.11 Iklan Wardah di TV membuat selalu ingat dengan Wardah ... 99
4.12 Penampilan bintang iklan Wardah mewakili image Wardah dengan baik ... 100
4.13 Bintang iklan Wardah mewakili sosok wanita Islam berjilbab yang menarik dalam menggunakan kosmetik ... 100
4.14 Bintang iklan Wardah merupakan sosok selebriti yang memiliki paras cantik... 101
4.15 Bintang iklan Wardah adalah sosok selebriti terkenal... 101
4.16 Tidak Pernah Ada Pemberitaan Buruk Tentang Bintang Iklan Kosmetik Wardah ... 102
(16)
xv
4.17 Bintang Iklan Wardah menyampaikan pesan iklan Wardah
dengan konsisten sesuai dengan kenyataan ... 102
4.18 Bintang Iklan Wardah adalah sosok yang dapat dipercaya ... 103
4.19 Kesukaan dengan sosok bintang iklan Wardah ... 103
4.20 Bintang iklan Wardah berpengalaman dalam beriklan... 104
4.21 Bintang Iklan Wardah memahami cara menggunakan produk Wardah dengan baik ... 104
4.22 Bintang Iklan Wardah merupakan sosok yang berkualitas dalam menyampaikan pesan dan mengiklankan Wardah ... 105
4.23 Bintang Iklan Wardah merupakan sosok yang mampu memberikan inspirasi mengenai kecantikan sehingga tepat untuk menyampaikan pesan iklan... 105
4.24 Kosmetik Wardah memiliki kualitas yang baik ... 106
4.25 Kosmetik Wardah cocok untuk jenis kulit Saya ... 106
4.26 Kualitas kosmetik Wardah memiliki kesesuaian dengan yang ditawarkan melalui iklan ... 107
4.27 Kosmetik Wardah aman digunakan karena berlabel halal dan sudah terdaftar di BPPOM ... 107
4.28 Kosmetik Wardah tidak menimbulkan masalah pada kulit ... 108
4.29 Selalu merasa nyaman setiap memakai kosmetik Wardah ... 108
4.30 Produk kosmetik Wardah memiliki masa pakai (kadaluarsa) yang lama ... 109
4.31 Desain kemasan kosmetik Wardah unik ... 109
4.32 Warna kemasan produk kosmetik Wardah menarik ... 110
4.33 Produk kosmetik Wardah memiliki reputasi yang kuat, berkualitas, dan nyaman digunakan ... 110
4.34 Kosmetik Wardah adalah kosmetik berlabel halal yang paling dikenal ... 111
4.35 Harga kosmetik Wardah terjangkau. ... 111
4.36 Penampilan produk kosmetik Wardah menarik... 112
(17)
xvi
4.38 Kelengkapan produk kosmetik Wardah menarik ... 113
4.39 Kosmetik Wardah memberikan kesan positif ... 113
4.40 Kosmetik Wardah menawarkan berbagai variasi produk ... 114
4.41 Promosi iklan kosmetik Wardah menarik ... 114
4.42 Merek kosmetik “Wardah” mudah diingat ... 115
4.43 Merek kosmetik “Wardah” mudah diucapkan ... 115
4.44 Membeli kosmetik Wardah karena kebutuhan ... 116
4.45 Mengetahui informasi mengenai Wardah dari keluarga/ teman/ tetangga ... 116
4.46 Mengetahui informasi mengenai Wardah dari iklan ... 117
4.47 Lebih memilih produk kosmetik Wardah diandingkan dengan produk kosmetik lain ... 117
4.48 Wardah merupakan produk kosmetik yang paling disuka... 118
4.49 Merasa puas setelah membeli produk kosmetik Wardah ... 118
4.50 Karena puas, maka akan membeli produk kosmetik Wardah lagi ... 119
4.51 Akan merekomendasikan kosmetik Wardah kepada orang lain ... 119
4.52 Hasil Uji Multikolinieritas ... 124
4.53 Hasil Regresi Linier Berganda ... 125
4.54 Hasil Koefisien Korelasi (R) ... 125
4.55 Hasil Koefisien Determinasi (R2) ... 125
4.56 Hasil Uji t Hitung (Uji Parsial) ... 127
(18)
xvii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkah Laku Konsumen . 43
2.2 Proses Keputusan Pembelian Konsumen ... 48
2.3 Tahapan Antara Evaluasi Alternatif dan Keputusan Pembelian ... 53
2.4 Kerangka Pemikiran ... 66
4.1 Kurva Normal P-P Plot Hasil Uji Normalitas ... 120
(19)
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Kuesioner ... 144 Lampiran 2 Data Mentah Jawaban Responden ... 148 Lampiran 3 Output Hasil Pengujian Data ... 156
(20)
1 BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Persaingan antar pasar industri perawatan pribadi dan kosmetik semakin
kompetitif. Hal ini terbukti dengan banyaknya jenis kosmetika produksi dalam
negeri dan produksi luar negeri yang beredar baik di Indonesia. Membanjirnya
produk kosmetika di pasaran mempengaruhi minat seseorang terhadap pembelian
dan berdampak kepada keputusan pembelian. Pembelian suatu produk kosmetika
bukan lagi untuk memenuhi keinginan (wants) saja, melainkan karena kosmetika
adalah sebuah kebutuhan (needs) pada saat ini.
Kosmetik saat ini telah menjadi kebutuhan manusia yang tidak bisa dianggap
sebelah mata lagi. Jika disadari bahwa baik wanita maupun pria, sejak lahir hingga
dewasa semua membutuhkan kosmetik. Lotions untuk kulit, powder, sabun,
depilatories, deodorant merupakan salah satu dari sekian banyak kategori
kosmetik. Dan sekarang semakin terasa bahwa kebutuhan adanya kosmetik yang
beraneka bentuk dengan ragam warna dan keunikan kemasan serta keunggulan
dalam memberikan fungsi bagi konsumen, menuntut industri kosmetik untuk
semakin terpicu mengembangkan teknologi yang tidak saja mencakup
peruntukkannya dari kosmetik itu sendiri namun juga kepraktisan didalam
penggunaannya. Sebagai contoh, keberadaan sabun cair dalam kemasan yang unik
(21)
2 kandungan pelembabnya sehingga bagi pengguna terasa praktis dan hal ini akan
menjadi alternatif bagi masyarakat yang senang berpergian (Media Indonesia,
Rabu 4 Juni 2008:19).
Memang wajar jika terjadi persaingan tajam di industri kosmetik saat ini.
Pasalnya nilai pasar bisnis kosmetik diam-diam sangat besar dan menggiurkan.
Menurut data Persatuan Perusahaan Kosmetik Indonesia (Perkosmi), omset
industri kosmetik tahun 2011 sebesar Rp 10,404 triliun. Dengan perkiraan
pertumbuhan sebesar 20% (tahun 2010 ke 2011 tumbuh 16,9 %), omset industri
kosmetik di tahun 2012 bisa mencapai minimal Rp 12,2 triliun. Data Kementrian
Perindustrian menunjukkan bahwa saat ini ada 744 produsen kosmetik di
Indonesia yang terdiri dari 28 perusahaan besar, 208 perusahaan menengah dan
508 perusahaan kecil. Diantara banyak pemain itu, diakui Ketua Perhimpunan
Pengusaha dan Asosiasi Kosmetik (PPA Kosmetik) bahwa persaingan di pasar
domestik jauh lebih ketat ketimbang merek asing. Sejak diberlakukannnya
harmonisasi kosmetik ASEAN di awal 2011, daya saing produk lokal cukup
terganggu. Produk lokal tertekan oleh proses perizinan yang rumit dan batasan
dalam bahasa promosi ataupun kemasan (Majalah SWA edisi XXVIII 27
Agustus-5 September 2012:89).
Dalam era globalisasi persaingan bisnis yang semakin dinamis, kompleks
dan serba tidak pasti, bukan hanya menyediakan peluang tetapi juga tantangan
yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan untuk selalu mendapatkan cara terbaik
(22)
3 untuk menarik perhatian (calon) konsumen dengan berbagai cara, salah satunya
dengan pemberian informasi tentang produk. Pemberian informasi tentang produk
tersebut dapat dilakukan melalui berbagai bentuk program komunikasi pemasaran
di antaranya: advertising, sales promotions, personal selling, public relations, dan
direct marketing (Kotler, 2007:243). Dari berbagai program komunikasi
pemasaran tersebut, periklanan (advertising) merupakan salah satu cara yang
paling umum digunakan perusahaan untuk mengarahkan komunikasi persuasif
pada target audiens. Media ini dirasa paling efektif dalam mempengaruhi
konsumen untuk melakukan pembelian. Menurut Jefkins (2006:5), periklanan
merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasive yang diarahkan kepada
(calon) konsumen yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu
dengan biaya yang paling ekonomis.
Agar produk yang ditawarkan pemasar melalui media iklan memiliki daya
tarik bagi calon konsumen, maka diperlukan dukungan dari bintang iklan
(celebrity endorser) sebagai penyampai pesan dalam iklan. Celebrity endorser
merupakan tokoh (aktor, penghibur, atau atlet) yang dikenal masyarakat karena
prestasinya dan berperan sebagai orang yang berbicara tentang produk, yang pada
akhirnya dapat mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen yang menunjuk pada
produk yang didukungnya (Shimp, 2003:460). Selain itu, Belch & Belch
(2009:178) mendefinisikan endorser sebagai pendukung iklan yang ditampilkan
untuk menyampaikan pesan. Endorser sering juga disebut sebagai sumber
(23)
4 pesan dan atau memperagakan sebuah produk atau jasa. Endorser juga diartikan
sebagai orang yang dipilih mewakili citra sebuah produk (product image), karena
biasanya kalangan tokoh masyarakat memiliki karakter yang menonjol dan daya
tarik yang kuat.
Dalam upaya pemenuhan kebutuhannya, seseorang akan memilih produk
yang dapat memberikan kepuasan tertinggi. Secara khusus, faktor-faktor yang
menciptakan kepuasan tertinggi bagi setiap orang akan berbeda, tetapi secara
umum faktor seperti kualitas produk itu sendiri, harga dari produk dan cara untuk
mendapatkan produk seringkali menjadi pertimbangan utama. Menurut American
Society for Quality Control, kualitas adalah “the totality of features and characteristics of a product or service that bears on its ability to satisfy given
needs”, artiya keseluruhan ciri dan karakter-karakter dari sebuah produk atau jasa yang menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang tersirat.
Definisi ini merupakan pengertian kualitas yang berpusat pada konsumen sehingga
dapat dikatakan bahwa seorang penjual telah memberikan kualitas bila produk atau
pelayanan penjual telah memenuhi atau melebihi harapan konsumen (Kotler dan
Keller, 2009: 180). Kualitas produk yang diinginkan oleh konsumen menyangkut
manfaatnya bagi pemenuhan kebutuhan dan keamanannya bagi diri konsumen,
sehingga konsumen merasa tenang lahir dan batin dalam menggunakan produk
tersebut. Untuk memenuhi keinginan konsumen agar tenang lahir dan batin dalam
mengkonsumsi produk, perusahaan harus memberitahukan manfaat produk dan
(24)
5 selalu memperbaharui produk lama dengan memunculkan produk-produk baru dan
juga memperbaiki kualitasnya ke arah yang semakin baik. Apabila produk
dianggap berkualitas di mata konsumen, maka produk itu akan selalu dicari.
Konsumen memberikan penilaian pada suatu produk setelah konsumen mencoba
untuk menggunakan suatu produk. Lalu konsumen bisa menilainya dari segi
kualitas produk. Khusus untuk produk pangan, obat-obatan dan kosmetik,
perusahaan/ produsen harus mencantumkan keterangan-keterangan yang
berhubungan dengan produk. Keterangan-keterangan tersebut dapat berupa
komposisi bahan campuran produk, masa berlaku produk, cara penggunaan produk
dan keterangan bahwa produk telah diperiksa oleh Badan Pengawasan Pangan,
Obat dan Kosmetik (BPPOM).
Konsumen muslim membutuhkan keterangan bahwa produk tersebut halal
untuk dikonsumsi. Perkara halal-haram merupakan wacana yang mudah sekali
bergulir di Indonesia. Alasan yang mendasarinya dikarenakan penduduk Indonesia
yang sebagian besar merupakan umat muslim.
Tabel 1.1
Data Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Agama
Agama Jumlah/Total Persentase
Islam 182.083.594 87,20%
Protestan 12.964.795 6,21%
Katholik 6.941.884 3,32%
Hindu 4.586.754 2,20%
Budha 2.242.833 1,07%
Total 208.819.860 100,00%
(25)
6 Konsep halal dalam kehidupan masyarakat Indonesia telah banyak dikenal
dan diterapkan khususnya umat Islam. Halal diperuntukkan bagi segala sesuatu
yang baik dan bersih yang dimakan atau dikonsumsi oleh manusia menurut syari’at Islam. Lawan halal adalah haram yang berarti “tidak dibenarkan atau dilarang” menurut syari’at Islam. Kosmetik juga termasuk yang diperhatikan mengenai halal atau tidaknya bahan baku pembuatannya. Kosmetik mengandung
daftar panjang bahan kimia. Sebagian besar diantaranya sintetis dan berbahan
dasar minyak bumi yang dapat memicu masalah-masalah kesehatan seperti iritasi
kulit hingga yang paling berat seperti kanker (Ratnadita, 2012). Konsumen wanita
harus lebih teliti dalam memilih kosmetik selain alasan kesehatan, alasan
ketakwaan juga menjadi kebutuhan bagi konsumen wanita Islam.
Keterangan halal pada produk di Indonesia berbentuk label halal yang
disertifikasi oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat dan Kosmetik Majelis Ulama
Indonesia (LP POM MUI) yang bekerjasama dengan Departemen Kesehatan
(Depkes) dan Departemen Agama (Depag) (Sukmawati, 2006:2).
Aspek yang juga sangat penting adalah citra dari merek produk itu sendiri.
Menurut Kotler dan Keller (2007:346), citra merek merupakan “perceptions and beliefs held by consumers. As reflected in the association held in consumer
memory”, yaitu persepsi dan keyakinan konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam memori konsumen mengenai merek suatu produk yang dilihat, dipikirkan dan dibayangkan”. Dengan menciptakan citra merek yang tepat untuk suatu produk, tentunya akan sangat berguna bagi pemasar, karena citra
(26)
7 merek akan mempengaruhi penilaian konsumen atas alternative brand yang
diharapkan. Yang bukan hanya dapat memenuhi kebutuhan konsumen, tetapi dapat
memberikan kepuasan yang lebih baik dan lebih terjamin. Semakin baik citra
merek yang melekat pada produk, maka konsumen akan semakin tertarik untuk
membeli produk tersebut. Seperti yang dituturkan oleh Schiffman dan Kanuk
(2000:141), konsumen senantiasa memilih merek berdasarkan citranya. Jika
konsumen tidak mempunyai pengalaman dengan suatu produk, maka mereka cenderung untuk “mempercayai” merek yang disukai atau terkenal. Citra merek yang positif berkaitan dengan kesetiaan konsumen, kepercayaan konsumen
mengenai nilai merek yang positif, dan kesediaan untuk mencari merek tersebut.
Citra merek yang positif juga membantu meningkatkan minat konsumen dalam
menghadapi berbagai kegiatan pemasaran pesaing.
PT. Pusaka Tradisi Ibu adalah salah satu perusahaan yang memproduksi
kosmetik. Produknya diproduksi dalam tiga merek, yaitu Puteri, Zahra dan
Wardah. Dalam penelitian ini digunakan studi kasus kosmetik dengan merek
Wardah. Pemilihan ini didasarkan pada sistem penjualan dan segmen produk.
Disamping itu, seluruh produknya yang berjumlah 200 macam telah mendapat
sertifikasi halal, yang dikeluarkan oleh majelis Ulama indonesia. Penjualan yang
dimulai sejak tahun 1995 melalui door to door ini kemudian telah berkembang
menjadi 1500 outlet yang tersebar di Department Store dan Pusat perbelanjaan
(27)
8 Walaupun banyak orang bilang bahwa orang Jepang suka berbasa-basi,
tetapi Asahi Shimbun merupakan koran terbitan Jepang yang pelit untuk
berbasa-basi dan memuji suatu produk tanpa prestasi luar biasa yang menggelayutinya.
Liputan Asahi Shimbun pada Maret 2012 adalah bentuk pengakuan atas
keberhasilan Wardah bisa menjadi sebuah merek kosmetik kecantikan yang menyasar segmen pasar yang “sempit” (niche market) tapi kedepannya mampu sukses dan mendapatkan porsi pasar yang cukup lumayan di percaturan kosmetik
Indonesia (http://manuverbisnis.wordpress.com/).
Peningkatan penjualan produk kosmetik Wardah dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 1.2
Indeks ALS Produk Wardah 2011-2012
(Kategori Kosmetik Survei IOB) 2012
Wardah 7,68 Mustika Ratu 7,46 Sariayu 7,34
2011
Mustika Ratu 7,75 Wardah 7,64 Sari Ayu 7,41
Viva 7,30
Sumber: Survei Institute Of Business IOB, SWA, 2012. Keterangan: ALS singkatan dari Advocacy, Loyalty, dan Satisfaction
(28)
9 Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa terjadinya peningkatan penjualan
produk kosmetik Wardah dari tahun 2011 ke tahun 2012. Pada tahun 2011, produk
Mustika Ratu menempati posisi pertama yang meraih penjualan terbesar dalam
kategori kosmetik, lalu Wardah menempati posisi kedua. Tapi pada tahun 2012,
Wardah menempati posisi tersebut dan sebaliknya Mustika Ratu berada di posisi
kedua setelah Wardah.
Meskipun berada di urutan teratas pada tahun 2012, namun Wardah harus
tetap mewaspadai pesaingnya. Dapat dilihat juga dari tabel di atas, bahwa
kenaikan penjualan Wardah tidak terlalu signifikan. Untuk itu perlu dilakukan
terus berbagai cara agar konsumen tetap memutuskan untuk membeli produk
kosmetik Wardah.
Dimana-dimana orang mengatakan, mengusung label kosmetik islami halal
akan membuat ruang gerak Wardah sangat terbatas. Wardah dibelenggu oleh
aturan serta opini dan persepsi yang berkembang di tengah masyarakat. Apalagi,
sebagai produk kecantikan, yang terpenting adalah pencitraan.
Wardah yang termasuk sebagai kosmetik yang segmennya sangat sempit
karena berlabel halal, tentunya harus memiliki strategi-strategi pemasaran yang
jitu agar masyarakat yang menjadi target pasarnya mengetahui tentang informasi
produknya. Wardah menempatkan posisinya sebagai kosmetik untuk wanita yang
berjilbab dan bahwa orang berjilbab juga bisa ber-make up bagus. Upaya
mengubah persepsi bagus ini memang dilakukan bertahap. Mula-mula menunjuk
(29)
10 menjadi ikon produk secara keseluruhan. Selain Inneke adalah selebriti yang
berkerudung, Inneke juga memiliki daya tarik dan keahlian yang diharapkan
Wardah dalam menginformasikan kepada target konsumen.
Dalam perkembangan waktu, demi mendapatkan target pasar wanita yang
dinamis, Wardah menunjuk Dian Pelangi sebagai ikon pendamping tahun 2010.
Dian Pelangi yang memiliki kredibilitas yang baik, dan menginspirasi wanita
khususnya usia muda untuk berjilbab dengan stylish tentunya diharapkan mampu
menginformasikan produk ini ke konsumen luas. Menyusul Marshanda yang
diharapkan mewakili anak muda. Ia ditunjuk menjadi ikon Wardah sejak 2011 dan
juga Lisa Namuri, sebagai ikon yang mewakili kelompok peduli kesehatan dan
penyuka olahraga.
Seiring berjalannya waktu, kini Wardah mencoba untuk memperluas segmen
pasarnya. Tidak hanya menampilkan wanita berjilbab sebagai bintang iklannya,
kini Wardah mulai menggandeng wanita tidak berjilbab seperti Nadya Almira tapi
tetap konsisten dengan positioning kosmetika yang berlabel halal. Melalui
perluasan tersebut, Wardah mencoba menanamkan persepsi bahwa kosmetik halal
tidak hanya dapat digunakan oleh wanita berhijab, tetapi justru dapat digunakan
oleh siapa pun yang ingin tampil cantik (http://manuverbisnis.wordpress.com/).
Selain itu juga dengan mempertahankan kualitas terbaiknya dan menjadikan
kualitasnya lebih baik lagi yang dituangkan dalam produk yang berbahan dasar
halal, tentunya akan menjadikan kesan tersendiri bagi pangsa pasarnya. Dan
(30)
11 menjadikan salah satu potensi besar Wardah untuk bersaing di kalangan industri
kosmetik dan untuk merebut hati para konsumen.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul: Analisis Pengaruh Iklan Televisi, Celebrity Endorser, Kualitas Produk Dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Pada
Produk Kosmetik Berlabel Halal “Wardah” (Studi Kasus Pada Mahasiswi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta).
B.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh iklan televisi, celebrity endorser, kualitas produk
dan citra merek secara parsial terhadap keputusan pembelian pada produk kosmetik berlabel halal “Wardah”.
2. Apakah terdapat pengaruh iklan televisi, celebrity endorser, kualitas produk
dan citra merek secara simultan terhadap keputusan pembelian pada produk kosmetik berlabel halal “Wardah”.
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
(31)
12 a. Untuk menganalisis pengaruh iklan televisi, celebrity endorser, kualitas
produk dan citra merek secara parsial terhadap keputusan pembelian pada
produk kosmetik berlabel halal “Wardah”.
b. Untuk menganalisis pengaruh iklan televisi, celebrity endorser, kualitas
produk dan citra merek secara simultan terhadap keputusan pembelian pada produk kosmetik berlabel halal “Wardah”.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Penulis atau Peneliti
Penelitian ini merupakan salah satu bukti bahwa peneliti telah dapat
menerapkan ilmu-ilmu berupa teori-teori yang didapatkan selama penulis
menempuh kuliah ke dalam praktek sekaligus sebagai ajang menggali
tambahan pengetahuan di lapangan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
manajemen pemasaran terutama keputusan pembelian.
b. Bagi Perusahaan
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi
bagi perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam strategi iklan
media televisi, penggunaan celebrity endorser, peningkatan kualitas produk,
dan memperkuat citra merek yang baik yang dapat mempengaruhi keputusan
(32)
13 c. Bagi Lembaga Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi khasanah perpustakaan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta memberikan referensi bagi seluruh
mahasiswa dan kalangan akademisi yang ingin mempelajari masalah yang
berhubungan dengan pemasaran khususnya keputusan pembelian. Serta
sebagai suatu hasil karya yang dapat dijadikan sebagai bahan wacana dan
pustaka bagi mahasiswa atau kalangan akademisi yang memiliki ketertarikan
(33)
14 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Landasan Teori 1. Pengertian Pemasaran
Kebanyakan orang, termasuk beberapa manajer bisnis mengatakan bahwa
pemasaran mempunyai arti “menjual” dan “advertising”. Memang kedua kegiatan tersebut merupakan bagian dalam pemasaran, tetapi pemasaran
mempunyai arti yang lebih dari hanya sekedar menjual dan advertising
(McCarthy, 2002:4).
Didefinisikan secara luas, pemasaran adalah proses sosial dan manajerial
dimana pribadi atau organisasi memperoleh apa yang mereka butuhkan dan
inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain. Dalam
konteks bisnis yang lebih sempit, pemasaran mencakup menciptakan hubungan
pertukaran muatan dengan pelanggan yang menguntungkan (Kotler dan
Amstrong, 2008:6).
Selain itu, menurut American Marketing Association (AMA), pemasaran
adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan,
mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola
hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para
(34)
15 Menurut David Packard, pemasaran adalah proses yang memfokuskan
pada penyampaian nilai dan keuntungan kepada konsumen, tidak hanya
menjual produk, jasa dan atau ide, tetapi digunakan untuk komunikasi,
distribusi, dan strategi penetapan harga dengan menguntungkan konsumen dan
stakeholdernya (Lamb, Hair, Mc.Daniel, 2009:4).
2. Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran (marketing mix) menurut Kotler dan Armstrong
(2008:62) didefinisikan sebagai kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang
dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkannya di pasar
sasaran, yang terdiri dari:
a. Produk (product), yang berarti kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan
perusahaan kepada pasar sasaran. Produk dapat diklasifikasikan menjadi 3
kelompok berdasarkan daya tahan dan keterlihatannya (Philip Kotler, dkk,
2005: 87).
b. Harga (price)
Harga adalah jumlah uang yang harus dibayarkan pelanggan untuk
memperoleh produk. Dari pengertian harga tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa harga adalah nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan
sejumlah uang. Harga adalah satu-satunya elemen yang menghasilkan
(35)
16 Demi mendapatkan sebuah barang atau jasa yang diinginkannya
seorang konsumen harus rela membayar sejumlah uang. Hal ini juga harus
diperhatikan oleh perusahaan, penentuan harga harus mempertimbangkan
jenis kompetisi dalam pasar target dan biaya keseluruhan bauran pemasaran
(Cannon, Perreult dan Mc Carthy, 2008:290).
c. Tempat (place)
Tempat meliputi kegiatan perusahaan yang membuat produk tersedia
bagi pelanggan sasaran. Tempat berkaitan dengan semua keputusan dalam
membawa produk yang benar ke wilayah pasar target. Suatu produk tidak
akan banyak gunanya bagi seorang pelanggan jika tidak tersedia pada saat
dan tempat yang dibutuhkan. Produk dapat mencapai pelanggan melalui
saluran distribusi. Saluiran distribusi merupakan sekumpulan perusahaan
atau individu yang berpartisipasi dalam aliran produk dari produsen hingga
konsumen (Cannon, Perreaul dan Mc Carthy, 2008:290).
d. Promosi (promotion)
Promosi berarti aktifitas yang menyampaikan mengenai manfaat
produk dan membujuk pelanggan untuk membelinya. Seperti hal nya dengan
unsur bauran pemasaran yang lain, promosi juga mempunyai kombinasi
dalam menunjang pemasaran suatu produk atau jasa. Dalam hal ini
kombinasi unsur promosi lebih dikenal dengan promotional mix atau bauran
promosi yang meliputi periklanan, personal selling, publisitas dan promosi
(36)
17 3. Iklan Televisi
a. Pengertian Iklan
Menurut Belch & Belch (2009:18), iklan dapat didefinisikan sebagai “any paid from of non personal communication about an organization, product, service, or idea by an identified sponsor”, setiap bentuk komunikasi
non-personal mengenai suatu organisasi, produk, jasa atau ide yang dibayar
oleh satu sponsor yang diketahui).
Iklan sebagai pengingat sangat penting bagi produk karena periklanan
membantu memelihara hubungan pelanggan dengan membuat konsumen
terus memikirkan produk (Kotler dan Armstrong, 2008:152).
Iklan adalah komunikasi tidak langsung, yang didasari pada informasi
tentang keunggulan atau keuntungan suatu produk, yang disusun sedemikian
rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan mengubah
pikiran seseorang untuk melakukan pembelian (Tjiptono, 1997:22).
Iklan ditujukan untuk mempengaruhi afeksi dan kognisi,
konsumen-evaluasi, perasaan, pengetahuan, makna kepercayaan, sikap, dan citra yang
berkaitan dengan produk dan merek (Peter & Olson, 2000:181).
Menurut Jefkins (2006:5), periklanan merupakan pesan-pesan
penjualan yang paling persuasive yang diarahkan kepada (calon) konsumen
yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya
(37)
18 Periklanan sebagai suatu bentuk dari komunikasi masa atau
komunikasi direct to consumer yang bersifat non personal dan didanai oleh
perusahaan bisnis, organisasi nirlaba, atau individu yang diidentifikasikan
dengan berbagai cara dalam pesan iklan. Pihak pemberi dana tersebut
berharap untuk menginformasikan atau membujuk para anggota dari
khalayak tertentu untuk melakukan beberapa tindakan, sekarang atau di
masa depan (Shimp, 2010:182).
b. Tujuan Periklanan
Iklim persaingan usaha yang ketat mengharuskan perusahaan
menentukan tujuan sebelum menjalankan setiap aktivitasnya. Demikian juga
untuk tujuan periklanan dibuat sebagai alat koordinasi, alat untuk membantu
pengambilan keputusan, dan alat evaluasi kesuksesan serta iklan juga
ditujukan untuk mempengaruhi afeksi dan kognisi konsumen-evaluasi,
perasaan, pengetahuan, makna kepercayaan, sikap dan citra yang berkaitan
dengan produk dan merek (Peter & Olson, 2000:181).
Kotler dan Keller (2006:245), menyebutkan bahwa tujuan periklanan
dapat digolongkan menurut sasarannya, seperti sasaran untuk
menginformasikan, membujuk dan mengingatkan atau memperkuat.
(38)
19 1) Periklanan Untuk Memberi Informasi (Informative)
Iklan informatif dimaksudkan untuk menciptakan kesadaran dan
pengetahuan tentang produk baru atau ciri baru produk yang sudah ada.
Biasanya iklan dengan cara ini dilakukan secara besar-besaran pada tahap
awal peluncuran suatu jenis produk dengan tujuan membentuk
permintaan awal. Dalam hal ini, kebutuhan suatu produk yang sebelumnya “tersembunyi” atau masih berupa persepsi dapat diperjelas lewat iklan. Pada umumnya, iklan yang bersifat informative digunakan
untuk merek (brand) yang siklus hidupnya berada di tahap perkenalan
(introduction stage).
2) Periklanan Untuk Membujuk (Persuasive)
Iklan persuasif dimaksudkan untuk menciptakan kesukaan,
preferensi, keyakinan, dan pembelian suatu produk atau jasa. Jenis iklan
ini dilakukan dalam tahap kompetitif. Tujuannya adalah membentuk
permintaan selektif produk tertentu. Dalam hal ini, perusahaan melakukan
persuasi secara tidak langsung dengan memberikan informasi tentang
kelebihan produk yang akan merubah pikiran orang untuk melakukan
tindakan pembelian. Pada umumnya, periklanan yang bersifat membujuk
digunakan untuk merek yang siklus kehidupannya pada taraf
(39)
20 3) Periklanan Untuk Mengingatkan (Reminding)
Jenis iklan ini dimaksudkan untuk merangsang pembelian produk
dan jasa kembali. Iklan ini sangat penting untuk produk yang sudah
mapan. Bentuk iklan jenis ini adalah ikan penguat (reinfocement
advertising) yang bertujuan untuk meyakinkan pembeli sekarang bahwa
mereka telah melakukantindakan pembelian yang tepat. Umumnya, iklan
jenis ini digunakan pada fase kedewasaan (maturity) suatu merek.
Penjelasan secara spesifik ada pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.1 Tujuan Periklanan Untuk menginformasikan Mengomunikasikan nilai ke pelanggan
Memberitahukan pasar tentang suatu produk baru
Mengusulkan kegunaan baru suatu produk
Menjelaskan cara kerja suatu produk
Memberitahukan pasar tentang perubahan harga
Menjelaskan pelayanan yang tersedia
Mengoreksi kesan yang salah Membangun citra perusahaan Untuk membujuk
Membentuk preferensi merek Mendorong alih merek
Mengubah persepsi pelanggan tentang atribut merek
Membujuk pelanggan untuk membeli sekarang
Membujuk pelanggan untuk menerima kunjungan pembelian Meyakinkan pelanggan agar
memberitahu orang lain mengenai merek
Untuk mengingatkan Memelihara hubungan pelanggan
Mengingatkan pembeli bahwa produk tersebut mungkin akan dibutuhkan di kemudian hari
Mengingatkan konsumen dimana dapat membelinya Membuat pelanggan tetap
mengingat merek walaupun tidak sedang musimnya Sumber: Kotler dan Keller (2006)
(40)
21 Durianto dkk (2003:12), menyebutkan ada sembilan tujuan yang
secara umum ingin dicapai perusahaan-perusahaan yang beriklan, yaitu:
a) Menciptakan kesadaran pada suatu merek dibenak konsumen (create
awareness). Brand awareness yang tinggi merupakan pembuka untuk
tercapainya brand equity yang kuat. Pemasar seharusnya menyadari
bahwa tanpa brand awareness yang tinggi sulit untuk mendapatkan
pangsa pasar yang tinggi.
b) Mengkomunikasikan informasi kepada konsumen mengenai atribut dan
manfaat suatu merek (communicate information about attributes and
benefits).
c) Mengembangkan atau mengubah citra atau personalitas sebuah merek
(develop or change an image or personality). Sebuah merek terkadang
mengalami dilusi sehingga perlu diperbaiki citranya, yang dapat
dilakukan adalah melalui iklan.
d) Mengasosiasikan suatu merek dengan perasaan serta emosi (associate a
brand with feelings and emotions). Disini maksudnya agar ada hubungan
emosi antara konsumen dan suatu merek.
e) Menciptakan norma-norma kelompok (create group norms).
f) Mengendapkan perilaku (precipitate behaviour).
g) Mengarahkan konsumen untuk membeli produknya dan mempertahankan
kekuatan pasar (market power) perusahaan. Iklan sangat kuat dalam
(41)
22 segalanya, mengingat keberhasilan suatu merek di pasaran tidak hanya
tergantung pada iklannya.
h) Menarik calon konsumen menjadi “konsumen yang loyal” dalam jangka
waktu tertentu.
i) Mengembangkan sikap positif calon konsumen yang diharapkan dapat
menjadi pembeli potensial di masa yang akan datang.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
tujuan dari periklanan pada dasarnya adalah untuk menyampaikan informasi,
membujuk (mempengaruhi), dan meningkatkan serta dapat pula untuk
menciptakan kesan positif pada produk dan merek tersebut.
c. Kelebihan dan Kelemahan Televisi Sebagai Media Periklanan
Pada masing-masing media yang digunakan untuk beriklan, ada
keuntungan dan kelebihannya masing-masing, tetapi ada beberapa kelebihan
dan kekurangan yang secara umum terjadi. Menurut Shimp (2003:46),
kelebihan dan kelemahan media periklanan televisi adalah sebaga berikut:
1) Kelebihan media periklanan televisi
a) Diluar pertimbangan lainnya, televisi memiliki kemampuan yang unik
untuk mendemonstrasikan penggunaan produk.
Tidak ada media lain yang dapat menjangkau konsumen secara
(42)
23
Audiens dapat melihat dan mendengarkan yang didemonstrasikan,
mengidentifikasi para pemakai produk dan juga membayangkan bahwa
diri mereka memakai produk
b) Iklan televisi mempunyai kemampuan untuk muncul tanpa diharapkan
(intrusion value) yang tidak sejajar dengan media lainnya.
Iklan televisi menggunakan indera seseorang dan menarik
perhatiannya bahkan pada saat orang tersebut tidak ingin menonton
iklan. Sebagai perbandingan, adalah jauh lebih mudah bagi seseorang
untuk menghindari iklan majalah atau surat kabar dengan cara
membalik lembarannya daripada mencoba menghindari iklan televisi
baik secara fisik maupun mental. Tentu saja, alat-alat pengendali jarak
jauh (remote devices) memudahkan para penonton untuk menghindari
iklan televisi melalui zipping atau zapping.
c) Iklan televisi mampu memberikan hiburan dan mengahsilkan
kesenangan.
Produk yang dijalankan dapat didramatisir dan dibuat lebih
menggairahkan atau kurang lazim dari biasanya. Hal ini juga terkait
dengan unsur humor yang kerap ditampilkan di televisi sebagai salah
satu strategi periklanan untuk menarik perhatian pemirsa.
d) Iklan televisi mampu menjangkau konsumen satu persatu.
Dalam iklan televisi, ketika seorang pembicara atau endorser
(43)
24 penjualan perorangan, dimana interaksi antara pembicara dan
konsumen terjadi pada tingkat perorangan.
e) Iklan televisi mampu menjangkau baik konsumen akhir maupun tenaga
penjualan perusahaan.
Dengan jangkauan yang luas, iklan televisi dapat menjangkau
tenaga penjualan perusahaan dimana ia akan lebih mudah memasarkan
produk yang bersangkutan karena iklan televisi juga menjangkau
konsumen akhir dan meningkatkan citra produk tersebut di pasaran.
f) Iklan televisi mampu untuk mencapai dampak yang diinginkan.
Dampak tersebut adalah mutu/ media periklanan yang
mengaktifkan kesadaran konsumen dan mengaktifkan ingatannya
untuk menerima pesan penjualan.
2) Kelemahan media periklanan televisi
a) Biaya periklanan yang meningkat dengan cepat.
Biaya ini akan meningkat pada waktu-waktu prime time
dimana banyak pemirsa menonton pada jam-jam tersebut
b) Terpecahnya penonton (audience fractionalization)
Para pengiklan tidak dapat mengharap untuk menarik penonton
homogen yang luas ketika memasang iklan pada program tertentu
karena sekarang tersedia banyak pilihan program bagi penonton
(44)
25 c) Kebiasaan dari pemirsa yang suke meng-zipping iklan dan zapping
iklan.
Zapping terjadi ketika para penonton beralih ke saluran lain
ketika iklan ditampilkan. Suatu riset menunjukkan bahwa ada sekitar
sepertiga penonton potensial iklan televisi yang hilang akibat tindakan
zapping. Selain zapping ada zipping yaitu terjadi saat iklan yang telah
direkam dengan VCR ditayangkan dengan cepat ketika penonton
materi iklan yang pernah ditayangkan sebelumnya.
d) Ketidakberaturan (clutter).
Clutter mengacu kepada semakin banyaknya materi
non-program yaitu iklan, pesan layanan umum, dan pengumuman promosi
stasiun dan program-program saluran yang bersangkutan. Clutter
terjadi karena jaringan meningkatkan/menambah pengumuman
promosi untuk merangsang penonton menonton program yang
dipromosikan secara gencar dan karena pengiklan menambah
iklan-iklan pendeknya. Efektivitas periklan-iklanan televisi menjadi berkurang
karena masalah clutter, yang menciptakan kesan negatif di kalangan
konsumen mengenai periklanan pada umumnya, menjauhkan para
penonton dari pesawat televisi, dan mungkin m engurangi kemampuan
(45)
26 3. Bintang Iklan (Celebrity Endorser)
a. Pengertian Bintang Iklan (Celebrity Endorser)
Keberhasilan sebuah iklan tidak terlepas dari seorang bintang iklan
(celebrity endorser) dalam mempromosikan sebuah merek produk, terutama
bila iklan tersebut ditayangkan di media televisi. Penggunaan bintang iklan
dalam sebuah media televisi merupakan alternatif strategi yang tepat untuk
memperkenalkan produk kepada konsumen.
Belch & Belch (2009:178) mendefinisikan endorser sebagai
pendukung iklan yang ditampilkan untuk menyampaikan pesan. Endorser
sering juga disebut sebagai sumber langsung (direct source), yaitu seorang
pembicara yang mengantarkan sebuah pesan dan atau memperagakan sebuah
produk atau jasa. Selain itu, endorser juga diartikan sebagai orang yang
dipilih mewakili citra sebuah produk (product image), karena biasanya
kalangan tokoh masyarakat memiliki karakter yang menonjol dan daya tarik
yang kuat.
Menurut Kotler dan Keller (2009: 519), celebrity endorser merupakan
penggunaan narasumber (source) sebagai figur yang menarik atau populer
dalam iklan, hal ini merupakan salah satu cara kreatif untuk menyampaikan
pesan agar pesan yang disampaikan dapat mencapai perhatian yang lebih
(46)
27 b. Atribut Bintang Iklan (Celebrity Endorser)
Definisi atribut (attributes) menurut Mowen dan Minor, (2002:213)
adalah karakteristik atau fitur yang dimiliki oleh objek. Jadi atribut endorser
merupakan karakteristik atau fitur yang mungkin dimiliki atau tidak oleh
endorser. Dimana menurut Mowen dan Minor (2002:398) terdapat dua
faktor kunci yang mempengaruhi efektivitas proses komunikasi yaitu
karakteristik sumber informasi (endorser) dan karakteristik pesan yang
dikomunikasikan.
Terence Shimp menggolongkan dua atribut umum dan lima atribut
khusus celebrity endorser untuk memfasilitasi efektivitas komunikasi.
Secara spesifik, Shimp (2003:470) mengatakan bahwa lima atribut khusus
endorser dijelaskan dengan akronim TEARS. Dimana TEARS tersebut
terdiri dari Truthworthiness (dapat dipercaya) dan Expertise (keahlian) yang
merupakan dua dimensi dari credibility; phsycal Attractiveness, Respect
(kualitas dihargai)dan Similarity (kesamaan denganaa audience yang dituju)
merupakan komponen dari konsep umum attractiveness (daya tarik fisik).
1) Trustworthiness (Dapat Dipercaya)
Istilah truthworthiness (dapat dipercaya) menurut Shimp
(2003:470) mengacu kepada kejujuran, integritas dan kepercayaan diri
dari seorang sumber pesan. Keahlian dan layak dipercaya tidak berdiri
satu sama lain, sering seorang pendukung pesan iklan tertentu
(47)
28 Penilaian kelayakan dipercaya seorang pendukung pesan iklan tergantung
pada persepsi audien atas motivasi selebritis sebagai seorang pendukung
pesan iklan. Jika audien percaya bahwa seorang pendukung pesan iklan
dimotivasi murni dari kepentingan dirinya sendiri, dia akan menajdi
kuarang meyakinkan daripada seorang yang mempersepsikan pendukung
pesan iklan sebagai orang yang benar-benar objektif dan tidak mengambil
keuntungan.
2) Expertise (Keahlian)
Istilah expertise (keahlian) menurut Shimp (2003:471) mengacu
pada pengetahuan, pengalaman atau keahlian yang dimiliki oleh seorang
endorser yang dihubungkan dengan merek yang didukung.
Seorang endorser yang diterima sebagai seorang yang ahli pada
merek yang didukungnya akan lebih persuasif dalam menarik audience
daripada seorang endorser yang tidak diterima sebagai seorang yang ahli.
Shimp memberikan contoh yaitu seorang atlet dipertimbangkan
sebagai ahli ketika atlet tersebut mendukung produk yang berkaitan
dengan olahraga. Sama halnya dengan model yang dianggap lebih ahli
jika dihubungkan dengan produk-produk kecantikan dan fashion. Pebisnis
yang sukses dianggap sebagai ahli dalam hal perspektif manajerial.
Seorang endorser yang dianggap sebagai ahli dalam suatu bidang tertentu
(48)
29 area keahlian endorser tersebut dibandingkan dengan endorser yang tidak
dianggap sebagai ahli.
3) Attractiveness (Daya Tarik Fisik)
Istilah attractiveness (daya tarik) menurut Shimp, (2003:469)
mengacu pada diri yang dianggap sebagai hal yang menarik untuk dilihat
dalam kaitannya dengan konsep kelompok tertentu dengan daya tarik
fisik.
Seseorang yang menarik dirasakan lebih positif dan merefleksikan
merek yang diiklankan secara lebih baik dari pada orang dengan daya
tarik rata-rata (Mowen dan Minor, 2002:405).
Ketika konsumen menemukan sesuatu pada diri endorser yang
dianggap menarik, persuasi terjadi melalui identifikasi, yaitu ketika
konsumen mempersepsikan celebrity endorser sebagai sesuatu yang
menarik, konsumen kemudian mengidentifikasi endorser tersebut dan
memiliki kecenderungan untuk mengadopsi sikap, perilaku, kepentingan,
atau preferensi tertentu dari si endorser.
4) Respect (Kualitas Dihargai)
Istilah respect (kualitas dihargai) menurut Shimp, (2003:469)
adalah kualitas yang dihargai atau digemari sebagai akibat dari kualitas
(49)
30 Selebriti dihargai karena kemampuan akting mereka, keterampilan
berolahraga atau kepribadian dan kualitas argumentasi politiknya.
Individu yang dihargai juga secara umum disukai, dan hal ini dapat
digunakan untuk meningkatkan ekuitas merek. Namun dalam penemuan
lain, Mowen dan Minor (2002:410) menyimpulkan bahwa karakteristik
dan kepribadian sumber berinteraksi dengan sifat alami produk. Oleh
karenanya, dalam keadaan tertentu orang yang memiliki fisik menarik
atau menyenangkan (digemari) mungkin tidak efektif sebagai sumber
informasi.
5) Similarity (Kesamaan Dengan Audience Yang Dituju)
Istilah similarity (kesamaan dengan audience yang dituju) menurut
Shimp (2003:469) mengacu pada kesamaan antar endorser dan audience
dalam hal umur, jenis kelamin, etnis, status sosial dan sebagainya.
Similarity merupakan komponen kelima dari TEARS, dimana
similarity menampilkan tingkatan dimana seorang endorser cocok dengan
audience dalam hal karakteristik, seperti umur, jenis kelamin, etnis dan
(50)
31 4. Kualitas Produk
a. Pengertian Produk
Orang akan memuaskan keinginan dan kebutuhannya melalui produk.
Kotler (2007:407) mendefinisikan bahwa, “A product is anything that can be offered to market to satisfy a want or need. Produk adalah apa saja yang
dapat ditawarkan ke pasar untuk dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan”. Produk yang dapat dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, peristiwa (events), orang (people), tempat, properti, organisasi,
informasi dan gagasan.
Definisi produk menurut Lamb, Hair dan Mc Daniel (2001:414) adalah
segala sesuatu baik yang menguntungkan maupun tidak menguntungkan
yang diperoleh melalui seseorang melalui pertukaran. Berdasarkan pada
pengertian produk ini diketahui bahwa sebagian dari suatu perusahaan yang
bergerak dalam bidang manufacturing atau bagaimana membuat rancangan
suatu produk mengenai bentuk, ukuran dan lain sebagainya yang telah
ditentukan.
Tjiptono (2008:95) mengatakan bahwa produk merupakan segala
sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari,
dibeli, digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau
keinginan pasar yang bersangkutan.
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
(51)
32 digunakan untuk memuaskan konsumen, dimana tiap barang atau jasa
tersebut memiliki manfaat yang berbeda. Dapat dikatakan pelanggan dalam
membeli barang tidak hanya membeli sekumpulan atribut fisiknya saja tetapi
lebih dari itu, pelanggan tersebut membayar sesuatu yang diharapkan agar
dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan.
b. Lima Tingkatan Produk
Menurut Kotler (2007:48), ada lima tingkatan produk, yaitu:
1) Tingkatan manfaat inti (core benefit level) yaitu layanan atau manfaat
yang benar-benar dibeli pelanggan. Pemasar harus melihat diri mereka
sendiri sebagai penyedia manfaat. Misalnya seorang penumpang pesawat
terbang membeli kenyamanan dalam perjalanan.
2) Tingkatan produk umum (generic product level) yaitu bentuk dasar dari
suatu produk yang dapat dirasakan oleh panca indera. Pada level ini
pemasar harus mengubah manfaat inti untuk produk dasar. Misalnya
sebuah kamar hotel mencakup tempat tidur, kamar amndi, lemari baju,
lemari hias serta bangku dan merja.
3) Tingkatan produk yang diharapkan (expected product level) yaitu
serangkaian atribut-atribut produk dan kondisi-kondisi yang diharapkan
oleh pembeli pada saat mereka membeli suatu produk. Misalkan seorang
(52)
33 pelayanan yang ramah, tempat duduk yang nyaman, dan lingkungan
pesawat yang bersih dan rapih.
4) Tahapan produk yang ditingkatkan (augmented product level) yaitu
sesuatu yang membedakan antara produk yang ditawarkan oleh
perusahaan dengan produk yang ditawarkan oleh pesaing atau kompetitor.
Misal agen penjual tiket dapat meningkatkan penjualannya dengan
memudahkan konsumen dalam memesan tiket.
5) Tahapan produk potensial (potential product level) yaitu mencangkup
semua kemungkinan tambahan dan transformasi yang mungkin dialami
sebuah produk atau penawaran dimasa depan. Dalam level ini, per
usahaan secara agresif harus mencari berbagai cara baru dalam
memuaskan konsumennya.
c. Pengertian Kualitas Produk
Kualitas produk adalah karakteristik produk atau jasa yang bergantung
pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan pelanggan yang
dinyatakan atau diimplikasikan (Kotler dan Armstrong, 2008:272).
Kualitas produk memiliki dua dimensi utama, yaitu tingkatan dan
konsistensi. Dalam mengembangkan produk, pemasar harus terlebih dahulu
memilih tingkatan kualitas yang dapat mendukung posisi produk di pasar
sasaran. Dalam dimensi ini, kualitas produk merupakan kualitas kinerja,
(53)
34 yang tinggi juga dapat berarti konsistensi tingkatan kualitas yang tinggi.
Dalam konsisten yang tinggi tersebut kualitas produk berarti kualitas
kesesuaian yaitu bebas dari kecacatan dan kekonsistenan dalam memberikan
tingkatan kualitas yang akan dicapai/ dijanjikan, jadi, dalam prakteknya
semua perusahaan harus berusaha keras memberikan tingkatan kualitas
kesesuaian yang tinggi. (Kotler dan Armstrong, 2008:273).
Menurut American Society for Quality Control, kualitas adalah “the totality of features and characteristics of a product or service that bears on
its ability to satisfy given needs”, artiya keseluruhan ciri dan karakter -karakter dari sebuah produk atau jasa yang menunjukkan kemampuannya
untuk memuaskan kebutuhan yang tersirat. Definisi ini merupakan
pengertian kualitas yang berpusat pada konsumen sehingga dapat dikatakan
bahwa seorang penjual telah memberikan kualitas bila produk atau
pelayanan penjual telah memenuhi atau melebihi harapan konsumen (Kotler
dan Keller, 2009: 180)
d. Dimensi Kualitas Produk
Ada 8 dimensi kualitas produk yang dikembangkan Garvin dalam
(54)
35 1) Kinerja (Performance)
Kinerja (performance) merupakan karakteristik operasi dan produk inti
(core product) yang dibeli. Misalnya kecepatan, kemudahan dan
kenyamanan dalam penggunaan
2) Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (Features)
Dimensi fitur merupakan karakteristik atau ciri-ciri tambahan yang
melengkapi manfaat dasar suatu produk. Fitur bersifat pilihan atau option
bagi konsumen. Fitur bisa meningkatkan kualitas produk jika kompetitor
tidak memiliki fitur tersebut.
3) Keandalan (Reliability)
Keandalan yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau
gagal pakai. Misalnya pengawasan kualitas dan desain, standar
karakteristik operasional kesesuaian dengan spesifikasi.
4) Kesesuaian dengan spesifikasi (Conformance To Spesifications)
Kesesuaian yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi
standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya pengawasan kualitas
dan desain, Standar karakteristik operasional adalah kesesuaian kinerja
produk dengan standar yang dinyatakan suatu produk. Ini semacam “janji” yang harus dipenuhi oleh produk. Produk yang memiliki kualitas dari dimensi ini berarti sesuai dengan standarnya.
(55)
36 5) Daya Tahan (Durability)
Daya tahan menunjukan usia produk, yaitu jumlah pemakaian suatu
produk sebelum produk itu digantikan atau rusak. Semakin lama daya
tahannya tentu semakin awet, produk yang awet akan dipersepsikan lebih
berkualitas dibanding produk yang cepat habis atau cepat diganti.
6) Kemampuan Diperbaiki (Serviceability)
Kualitas produk ditentukan atas dasar kemampuan diperbaiki: mudah,
cepat, dan kompeten. Produk yang mampu diperbaiki tentu kualitasnya
lebih tinggi dibandingkan dengan produk yang tidak atau sulit diperbaiki.
7) Estetika (Asthethic)
Yaitu daya tarik produk terhadap panca indera, misalkan bentuk fisik,
model atau desain yang artistik, warna dan sebagainya.
8) Ketepatan Kualitas Yang Dipersepsikan (Perceived Quality)
Merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau
keunggulan suatu produk. Biasanya karena kurangnya pengetahuan
pembeli akan atribut atau ciri-ciri produk yang akan dibeli, maka
pembeli mempersepsikan kualitasnya dari aspek harga, nama merek,
(56)
37 5. Citra Merek
a. Pengertian Citra
Pengertian citra menurut Kotler (2007:388) adalah cara masyarakat
mempersepsikan perusahaan atau produknya. Kotler menambahkan bahwa
citra yang efektif melakukan tiga hal. Pertama, memantapkan karakter
produk dan usulan nilai. Kedua, menyampaikan karakter itu dengan cara
yang berbeda sehingga tidak dikacaukan oleh karakter pesaing. Ketiga,
memberikan kekuatan emosional yang lebih dari sekedar citra mental.
Supaya bisa berfungsi, citra itu harus disampaikan melalui setiap sarana
komunikasi yang tersedia agar citra tersebut bertahan lama.
b. Pengertian Merek
Menurut UU Merek No.15 Tahun 2001 pasal I ayat 1, merek adalah
tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan
warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa
American Marketing Assosiation mendefinisikan merek (brand)
sebagai sebagai nama, istilah, tanda, simbol, rancangan atau kombinasi dari
semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa
dari seorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari
(57)
38 Tjiptono (2008:104) menyatakan pada dasarnya suatu merek juga
merupakan janji penjual untuk secara konsisten menyampaikan serangkaian
ciri-ciri, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek yang baik juga
menyampaikan jaminan dan jasa tertentu kepada para pembeli.
c. Pengertian Citra Merek (Brand Image)
Menurut Kotler dan Keller (2007:346), citra merek merupakan “perceptions and beliefs held by consumers. As reflected in t he association held in consumer memory. Yaitu persepsi dan keyakinan konsumen, seperti
tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam memori konsumen”. Dengan menciptakan citra merek yang tepat untuk suatu produk, tentunya akan
sangat berguna bagi pemasar, karena citra merek akan mempengaruhi
penilaian konsumen atas alternative brand yang diharapkan. Yang bukan
hanya dapat memenuhi kebutuhan konsumen, tetapi dapat memberikan
kepuasan yang lebih baik dan lebih terjamin.
Seperti yang dituturkan oleh Schiffman dan Kanuk (2000:141),
konsumen senantiasa memilih merek berdasarkan citranya. Jika konsumen
tidak mempunyai pengalaman dengan suatu produk, maka mereka cenderung untuk “mempercayai” merek yang disukai atau terkenal. Citra merek yang positif berkaitan dengan kesetiaan konsumen, kepercayaan konsumen
(58)
39 tersebut. Citra merek yang positif juga membantu meningkatkan minat
konsumen dalam menghadapi berbagai kegiatan pemasaran pesaing.
Dari beberapa pendapat para ahli yang telah dijelaskan, citra merek
sangat berkaitan erat dengan kesan yang ditimbulkan. Kesan-kesan positif
yang diperoleh pelanggan merupakan pengalaman dan pengetahuan yang
didapatnya dari merek tersebut. Maka persepsi maupun pemahaman
pelanggan terhadap suatu merek tergantung pada kemampuan pelanggan
dalam mengidentifikasi bermacam informasi mengenai merek tersebut, serta
kemampuan pelanggan untuk menyimpan informasi dari merek tersebut
dalam ingatannya. Pemahaman pelanggan terhadap suatu merek merupakan
cerminan dari penilaian pelanggan atas merek produk-produk yang
ditawarkan.
d. Pengukuran Citra Merek
Menurut pendapat Keller (2008:56), pengukuran citra merek dapat
dilakukan berdasarkan pada aspek sebuah merek, yaitu:
1) Kekuatan (Strengthness)
Kekuatan dalam hal ini adalah keunggulan-keunggulan yang
dimiliki oleh merek yang bersifat fisik yang tidak ditemukan pada merek
lainnya. Keunggulan merek ini mengacu pada atribut-atribut fisik atas
merek tersebut sehingga biasa dianggap sebagai sebuah kelebihan yang
(59)
40 kelompok kekuatan (strength) ini adalah penampilan fisik produk,
keberfungsian semua fasilitas produk, harga produk, maupun penampilan
fasilitas pendukung dari produk tersebut.
2) Keunikan (Uniqueness)
Keunikan adalah kemampuan untuk membedakan sebuah merek
diantara merek lainnya. Keunikan ini muncul dari atribut produk yang
menjadi kesan unik atau diferensiasi antara produk satu dengan produk
lainnya yang memberikan alasan bagi konsumen bahwa mereka harus
membeli produk tersebut. Perusahaan harus bisa membuat produk mereka
unik dan beda dengan produk pesaing. Contohnya, dengan cara yang
sama konsumen akan mengekspektasikan bahwa sebuah pedagang online
akan melayani mereka dengan segala kemudahan, variasi layanan, cara
pilihan pengiriman, prosedur pembelian yang aman, pelayanan konsumen
yang bertanggung jawab, pedoman privasi yang ketat, dan berbagai hal
lainnya yang diharapkan konsumen adalah yang paling baik dan berbeda
dibandingkan dengan pedagang online lainnya.
Singkatnya, untuk membuat produk berbeda dari yang lain, pemasar
harus membuat dan memastikan hal-hal dalam produk yang kuat
(strength) dalam merek agar merek tidak hanya disukai (favorable) tapi
(60)
41 Yang termasuk dalam kategori unik ini adalah hal berbeda yang
paling dominan dalam sebuah produk dengan produk pesaingnya, variasi
layanan, variasi harga, fisik produk itu sendiri seperti fitur produk dan
variasi produk yang tersedia, penampilan atau nama dari sebuah merek
yang memberikan kesan positif, cara penyampaian informasi kepada
konsumen, pedoman privasi yang ketat dari perusahaan, serta prosedur
pembelian yang terjamin.
3) Kesukaan (Favorable)
Untuk memilih mana yang disukai dan unik yang berhubungan
dengan merek, pemasar harus menganalisis dengan teliti mengenai
konsumen dan kompetisi untuk memutuskan posisi terbaik bagi merek
tersebut.
Kesukaan (favorable) mengarah pada kemampuan merek tersebut
agar mudah diingat oleh konsumen. Yang termasuk dalam kategori
favorable ini antara lain kemudahan merek produk untuk diucapkan,
kemampuan merek untuk tetap diingat oleh konsumen, kemudahan
penggunaan produk, kecocokan konsumen dengan produk, serta
kesesuaian antara kesan merek di benak pelanggan dengan citra yang
(61)
42 5. Keputusan Pembelian
a. Pengertian Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian menurut Kotler dan Amstrong (2003:227),
keputusan pembelian adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan
pembelian dimana konsumen benar-benar membeli. Pengambilan keputusan
merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam
mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian
Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan membeli konsumen
secara amat rinci untuk menyatakan pertanyaan mengenai apa yang dibeli
konsumen, bagaimana dan berapa banyak mereka membeli, serta mengapa
mereka membeli. Salah satu cara untuk membentuk hal tersebut adalah
dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian.
Menurut Kotler dan Keller (2007:262), faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkah laku konsumen itu sendiri adalah budaya, sosial,
(62)
43 Gambar 2.1
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkah Laku Konsumen
Sumber: (Kotler dan Keller, 2007)
1) Faktor Budaya
a) Budaya. Budaya (culture) adalah kumpulan nilai dasar, persepsi,
keinginan, dan perilaku yang dipelajari oleh anggota masyarakat dari
keluarga dan institusi penting lainnya.
b) Subbudaya. Subbudaya (subculture) adalah kelompok masyarakat
yang berbagi sistem nilai berdasarkan pengalaman hidup dan situasi
yang umum.
c) Kelas sosial. Kelas sosial (social class) adalah pembagian yang relatif
dan berjenjang dalam m asyarakat dimana anggotanya berbagi nilai,
minat, dan perilaku yang sama. Budaya
Budaya Sub budaya Kelas Sosial
Sosial
Kelompok referensi Keluarga Peran dan
status
Pribadi Usia dan
siklus hidup Pekerjaan Situasi
ekonomi Gaya hidup Kepribadian dan konsep diri Psikologis Motivasi Persepsi Pembelajaran Kepercayaan dan Sikap Pembeli
(63)
44 2) Faktor Sosial
a) Kelompok. Kelompok (group) adalah dua atau lebih orang yang
berintraksi untuk mencapai tujuan pribadi atau tujuan bersama.
b) Keluarga. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yangg
paling penting dalam masyarakat, seperti suami, istri dan anak-anak.
c) Peran dan status. Maksudnya peran terdiri dari aktivitas yang
diharapkan dilakukan seseorang yang ada di sekitarnya. Setiap peran
membawa status yang mencerminkan penghargaan yang diberikan
oleh masyarakat.
3) Faktor Pribadi
a) Usia dan tahap siklus hidup. Membeli juga dibentuk oleh siklus hidup
keluarga mengenai tahap-tahap yang mungkin dilalui keluarga sesuai
kedewasaanya. Dari usia muda, usia pertengahan dan usia tua.
b) Pekerjaan. Maksudnya adalah pekerjaan seseorang mempengaruhi
barang dan jasa yang mereka beli.
c) Situasi ekonomi. Situasi ekonomi mempengaruhi pilihan produk.
Pemasaran produk yang peka terthadap pendapatan mengamati
kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan, dan tingkat minat.
d) Gaya hidup. Gaya hidup (lifestyle) adalah pola kehidupan seseorang
yang diwujudkan dalam psikografisnya. Gaya hidup yang dimaksud
(64)
45 kegiatan sosial), minat (makanan, mode, keluarga, rekreasi), opini (isu
sosial, bisnis, produk).
e) Kepribadian dan konsep diri. Kepribadian (personality) mengacu pada
karakteristik psikologi unik seseorang yang menyebabkan respons
yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan orang itu
sendiri.
4) Faktor Psikologis
a) Motivasi. Motivasi adalah kebutuhan dengan tekanan kuat yang .
mendorong seseorang untuk mencari kepuasan atas kebutuham
tersebut.
b) Persepsi. Persepsi adalah proses dimana orang memilih, mengatur, dan
menginterpretasikan informasi untuk membentuk gambaran dunia
yang berarti.
c) Pembelajaran. Maksudnya adalah perubahan dalam perilaku seseorang
yang timbul dari pengalaman.
d) Keyakinan dan Sikap. Keyakinan (belief) adalah pemikiran deskriptif
yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu. Sikap (attitude) adalah
evaluasi, perasaan, dan tendensi yang relatif konsisten dari seseorang
(65)
46 c. Peranan dalam Keputusan Pembelian
Menurut Kotler dan Keller (2007:262), terdapat peran yang dimainkan
dalam keputusan pembelian , yaitu:
1) Pencetus (Initiator)
Orang yang pertama kali menyadari adanya keinginan atau kebutuhan
yang belum terpenuhi dan mengusulkan ide untuk membeli suatu barang
atau jasa tertentu.
2) Pemberi pengaruh (Influencer)
Orang yang memberi pandangan, nasihat, atau pendapat sehingga dapat
mempengaruhi keputusan pembelian.
3) Pengambil keputusan (Decider)
Orang yang mengambil keputusan mengenai setiap komponen keputusan
pembelian yang mencakup mengenai apakah membeli barang tersebut
atau tidak, mengenai bagaimana cara membelinya, atau dimana
membelinya.
4) Pembeli (Buyer)
Orang yang memiliki wewenang formal untuk memilih pemasok dan
penyusun syarat pembelian.
5) Pemakai (User)
Orang yang mengkonsumsi atau menggunakan barang atau jasa yang
(1)
43 4 4 4 4 4 5 5 5 35
44 5 4 4 4 4 4 4 4 33
45 4 5 4 5 5 4 4 4 35
46 5 5 5 5 5 5 5 5 40
47 5 5 5 5 5 5 5 5 40
48 4 4 4 3 4 4 4 4 31
49 4 4 4 4 4 4 4 4 32
50 5 5 5 4 5 5 5 5 39
51 4 4 4 4 4 4 4 4 32
52 4 4 4 4 4 5 5 5 35
53 4 4 4 4 4 5 5 5 35
54 4 4 4 3 2 5 5 5 32
55 4 5 5 5 5 4 4 4 36
56 4 5 5 4 5 4 4 4 35
57 5 5 5 5 3 4 4 4 35
58 4 4 4 4 4 4 5 5 34
59 5 4 5 4 4 5 5 5 37
(2)
Lampiran 3: Output Hasil Pengujian Data
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS Uji Validitas
Scale Mean if
Item Deleted
Scale variance if
Item Deleted
Corrected Item Total Correlati
on
Keterangan
IklanTV1
15,65 4,134 0,582 Valid
IklanTV2 15,60 4,568 0,753 Valid
IklanTV3 15,15 6,029 0,552 Valid
IklanTV4 16,25 4,408 0,451 Valid
IklanTV5 15,15 6,555 0,310 Valid
CE1 42,85 35,082 0,557 Valid
CE2 42,75 33,566 0,731 Valid
CE3 42,95 31,524 0,804 Valid
CE4 43,20 34,800 0,741 Valid
CE5 43,30 38,326 0,412 Valid
CE6 43,20 36,063 0,665 Valid
CE7 43,35 34,976 0,673 Valid
CE8 43,30 35,379 0,535 Valid
CE9 43,20 35,747 0,812 Valid
CE10 42,75 39,461 0,279 Tidak Valid
CE11 43,10 37,989 0,710 Valid
CE12 43,05 35,313 0,894 Valid
KPRO1 36,15 10,239 0,469 Valid
KPRO2 36,25 9,566 0,500 Valid
KPRO3 36,50 10,263 0,501 Valid
KPRO4 36,15 10,134 0,505 Valid
(3)
KPRO6 36,45 9,945 0,541 Valid
KPRO7 36,80 9,642 0,558 Valid
KPRO8 36,90 8,937 0,542 Valid
KPRO9 36,70 10,432 0,286 Tidak Valid
KPRO10 36,25 10,197 0,412 Valid
CITRA1 39,00 8,105 0,865 Valid
CITRA2 39,05 9,103 0,501 Valid
CITRA3 38,95 8,471 0,678 Valid
CITRA4 38,80 9,221 0,372 Valid
CITRA5 39,00 8,947 0,524 Valid
CITRA6 39,10 9,358 0,444 Valid
CITRA7 39,05 7,734 0,851 Valid
CITRA8 38,85 8,766 0,535 Valid
CITRA9 38,95 8,892 0,518 Valid
CITRA10 38,95 8,892 0,518 Valid
KEPPEM1 29,95 17,734 0,386 Valid
KEPPEM2 30,35 16,134 0,542 Valid
KEPPEM3 30,15 18,134 0,360 Valid
KEPPEM4 30,15 16,450 0,556 Valid
KEPPEM5 30,35 16,029 0,646 Valid
KEPPEM6 30,50 17,316 0,395 Valid
KEPPEM7 29,70 18,958 0,615 Valid
KEPPEM8 29,70 18,958 0,615 Valid
(4)
Uji Reliabilitas
Iklan Televisi Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
,731 5
Celebrity Endorser
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
,905 12
Kualitas Produk Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
,806 10
Citra Merek Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
,865 10
Keputusan Pembelian Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
(5)
UJI ASUMSI KLASIK Uji Normalitas
Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) -14.465 7.145 -2.025 .048
Iklantv .426 .204 .204 2.092 .041 .951 1.051
CE .258 .089 .295 2.893 .005 .868 1.152
Kpro .284 .131 .287 2.167 .035 .513 1.950
citramerek .327 .155 .262 2.105 .040 .582 1.719
a. Dependent Variable: Kpem
Uji Heteroskedastisitas
(6)
UJI REGRESI LINIER BERGANDA
Uji Koefisien Korelasi (R) dan Determinasi (R2) Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .710a .504 .468 2.830
a. Predictors: (Constant), citramerek, iklantv, CE, Kpro b. Dependent Variable: Kpem
Uji Hipotesis t Hitung (Parsial) dan F Hitung (Simultan) Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -14.465 7.145 -2.025 .048
iklantv .426 .204 .204 2.092 .041
CE .258 .089 .295 2.893 .005
Kpro .284 .131 .287 2.167 .035
citramerek .327 .155 .262 2.105 .040
a. Dependent Variable: Kpem
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 448.360 4 112.090 13.993 .000b
Residual 440.573 55 8.010
Total 888.933 59
a. Dependent Variable: Kpem