Pengukuran Derajat Fiskal dan Perekonomian Daerah

antara pusat dan daerah sebagai sumber pembiayaan pemerintah dan pembangunan daerah. Desentralisasi fiskal dapat diketahui dengan menghitung Rasio Pendapatan Asli Daerah PAD terhadap total penerimaan daerah, Rasio Subsidi dan bantuan pemerintah pusat atau pemerintah yang lebih tinggi terhadap total penerimaan daerah, Rasio Pajak untuk daerah terhadap total penerimaan daerah dan Rasio Penerimaan Daerah terhadap terhadap total penerimaan negara. Pengukuran derajat desentralisasi fiskal daerah dapat terlihat dari rasio antara Pendapatan Asli Daerah PAD terhadap total penerimaan daerah Suparmoko, 1999:320.

2.1.3. Pengukuran Derajat Fiskal dan Perekonomian Daerah

Pengukuran derajat otonomi keuangan menjelaskan mengenai kemampuan suatu daerah dalam membiayai pelaksanaan pemerintah dan pembangunan berdasarkan Pendapatan Asli Daerah PAD. Tingkat kemampuan keuangan daerah dari sisi penerimaan secara bertingkat dapat dapat diklasifikasikan dari hasil penelitian Fisipol UGM bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan 1991 kemampuan daerah kabupatenkota dalam melaksanakan otonomi dilihat dari 6 enam faktor yaitu, kemampuan keuangan, kemampuan aparatur, kemampuan ekonomi daerah, demografi serta kemampuan administrasi dan organisasi. Adapun tolak ukur untuk mengetahui seberapa besar derajat otonomi fiskal daerah adalah dengan kriteria sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1 0,00 - 10,00 dinilai sangat kurang 2 10,01 - 20,00 dinilai kurang 3 20,01 - 30,00 dinilai sedang 4 30,01 - 40,00 dinilai cukup 5 40,01 - 50,00 dinilai baik 6 50,00 - ke atas dinilai sangat baik Tim Fisipol UGM, Sumber : 2004 : 106 Kegiatan perekonomian suatu daerah dapat kita lihat dari perkembangan Produk Domestik Regional Bruto PDRB daerah tersebut. Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah satu indikator yang penting dalam menggambarkan kemajuankegiatan perekonomian suatu daerah. Dalam lingkup suatu negara istilah.Produk Domestik Bruto PDB dapat diartikan sebagai nilai uang berdasarkan harga pasar dari semua barang-barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu perekonomian dalam periode waktu tertentu, biasanya satu tahun, berarti Produk Domestik Regional Bruto mempunyai pengertian yang sama tapi hanya dalam lingkup suatu daerah Wijaya, 1999:13. Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto dapat dilakukan dengan 3 tiga pendekatan yang secara umum kita kenal pendekatan pertama yaitu pendekatan produksi yang menyangkut jumlah nilai barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu daerah selama jangka waktu tertentu. Pendekatan kedua yaitu pendekatan pendapatan, merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor produksi dalam suatu proses produksi. Pendekatan ketiga yaitu pendekatan pengeluaran, menyangkut jumlah pengeluaran yang dilakukan baik oleh rumah tangga, swasta maupun pemerintah. Universitas Sumatera Utara Badan Pusat Statistik BPS, Lembaga Keuangan serta Bappeda baik tingkat Kabupaten maupun Provinsi selalu mencantumkan Produk Domestik Regional Bruto menurut harga berlaku current year price dan harga konstan basic year price, menurut harga berlaku artinya nilai barang dan jasa dihitung berdasarkan harga pada tahun yang bersangkutan, sedangkan harga konstan dihitung berdasarkan tahun dasar yang telah ditetapkan menurut suatu tahun tertentu. Tahun dasar biasanya digunakan tiap 10 sepuluh tahun sekali. Produk Domestik Regional Bruto menunjukkan besarnya nilai uang dari output tahunan yang dihasilkan. Dari pengalaman, diketahui bahwa nilai satuan uang sepanjang waktu mengalami perubahan. Perubahan ini terjadi secara umum karena penurunan nilai uang, akibat inflasi atau kenaikan harga umum, ataupun sebaliknya terjadi penurunan tingkat harga umum. Jika kegiatan perekonomian meningkat PDRB yang dalam hal ini diwakili oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Angkutan dan Komunikasi mengalami peningkatan secara dinamis, maka kecenderungan tingkat pendapatan masyarakat naik, tingkat kekayaan bertambah dan penerimaan PAD akan mengalami kenaikan, sehingga sangat dimungkinkan ada hubungan antara PDRB dengan PAD. Meningkatnya kegiatan perekonomian masyarakat, memiliki ketertarikan yang erat dengan Jumlah Penduduk dan Jumlah Kendaraan Bermotor, hal ini dikarenakan bahwa tinggi dan rendahnya penerimaan yang bersumber dari PAD Universitas Sumatera Utara tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk yang bermukim serta jumlah kendaraan bermotor yang merupakan sarana transportasi dalam menggerakkan perekonomian. Artinya dengan semakin meningkatnya perekonomianPDRB berarti tingkat kesejahteraan dan tingkat sosial ekonomi semakin baik, meskipun PDRB belum sepenuhnya menggambarkan tingkat kemakmuran masyarakat suatu daerah secara keseluruhan.

2.1.4. Belanja Modal