Belanja Modal Landasan Teoritis

tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk yang bermukim serta jumlah kendaraan bermotor yang merupakan sarana transportasi dalam menggerakkan perekonomian. Artinya dengan semakin meningkatnya perekonomianPDRB berarti tingkat kesejahteraan dan tingkat sosial ekonomi semakin baik, meskipun PDRB belum sepenuhnya menggambarkan tingkat kemakmuran masyarakat suatu daerah secara keseluruhan.

2.1.4. Belanja Modal

Belanja modal merupakan pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh atau menambah aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Aset tetap tersebut dipergunakan untuk operasional kegiatan sehari-hari suatu satuan kerja bukan untuk dijual Abdullah, 2008. Belanja modal yaitu pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal, antara lain untuk pembangunan, peningkatan dan pengadaan serta kegiatan non fisik yang mendukung pembentukan modal. Dalam belanja ini termasuk untuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jaringan maupun dalam bentuk fisik lainnya, seperti buku, binatang dan lain sebagainya yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Universitas Sumatera Utara 1. Belanja Modal Tanah yaitu semua biaya yang diperlukan untuk pengadaanpembelianpembebasanpenyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengerukan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat tanah dan pengeluaran-pengeluaran lain yang bersifat administrasi sehubungan dengan perolehan hak dan kewajiban atas tanah pada saat pembebasanpembayaran ganti rugi tanah. 2. Belanja Modal Peralatan dan Mesin yaitu jumlah biaya untuk pengadaan alat-alat dan mesin yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan sampai siap untuk digunakan. Dalam jumlah belanja ini termasuk biaya untuk penambahan, penggantian dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin dan diharapkan dapat meningkatkan nilai aktiva, serta seluruh biaya pendukung yang diperlukan.Belanja Modal Gedung dan Bangunan yang termasuk dalam belanja ini adalah jumlah biaya yang digunakan untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan kegiatan pembangunan gedung yang presentasenya mengikuti Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya untuk pembangunan gedung dan bangunan. 3. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan yaitu biaya untuk penambahan, penggantian, peningkatan pembangunan, pembuatan prasarana dan sarana yang berfungsi atau merupakan bagian dari jaringan pengairan termasuk jaringan air bersih, jaringan instalasidistribusi listrik dan jaringan telekomunikasi serta jaringan lain yang berfungsi sebagai prasarana dan sarana fisik distribusiinstalasi. Universitas Sumatera Utara 4. Belanja Modal Fisik Lainnya adalah jumlah biaya yang digunakan untuk perolehan melalui pengadaanpembangunan belanja fisik lainnya yang tidak dapat diklasifikasikan dalam perkiraan belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jaringan jalan, irigasi dan belanja modal non fisik, yang termasuk dalam belanja modal ini antara lain : kontrak sewa beli leasehold, pengadaanpembelian barang-barang kesenian art pieces, barang-barang purbakala dan barang-barang museum, serta hewan ternak, buku-buku dan jurnal ilmiah. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1. Belanja Modal Pemerintah KabKota di Sumut MilyarRupiah No. KabupatenKota 2006 2007 2008 2009 2010 1 Asahan 134.81 219.36 191.70 201.29 210.87 2 Dairi 41.06 116.66 137.24 144.10 150.97 3 Deli Serdang 159.72 311.68 316.21 332.02 347.83 4 Humbahas 95.10 161.63 156.33 164.15 171.97 5 Karo 50.96 169.70 103.95 109.14 114.34 6 Labuhan Batu 84.49 236.91 123.61 129.80 135.98 7 Langkat 99.64 157.25 108.54 113.97 119.39 8 Mandailing Natal 104.00 161.88 147.44 154.81 162.18 9 Nias 38.58 133.46 125.80 132.09 138.38 10 Nias Selatan 17.75 101.57 208.18 218.59 229.00 11 Pakpak Bharat 70.87 120.37 111.18 116.74 122.30 12 Samosir 102.44 72.73 144.18 151.39 158.60 13 Serdang Bedagai 94.02 106.68 87.52 91.90 96.28 14 Simalungun 104.07 176.30 278.18 292.09 305.99 15 Tapanuli Selatan 127.07 166.74 233.33 245.00 256.67 16 Tapanuli Tengah 67.17 129.93 129.42 135.89 142.36 17 Tapanuli Utara 84.68 127.51 129.89 136.38 142.88 18 Toba Samosir 76.25 110.14 99.20 104.16 109.12 19 Binjai 49.14 77.54 76.79 80.63 84.47 20 Medan 215.68 413.09 242.53 254.65 266.78 21 Padangsidempuan 62.27 87.09 70.03 73.53 77.03 22 Pematangsiantar 64.39 82.66 74.84 78.58 82.33 23 Sibolga 40.31 103.87 96.95 101.80 106.65 24 Tanjung Balai 67.64 100.74 139.93 146.93 153.92 25 Tebing Tinggi 62.27 120.87 108.88 114.33 119.77 Sumber : Badan Pusat Statistik Sumut, 2011 Universitas Sumatera Utara

2.2. Review Penelitian Terdahulu