Sistem Pendidikan SDI T

76 Penelitian yang dilakukan oleh Eko Cahyono yang berjudul “Pendidikan Karakter Siswa SD MI Kabupaten Ponorogo Tahun Ajaran 2012 2013” menunjukkan bahwa masih ditemukan beberapa siswa yang membuat kegaduhan di kelas yang mempengaruhi siswa lain, dan kemudian ditegur oleh gurunya, namun hanya memberikan efek sementara karena setelah teguran pertama, para siswa tersebut kembali membuat kegaduhan di kelas. Hal ini dikarenakan faktor kurang tegasnya guru dalam memberi peringatan. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Tarich Yuandana dengan judul “I mplementasi Pendidikan Karakter pada anak Usia Dini di Kelompok Bermain I slam Terpadu buah Hati Kita kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2011 2012” menunjukkan bahwa Kelompok Bermain I slam Terpadu buah Hati Kita telah mampu menerapkan dan menanamkan pendidikan karakter melalui bercerita serta membiasakan anak usia dini untuk melakukan aktivitas yang mengandung nilai karakter religius, mandiri, jujur, peduli lingkungan, disiplin, dan tanggungjawab. Hal ini ditandai dengan kemajuan perkembangan karakter peserta didik jika dibandingkan ketika awal memasuki pembelajaran di sekolah dengan setelah mengikuti pembelajaran selama ini. Seperti kemampuan dalam membaca doa-doa, shalat, mengaji, makan dan minum sendiri, membuang sampah ditempat sampah, datang tepat waktu, dan merapikan mainan yang selesai digunakan. 77

C. Kerangka Pikir

Pendidikan merupakan keniscayaan, diantaranya adalah dalam rangka membina kualitas hati heart sebagai arti konotasi dari moral atau karakter. Menurut ahmad Tafsir, salah satu tujuan pendidikan yaitu menjadikan manusia memiliki rohani yang berkualitas tinggi Uus Ruswandi, 2008:25. Syaibani mengemukakan bahwa manusia terdiri dari tiga unsur, yaitu jasmani, akal, serta rohani. Oleh karenanya, pendidikan harus diorientasikan untuk mengembangkan ketiga unsur tersebut. Begitu juga dengan Marthin Luther King menyetujui pemikiran tersebut dengan mengemukakan, “I ntelligence plus character, that is the true aim of education.” Kecerdasan plus karakter, itulah tujuan yang benar dari pendidikan A. Majid Dian 2011: 2 75. Berbicara tentang urgensi pendidikan karakter tersebut, pendidikanlah yang menjadi media pembentukkan karakter bangsa ini. Menurut Herbert Spencer “Education has for its object the formation of character ”, Pendidikan mempunyai sasarannya pembentukan karakter. Kemudian, Mahatma Gandhi mengatakan, “Birth and observanceofforms cannot determine one’s superiority or inferiority. Character is the only determining factor ”. Kelahiran dan menjalankan ritual fisik tidak dapat menentukan derajat baik dan buruk seseorang. Kualitas karakterlah satu-satunya faktor penentu derajat seseorang. Ratna Megawangi, 2004:2, 77 Beberapa hal yang menjadi orientasi pendidikan karakter adalah aspek emosional atau afektif, bukan pemahaman kognitif saja. Pendidikan karakter lebih cenderung terhadap kecerdasan emosi otak kanan, yakni kompetensi sikap 78 hati heartstart , berbeda dengan paradigm focus pendidikan dahulu yang cenderung terhadap kecerdasan otak kiri, atau I Q headstart . Dengan prioritas orientasi pendidik terhadap aspek emosional heartstart , setiap individu bangsa ini diharapkan mempunyai kualitas moral yang unggul sebagai dasar pembangunan bangsa ini dalam berbagai aspek kehidupan. Sebagaimana diungkapkan oleh Lord Channing Ratna Megawangi, 2004: 17 bahwa “harapan besar masyarakat adalah kualitasakhlak setiap individu” The great hope of society is individual character . Adapun nilai-nilai dasar yang dibina dalam pendidikan karakter menurut Ari Ginanjar Agustian Abdul majid Dian A, 2011:43 dengan teori ESQ menyodorkan pemikiran bahwa setiap karakter positif sesungguhnya akan merujuk kepada sifat-sifat mulia Allah, yaitu al-Asma al-Husna. Sifat-sifat dan nama-nama mulia Tuhan inilah sumber inspirasi setiap karakter positif yang dirumuskan oleh siapapun, dari sekian banyak karakter yang biasa diteladani dari nama-nama Allah itu, Ari merangkumnya dalam tujuh karakter dasar, yaitu: 1 jujur, 2 tanggungjawab, 3 disiplin, 4 visioner, 5 adil, 6 peduli, 7 kerjasama. Setiap sekolah memiliki cara masing-masing dalam menanamkan pendidikan karakter kepada peserta didiknya. Upaya sekolah dalam pembentukan karakter siswa adalah dengan cara mengintegrasikan ke dalam kurikulum, ekstrakulikuler maupun pembiasaan-pembiasaan baik di sekolah, pengintegrasian pendidikan karakter di dalam kelas dengan cara guru mengupayakan metode yang relevan sehingga akan tercipta belajar yang aktif,