PENDIDIKAN KARAKTER MANDIRI MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL-MUHAJIRIN.

(1)

PENDIDIKAN KARAKTER MANDIRI MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA

DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL-MUHAJIRIN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Eki Dwi Larasati NIM 12108241151

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

i

PENDIDIKAN KARAKTER MANDIRI MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA

DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL-MUHAJIRIN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Eki Dwi Larasati NIM 12108241151

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

(6)

v MOTTO

“Sesungguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang

lain. Dan hanya kepada Rabb-mulah hendaknya kamu berharap.” (Q.S Al Insyirah : 6-8)

“Intelligence plus character that is the true goal of education.” (Martin Luther King Jr.)

“Kemandirianmu membawa kebanggaan, pelajarilah perlahan, dan jadilah mandiri itu sebagai sikapmu.”


(7)

vi

PERSEMBAHAN

Teriring ucapan Alhamdulillah, karya ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku yang telah memberikan dukungan material maupun spiritual dalam penyusunan skripsi ini.

2. Almamater Universitas Negeri Yogykarta 3. Nusa, bangsa, dan agama


(8)

vii

PENDIDIKAN KARAKTER MANDIRI MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA

DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL-MUHAJIRIN Oleh

Eki Dwi Larasati NIM 12108241151

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pendidikan karakter mandiri melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDIT Al-Muhajirin. Selain itu juga mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambatnya.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah kepala sekolah, wali kelas III, IV dan V, pembina pramuka dan siswa kela III, IV, V sebagai anggota pramuka. Pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Data dianalisis dengan langkah-langkah reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber, triangulasi teknik dan crosscheck.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: (1) Nilai karakter kemandirian yang ditanamkan diantaranya adalah sikap disiplin, tidak bergantung pada orang lain, keberanian, kepercayaan diri, solutif dan mampu mengambil keputusan, dan bertanggung jawab. (2) Kegiatan ekstrakurikuler Pramuka dalam mewujudkan pendidikan karakter mandiri pada siswa SDIT Al-Muhajirin dilakukan melalui (a) kegiatan latihan rutin pramuka, (b) kegiatan berkemah, (c) Lomba Tingkat, dan (d) jambore. Proses untuk mewujudkan pendidikan karakter mandiri melalui

kegiatan ekstrakurikuler pramuka menggunakan strategi pemanduan

(cheerleading), strategi pujian dan hadiah (praise-and-reward), strategi definisikan dan latihkan (define-and-drill) dan strategi penegakan disiplin (forced formality). Dalam hal ini kegiatan ekstr,akurikuler pramuka dalam mewujudkan pendidikan karakter mandiri sudah sampai pada tahap moral doing tetapi belum tercapai secara maksimal karena tidak semua siswa mempraktikkan nilai karakter mandiri itu di dalam perilakunya sehari-hari.. (3) Faktor yang mendukung yaitu adanya keingian dan kesadaran dari diri siswa, serta adanya support dari wali kelas, guru dan orang tua. (4) Faktor penghambatnya yaitu diri siswa sendiri yang terbiasa dengan kebiasaan yang buruk serta pengaruh buruk dari kondisi perlakuan orang tua dan lingkungan sekitar seperti teman sebaya dan lain-lain. Kata kunci: ekstrakurikuler, pramuka, pendidikan karakter, mandiri, siswa


(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pendidikan Karakter Mandiri Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Di Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Muhajirin”. Penyusunan skripsi ini disusun sebagai persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, arahan, perhatian, pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan

pada penulis untuk menempuh studi di universitas ini.

2. Dekan FIP UNY yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk

melakukan penelitian.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar FIP UNY yang telah memberikan ijin dalam penyusunan proposal skripsi ini.

4. Bapak Suparlan, M. Pd.I selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan mengarahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak kepala sekolah SDIT Al-Muhajirin yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

6. Wali kelas III, IV, dan V SDIT Al-Muhajirin yang telah bekerjasama dan membantu dalam pelaksanaan penelitian.


(10)

ix

7. Seluruh siswa kelas III, IV, dan V SDIT Al-Muhajirin yang telah bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini.

8. Bapak, Alm.Ibu dan kakakku Linda V.S dan Lukito A.P, beserta keluarga yang selalu mendukung dan selalu menjadi motivasi.

9. Teman-teman seperjuangan kelas A yang selalu mendukung dalam

penyusunan skripsi ini.

10. Dita, Arifah, Renny, dan Tiwi, teman satu kontrakan yang selalu memberi motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Sahabatku, Oti, Rara, Indah, Jingga, Odiza, Oppie, Arini, Dwita, Kintan, Katrin, Atika, Erin dan Maya sahabat seperjuangan yang selalu memberi motivasi.

12. Semua pihak yang telah membantu serta memberi dukungan dalam

penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini terdapat kekurangan dan masih jauh dari sempurna, namun demikian penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat.

Yogyakarta, 21 Desember 2016 Penulis


(11)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... . vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 10

1. Pendidikan Karakter ... 10

a. Konsep Pendidikan Karakter ... 10

b. Nilai Karakter ... 13

c. Prinsip Menanamkan Karakter... 20


(12)

xi

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter ... 28

2. Pendidikan Karakter Mandiri ... 29

a. Konsep Pendidikan Karakter Mandiri ... 29

b. Tujuan Pendidikan Karakter Mandiri ... 33

c. Strategi Menanamkan Pendidikan Karakter Mandiri... 35

3. Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka ... 38

a. Pengertian Ekstrakurikuler Pramuka ... 38

b. Fungsi Gerakan Pramuka ... 41

c. Sifat Kepramukaan ... 42

d. Prinsip Dasar Kepramukaan ... 43

e. Struktur Grakan Pramuka... 43

f. Macam-macam Kegiatan Pramuka ... 44

4. Kegiatan Pramuka yang Memuat Strategi Pembentukan Nilai Karakter Kemandirian ... 47

B. Penelitian yang Relevan ... 50

C. Kerangka Berpikir ... 52

D. Pertanyaan Penelitian ... 54

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 56

B. Subjek Penelitian ... 56

C. Setting Penelitian ... 58

1. Waktu Penelitan ... 58

2. Tempat Penelitian ... 59

D. Teknik Pengumpulan Data ... 60

1. Observasi ... 60

2. Wawancara ... 60

3. Dokumentasi ... 61

E. Instrumen Penelitian ... .. 62

F. Teknik Analisis Data... 71


(13)

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 75

B. Deskripsi Subyek Penelitian ... 80

C. Hasil Penelitian ... 87

1. Nilai Karakter Kemandirian yang Ditanamkan untuk Mewujudkan Pendidikan Karakter Mandiri ... 87

a. Nilai Karakter Kemandirian yang ditanamkan ... 87

b. Persepsi Keberhasilan Penanaman Nilai Karakter Madiri ... 90

2. Nilai Karakter Kemandirian yang ditanamkan dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka... ... 95

3. Pelaksanaan Pendidikan Karakter Mandiri Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka ... 106

4. Faktor Pendukung dalam Mewujudkan Pendidikan Karakter Mandiri pada siswa SDIT Al-Muhajirin ... 118

5. Faktor Penghambat dalam Mewujudkan Pendidikan Karakter Mandiri pada siswa SDIT Al-Muhajirin ... 121

D. Pembahasan ... 125

E. Keterbatasan Penelitian ... 148

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 150

B. Saran ... 151

DAFTAR PUSTAKA ... 154


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1 Nilai-nilai Karakter ... 13

Tabel 2 Kiasan Dasar Pramuka ... 47

Tabel 3 Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 59

Tabel 4 Kisi-kisi Pedoman Wawancara... 63

Tabel 5 Kisi-kisi Pedoman Observasi ... 67

Tabel 6 Kisi-kisi Pedoman Dokumentasi... ... .. 71

Tabel 7 Infrastruktur SDIT Al-Muhajirin ... 75

Tabel 8 Prestasi SDIT Al-Muhajirin ... 77

Tabel 9 Sumber Data Wawancara ... 161

Tabel 10 Reduksi Hasil Wawancara ... 194

Tabel 11 Reduksi Hasil Observasi ... 249

Tabel 12 Penyajian Data dan Kesimpulan Hasil Reduksi ... 257

Tabel 13 Triangulasi Sumber ... 259


(15)

xiv

DAFTAR BAGAN

hal Bagan 1 Bagan Tujuan Pendidikan Karakter ... 34 Bagan 2 Bagan Kerangka Berpikir ... 54 Bagan 3 Bagan Aktivitas Analisis Data ... 72


(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 2 Kegiatan Permainan Wide Game ... 107

Gambar 3 Anggota Siaga sedang Berdiskusi ... 108

Gambar 8 Thropy Bergilir Lomba Tingkat 2 ... 114

Gambar 11 Regu Inti sedang Mengerjakan Tugas ... 113


(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1 Pedoman Wawancara ... 158

Lampiran 2 Sumber Data Wawancara ... 161

Lampiran 3 Hasil Wawancara ... 161

Lampiran 4 Reduksi Hasil Wawancara ... 194

Lampiran 5 Hasil Observasi... 218

Lampiran 6 Reduksi Hasil Observasi ... 249

Lampiran 7 Penyajian Data dan Kesimpulan Hasil Reduksi ... 257

Lampiran 8 Triangulasi Data ... 259

Lampiran 9 Dokumentasi ... 269

Lampiran 10 Dokumen Tertulis ... 276

Lampiran 11 Surat Ijin Penelitian dari FIP UNY ... 383

Lampiran 12 Surat Rekomendasi Penelitian dari Kantor Kesatuan Bangsa Daerah Istimewa Yogyakarta ... 384

Lampiran 13 Surat Rekomendasi Penelitian dari Bapeda Jawa Tengah... 385

Lampiran 14 Surat Rekomendasi Penelitian dari Bapeda Kab. Magelang . 387 Lampiran 15 Surat Keterangan Penelitian dari SDIT Al-Muhajirin ... 388


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan karakter merupakan program kementrian Pendidikan Nasional yang sedang gencar dijalankan. Pentingnya pendidikan karakter sering diangkat dalam wacana publik karena selama ini pendidikan di Indonesia lebih mengutamakan pengembangan kemampuan intelektual akademis saja dan mengabaikan aspek yang sangat fundamental, yaitu pengembangan karakter. Menurut Thomas Lickona (2012:81) karakter memiliki tiga bagian yang berhubungan yaitu pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral. Ketiga hal ini diperlukan untuk mengarahkan suatu kehidupan moral. Dengan begitu anak dapat menilai karakter yang benar, sangat peduli dengan karakter yang benar, dan kemudian melakukan karakter yang benar.

Salah satu cara untuk membangun karakter adalah melalui pendidikan. Pendidikan yang ada, baik itu pendidikan di keluarga, masyarakat, dan sekolah harus menanamkan nilai-nilai untuk pembentukan karakter. Di dalam proses pendidikan karakter akan melibatkan aspek perkembangan siswa, baik kognitif, afektif maupun psikomotorik sebagai suatu keutuhan dalam konteks kehidupan kultural. Karakter tidak bisa dibentuk dalam perilaku instan. Pengembangan karakter harus menyatu dalam proses pembelajaran yang mendidik, disadari oleh guru sebagai tujuan pendidikan, dikembangkan dalam


(19)

2

suasana pembelajaran yang transaksional dan dilandasi pemahaman secara mendalam terhadap perkembangan siswa.

Dalam pendidikan karakter terdapat beberapa nilai-nilai karakter yang harus dikembangkan di antaranya adalah nilai religius, jujur, bertanggung jawab, bergaya hidup sehat, disiplin, kerja keras, percaya diri, berjiwa wirausaha, berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, mandiri, ingin tahu, cinta ilmu, sadar diri, patuh pada aturan sosial, respek, santun, demokratis, ekologis, nasionalis, pluralis, cerdas, suka menolong, tangguh, berani mengambil risiko dan berorientsi tindakan. Dari semua nilai karakter yang telah disebutkan, salah satu nilainya adalah nilai karakter mandiri. Mandiri didefinisikan sebagai sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas (Kemendiknas, 2010). Kemandirian seseorang tidak ditandai dengan usia, tetapi salah satunya dapat dilihat dari perilakunya. Dengan begitu orang yang memiliki usia lebih dewasa belum tentu memiliki kemandirian. Akan tetapi pendidikan karakter dikatakan berhasil jika kesemua nilai-nilai karakter tersebut semuanya telah dimiliki oleh para siswanya.

Salah satu upaya untuk menanamkan nilai-nilai karakter khususnya nilai karakter mandiri, selain mengintegrasikan nilai karakter tersebut melalui kegiatan belajar mengajar adalah melalui kegiatan ekstrakurikuler. Salah satu ekstrakurikuler yang dapat meningkatkan kemandirian siswa adalah ekstrakurikuler pramuka. Seiring dengan gencarnya pelaksanaan pendidikan karakter, pemerintah juga menggalakkan kegiatan kepramukaan di berbagai


(20)

3

jenjang sekolah. Sebab tujuan kegiatan kepramukaan sejalan dengan tujuan pendidikan karakter, bahwa pramuka sebagai kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dasar dapat menjadi sarana seorang pendidik untuk menanamkan pendidikan Karakter.

Sesuai dengan landasan hukumnya yaitu UU No.12 Tahun 2010 tentang Gerakan kepramukaan, disebutkan bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan potensi diri serta memiliki akhlak mulia, pengendalian diri, dan kecakapan hidup bagi setiap warga negara. Demi tercapainya kesejahteraan masyarakat, pengembangan potensi diri sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam berbagai upaya penyelenggaraan pendidikan, antara lain melalui gerakan pramuka. Gerakan pramuka selaku penyelenggara pendidikan kepramukaan mempunyai peran besar dalam pembentukan kepribadian generasi muda sehingga memiliki pengendalian diri dan kecakapan hidup untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.

Pada undang-undang tersebut dijelaskan bahwa Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia, melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan. Gerakan pramuka bertujuan untuk membentuk setiap anggota pramuka agar memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan


(21)

4

membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup.

Meskipun penanaman nilai-nilai karakter melalui pendidikan formal telah digalakkan dan bahkan lama waktu kegiatan belajar mengajar (KBM) sekolah tersebut lebih lama jika dibandingkan dengan sekolah dasar lainnya akan tetapi nilai karakter mandiri belum terbentuk secara maksimal dalam pribadi siswa ataupun belum mencapai tahap yang diharapkan. Adapun upaya yang telah dilakukan oleh sekolah tersebut adalah dengan mengoptimalkan kegiatan-kegiatan diluar Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) seperti halnya merutinkan latihan Pramuka. Dengan menggunakan berbagai macam strategi yang direncanakan, seperti mengisi kegiatan-kegiatan yang menarik, memadukan materi kepramukaan dengan permaian-permainan yang mengarah pada pembentukan kemandirian dan dikemas dalam berbagai macam kegiatan Pramuka seperti latihan rutin, persami, jambore, Lomba Tingkat dan lain-lain.

Bahkan menurut hasil wawancara dengan tiga pembina pramuka dan wali kelas III, IV dan V di SDIT Al-Muhajirin menyatakan bahwa kegiatan pramuka dapat dan berhasil menanamkan nilai-nilai karakter mandiri secara bertahap. Melalui berbagai macam kegiatan yang sudah direncanakan misalnya seperti kegiatan latihan rutin yang dilaksanakan setiap minggunya selama kurang lebih 2 jam tepatnya pada hari Sabtu pukul 07.00-09.00 WIB, kegiatan berkemah yang rutin diselenggarakan pada pangkalan gudep setiap tahunnya, Lomba Tingkat pada berbagai jenjang tingkatan dan Jambore. Pramuka di sekolah ini juga sering mengukir prestasi yang memuaskan setiap


(22)

5

tahunnya baik di tingkat Kwartir Ranting (Kecamatan) maupun Kwartir Cabang (Kabupaten), bahkan sempat mewakili Kwarcab dalam Lomba Tingkat III pada tingkat Kwartir Daerah (Provinsi) dalam hal ini tingkat Kedu, Hal ini tentunya mendukung keberhasilan pendidikan karakter mandiri karena pelaksanaan kegiatan pramuka yang dilaksanakan menuntut siswa untuk bersikap mandiri telah memiliki pencapaian yang baik atau mencapai tujuan yang dikehendaki.

Hal ini membuktikan bahwa Pramuka di SDIT AL-Muhajirin dapat membantu membentuk karakter mandiri pada siswa karena pramuka memiliki andil yang besar dalam membentuk kepribadian siswa yang berkarakter dan bermoral baik sesuai dengan landasan hukumnya. Diharapkan dengan rutinnya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Pramuka, siswa dapat lebih mandiri dari sebelumnya. Serta diharapkan apabila semakin berprestasi dalam bidang kepramukaan, nilai karakter mandiri semakin melekat pada diri siswanya.

Melalui kegiatan-kegiatan Pramuka yang beragam dan selalu berkembang dapat membentuk siswa yang berkarakter dan memiliki perilaku yang bertanggung jawab sebagai generasi muda penerus bangsa. Dengan perilaku dan moral yang baik maka kondisi bangsa dan negara akan lebih baik pula, maka peniliti melakukan penelitian yang berjudul Pendidikan Karakter Mandiri Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka di Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Muhajirin.


(23)

6 B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:

1. Belum optimalnya penanaman nilai karakter mandiri melalui pendidikan formal di sekolah.

2. Nilai karakter mandiri tidak bisa dibentuk secara instant.

3. Pendidikan karakter mandiri melalui kegiatan ekstrakurikuler Pramuka. 4. Strategi kegiatan ekstrakurikuler Pramuka yang digunakan untuk

menanamkan pendidikan karakter mandiri.

5. SDIT Al-Muhajirin selalu mengukir prestasi dalam bidang Kepramukaan. 6. Adanya faktor pendukung pendidikan karakter mandiri melalui kegiatan

ekstrakurikuler Pramuka.

7. Adanya faktor penghambat pendidikan karakter mandiri melalui kegiatan ekstrakurikuler Pramuka.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah, dan dapat dikaji maka perlu pembatasan masalah. Penelitian ini difokuskan pada pendidikan karakter mandiri melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDIT Al-Muhajirin. Selain itu juga mengkaji tentang faktor pendukung dan penghambat dari pendidikan karakter mandiri di SDIT Al-Muhajirin.


(24)

7 D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana Pendidikan Karakter Mandiri Melalui Kegiatan

Ekstrakurikuler Pramuka di Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Muhajirin? 2. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat dalam pendidikan

karakter mandiri melalui kegiatan ekstrakurikuler Pramuka?

E. Tujuan

1. Untuk mengetahui pendidikan karakter mandiri melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka di Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Muhajirin. 2. Untuk mengetahui faktor yang mendukung dan menghambat dalam

pendidikan karakter mandiri melalui kegiatan ekstrakurikuler Pramuka

F. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

a) Sebagai salah satu alternatif untuk mewujudkan Pendidikan Karakter Mandiri melalui kegiatan ekstrakurikuler Kepramukaan.

b) Sebagai referensi untuk mengembangkan penelitian-penelitian yang membahas Pendidikan Karakter.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, Manfaat penelitian yang berjudul Pendidikan Karakter Mandiri Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka di Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Muhajirin adalah sebagai berikut :


(25)

8

a) Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat menambah wawasan peneliti. Selain itu, melalui penelitian ini peneliti dapat mengasah kemampuan dalam mengkaji dan menganalisis permasalahan yang ada secara lebih dalam.

b) Bagi Pembina Pramuka

Dapat digunakan sebagai bahan kajian dan masukan bagi pembina pramuka dalam mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Pramuka yang sangat memegang peranan penting dalam pembentukan karakter siswa.

c) Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada pihak sekolah terkait beberapa hal, di antaranya sebagai berikut : 1) Guru

Guru agar dapat membantu Pembina Pramuka untuk mengatasi merosotnya moral sebagian siswa melalui pendidikan Karakter agar mengarah pada hal yang semakin positif dengan menumbuhkan minat siswa untuk mengikuti Kegiatan Kepramukaan sehingga siswa jauh lebih mandiri. 2) Siswa

Bagi siswa yang menjadi obyek penelitian diharapkan dapat meningkatkan Pendidikan Karakter dengan tepat melalui beberapa kegiatan ekstrakurikuler


(26)

9

yang salah satunya adalah dengan mengikuti Pramuka, sehingga tertanam nilai karakter kemandirian pada dirinya. 3) Kepala Sekolah

Kepala Sekolah dapat mengambil kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan kegiatan kepramukaan yang sudah berlangsung selama ini.


(27)

10 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Pustaka

1. Pendidikan Karakter

a. Konsep Pendidikan Karakter

Berdasarkan UU RI Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Untuk memiliki kekuatan spiritiual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara.

Menurut Ki Hadjar Dewantara (1977:20) yang dinamakan pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Selain itu mengartikan pendidikan sebagai daya upaya memajukan budi pekerti dan pikiran jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup. Oleh karena itu Ki Hajar Dewantara menciptakan konsep “Tringa” yang meliputi ngerti (kognitif), ngrasa (afektif), dan nglakoni (psikomotorik). Dalam pendidikan untuk mencapai cita-cita dibutuhkan pengertian, kesadaran dan kesungguhan pelaksanaannya. Mengetahui dan mengerti saja tidak cukup jika tidak


(28)

11

dirasakan dan disadari, dan tidak aka nada artinya jika tidak dilaksanakan dan tidak diperjuangkan.

Pendidikan pada dasarnya adalah proses komunikasi yang di dalamnya mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan, di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat (life long process), dari generasi ke generasi. Dan pendidikan, sangat bermakna bagi kehidupan individu, masyarakat, dan suatu bangsa. (Siswoyo, 2011 :54). Dari beberapa pendapat mengenai pendidikan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha untuk mewujudkan pembelajaran dengan ditandai dengan adanya transformasi pengetahuan yang berlangsung setiap saat, untuk mencapai sebuah tujuan yang bermakna bagi kehidupan.

Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (1997:281), Karakter diartikan sebagai sifat-sifat kewajiban, tabiat, watak, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Menurut Dali Gulo (1982:29) Dalam kamus psikologi, karakter adalah kepribadian yang ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang yang biasanya mempunya kaitan dengan sifat-sifat yang relative tetap. Menurut Thomas Lickona (1992:22) karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral. Sifat alami itu dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain dan


(29)

12

karakter mulia lainnya. Lickona menekankan tiga hal dalam mendidik karakter, yang dirumuskan dengan indah :knowing, loving, and acting the good. Menurutnya keberhasilan pendidikan karakter dimulai dengan pemahaman karakter yang baik, mencintainya, dan pelaksanaan atau peneladanan atas karakter baik itu.

Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya (Winton, 2010:43). Pendidikan karakter menurut Burke (2001) dalam Samani (2013:43) semata-mata merupakan bagian dari pembelajaran yang baik dan merupakan bagian yang fundamental dari pendidikan yang baik.

Jadi dapat disimpulkan Pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada siswa dengan mengintegrasikan berbagai aspek. Di antaranya adalah kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk menjadi manusia yang seutuhnya berkarakter dalam semua dimensi yang bertujuan untuk mewujudkan kebaikan dan berkontribusi positif dalam kehidupan sehari-hari adalah melalui pendidikan karakter yang diinternalisasikan di berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Dengan demikian diharapkan krisis karakter bangsa ini bisa segera diatasi karena pendidikan karakter sendiri merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional.


(30)

13 b. Nilai Karakter

Nilai-nilai karakter meliputi nilai karakter pokok dan nilai-nilai karakter utama. Nilai-nilai-nilai karakter inilah yang kemudian dipilih untuk diintegrasikan ke dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Berdasarkan Kemendiknas (2010:19) berikut ini nilai-nilai karakter pokok yaitu: a) nilai kereligiusan, b) nilai kejujuran, c) nilai kecerdasan, d) nilai ketangguhan, e) nilai kedemokratisan, f) nilai kepedulian, g) nilai nasionalisme, h) nilai kepatuhan pada aturan sosial, i) nilai menghargai keberagaman, j) nilai kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, k) nilai berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, dan l) nilai kemandirian.

Adapun menurut Kementrian Pendidikan nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (2010), indikator keberhasilan sekolah dan kelas dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa diuraikan sebagai berikut :

Tabel 1. Nilai- nilai karakter

NILAI DESKRIPSI INDIKATOR

SEKOLAH INDIKATOR KELAS

Religius Sikap dan

perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksana ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.  Merayakan hari-hari besar keagamaan  Memiliki fisilitas yang dapat digunakan untuk beribadah.  Memberika n kesempata  Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran.  Memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk melaksanakan ibadah.


(31)

14 n kepada semua peserta didik untuk melaksana kan ibadah.

Jujur Perilaku yang

didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat  Menyediak an fasilitas tempat temuan barang hilang.  Tranparasi laporan keuangan dan penilaian sekolah secara berkala.  Menyediak an kantin kejujuran.  Menyediak an kotak saran dan pengaduan.  Larangan membawa fasilitas komunikasi pada saat ulangan atau ujian.  Menyediakn fasilitas tempat temuan barang hilang.  Tempat pengumuman barang temuan atau hilang.  Transparansi laporan keuangan dan penilaian kelas secara berkala.  Larangan menyontek.

Toleransi Sikap dan

tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.  Mengharga i dan memberika n perlakuan yang sama terhadap seluruh warga sekolah tanpa membedak an suku agama, ras, golongan, status sosial, status ekonomi, dan kemampua n khas.  Memberikan pelayanan yang sama terhadap seluruh warga kelas tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, dan status ekonomi.  Memberikan pelayanan terhadap anak berkebutuhan khusus.

 Bekerja dalam

kelompok yang berbeda.


(32)

15  Memberika n perlakuan yang sama terhadap stakeholder tanpa membedak an suku, agama, ras, golongan, status sosial dan status ekonomi.

Disiplin Tindakan yang

menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.  Memiliki catatan kehadiran  Memberika n penghargaa n kepada warga sekolah yang disiplin  Memiliki tata tertib sekolah.  Membiasak an warga sekolah untuk berdisiplin.  Menegakka n aturan dengan memberika n sanksi secara adil bagi pelanggar tata tertib sekolah.  Menyediak an peralatan praktik sesuai program studi keahlian  Membiasakan hadir tepat waktu.  Membiasakan mematuhi aturan.  Mengguna kan pakaian praktik sesuai dengan program studi keahlianny a.  Penyimpan an dan pengeluara n alat dan bahan (sesuai proram studi keahlian) .

Kerja Keras Perilaku yang

menunujukan upaya sungguh-sungguh dalam Menciptakan suasana kompetisi yang sehat Menciptakan Menciptakan suasana kompetisi yang sehat. Menciptakan


(33)

16 mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. suasana sekolah yang menantang dan memacu untuk bekerja keras. Memiliki pajangan tentang slogan atau motto tentang kerja.

kondisi etos kerja, pantang menyerah, dan daya tahan belajar. Menciptakan suasana belajar yang memacu daya tahan kerja.

Memiliki pajangan tentang slogan atau motto tentang giat bekerja dan belajar.

Kreatif Berpikir dan

melakukan sesuatau untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

Menciptakan situasi yang menumbuhkan daya berpikir dan bertindak kreatif.

Menciptakan situasi belajar yang bisa menumbuhkan daya piker dan bertindak kreatif.

Pemberian tugas yang menantang munculnya karya-karya baru baik yang autentik maupun modifikasi.

Mandiri Sikap dan

perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Menciptakan situasi sekolah yang membangun kemandirian peserta didik. Menciptakan suasana kelas yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja mandiri.

Demokratis Cara berpikir,

bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Melibatkan warga sekolah dalam setiap pengambilan keputusan. Menciptakan suasana sekolah yang menerima perbedaan. Pemilihan kepengurusan OSIS secara terbuka. Mengambil keputusan kelas secara bersama melalui musyawarah dan mufakat. Pemilihan kepengurusan kelas secara terbuka. Seluru produk kebijakan melalui musyawarah dan mufakat. Mengimplementasik an model-model pembelajaran yang dialogis dan interaktif. Rasa Ingin

Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat,

Menyediakan media komunikasi atau informasi (media cetak atau media elektronik) untuk berekspresi bagi warga sekolah. Memfasilitasi warga

Menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin tahu. Eksplorasi lingkungan secara terprogram. Tersedia media


(34)

17

dan didengar. sekolah untuk

bereksplorasi dalam pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. komunikasi atau informasi (media cetak atau media elektronik).

Semangat

Kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Melakukan upacara rutin sekolah Melakukan upacara hari-hari besar nasional Meyelengggarakn peringatan hari kepahlawanan nasional Memiliki program melakukan kunjungan ke tempat bersejarah. Mengikuti lomba pada hari besar nasional

Bekerja sama dengan teman sekelas yang berbed suku, etnis, status sosial-ekonomi Mendiskusikan hari-hari besar nasional.

Cinta Tanah

Air Cara berpikir yang

menunjukkan, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. Menggunakan produk dalam negeri Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar Menyediakan informasi Indonesia.

Memajangkan : foto presiden dan wakil presiden, bendera negra, lambing Negara, peta Indonesia, gambar kehidupan masyarakat Indonesia Menggunakan produk buatan dalam negeri. Menghargai

Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain. Memberikan penghargaan atas hasil prestasi kepada warga sekolah. Memajang tanda-tanda penghargaan prestasi Memberikan penghargaan atas hasil karya peserta didik. Memajang tanda-tanda penghargaan prestasi. Menciptakan suasana pembelajaran untuk memotivasi peserta didik berprestasi. Bersahabat/K

omunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senag berbicar, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

Suasana sekolah yang memudahkan terjadinya interaksi antarwarga sekolah. Berkomunikasi dengan bahasa yang

Pengaturan kelas yang memudahkan terjadinya interaksi peserta didik Pembelajaran yang dialogis


(35)

18 santun. Saling menghargai dan menjaga kehormatan. Pergaulan dengan cinta kasih dan rela berkorban. Guru mendengarkan keluhan-keluhan peserta didik. Dalam berkomunikasi, guru tidak menjaga jarak dengan peserta didik

Cinta Damai Sikap, perkataan,

dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

Menciptakan suasana sekolah dan bekerja yang nyaman, tenteram dan harmonis. Membiasakan perilaku warga sekolah yang anti kekerasan. Membiasakan perilaku waga sekolah yang tidak bias gender. Perilaku seluruh warga sekolah yang penuh kasih sayang.

Menciptakan suasana kelas yang damai.

Membiasakan perilaku warga sekolah yang anti kekerasan.

Pembelajaran yang tidak bias gender. Kekerabatan di kelas yang penuh kasih sayang

Gemar

Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

Program wajib baca Frekuensi

kunjungan perpustakaan Menyediakan fasilitas dan suasana menyenangkan untuk membaca.

Daftar buku atau Tulsan yang dibaca peserta didik. Frekuensi kunjungan perpustakaan. Saling tukar bacan. Pembelajaran yang memotivasi anak menggunakan referensi. Peduli

Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Pembiasaan memelihara kebersihan dan kelestarian lingkungan sekolah. Tersedia tempat pembuangan sampah dan tempat cuci tangan

Menyediakan kamar mandi dan air bersih Pembiasaan hemat energy

Membuat biopori di area sekolah. Membangun saluran pembuangan air limbah dengan baik. Melakukan

Memelihara lingkungan kelas Tersedia tempat pembuangan sampah di dalam kelas

Pembiasaan hemat energi

Memasang stiker perintah mematikan lampu dan menutup kran air pada setiap ruangan apabila selesai digunakan.


(36)

19

pembiasaan memisahkan jenis sampah organic dan anorganik. Penugasan pembuatan kompos dari sampah organic. Penanganan limbah hasil praktik (SMK). Menyediakan peralatan kebersihan. Membuat tendon penyimpanan air. Memrogamkan cinta bersih lingkungan.

Peduli Sosial Sikap dan

tindakan yang selalu ingin member bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan Memfasilitasi kegiatan bersifat sosial. Melakukan akal sosial. Menyediakan fasilitas untuk menyumbang. Berempati kepada sesame teman kelas. Melakukan aksi sosial Membangun kerukunan warga kelas. Tanggung

jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan dlam bentuk lisan maupun tertulis. Melakukan tugas tanpa disuruh. Menunjukkan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup terdekat. Menghindarkan kecurangan dalam pelaksanaan tugas. Pelaksanaan tugas piket secara teratur. Peran serta aktif dalam kegiatan sekolah.

Mengajukan usul pemecahan masalah.

Dapat disimpulkan dari sekian banyak nilai karakter yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas terdapat nilai yang harus dicapai khususnya untuk siswa sekolah dasar di antaranya adalah nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,


(37)

20

demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Dengan dimilikinya nilai-nilai karakter pokok tersebut diharapkan siswa siap mengahadapi permasalahan-permasalahan masa depan Indonesia sehingga tercapailah kesejahteraan yang aman dan damai.

c. Prinsip Menanamkan Karakter

Menurut Lickona (dalam Kemendiknas 2010:11) mengemukakan sebelas prinsip yang dapat diterapkan agar nilai-nilai karakter dapat disampaikan secara efektif, kesebelas prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

1) Kembangkan nilai-nilai etika inti dan nilai-nilai kinerja pendukung fondasi karakter yang baik;

2) Definisikan karakter secara komprehensif yang mencakup pikiran, perasaan dan perilaku;

3) Gunakan pendekatan yang komprehensif, disengaja dan proaktif dalam pengembangan karakter;

4) Ciptakan komunikasi sekolah yang penuh perhatian;

5) Beri peserta didik kesempatan untuk melakukan tindakan moral; 6) Buat kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yag

menghormati semua peserta didik, mengembangkan karakter dan membantu peserta didik untuk berhasil;


(38)

21

8) Libatkan staf sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan moral yang berbagi tanggung jawab dalam pendidikan karakter dan upaya untuk mematuhi nilai-nilai inti yang sama yang membimbing pendidikan peserta didik;

9) Tumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral dan dukungan jangka panjang bagi inisiatif pendidikan karakter;

10) Libatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam upaya pembangunan karakter;

11) Evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter dan sejauh mana peserta didik memanifestasikan karakter yang baik.

Selain itu ada beberapa prinsip yang bisa dijadikan pedoman bagi promosi pendidikan karakter di sekolah (Doni : 218-220, 2010).

a. Karakter ditentukan oleh apa yang dilakukan, bukan apa yang dikatakan atau diyakini.

b. Setiap keputusan yang diambil menentukan akan menjadi orang seperti apa.

c. Karakter yang baik mengandaikan bahwa hal yang baik itu dilakukan dengan cara-cara yang baik, bahkan seandainya bisa saja harus membayarnya secara mahal, sebab mengandung resiko.


(39)

22

d. Jangan pernah mengambil perilaku buruk yang dilakukan oleh orang lain sebagai patokan diri akan tetapi memilih patokan yang lebih baik.

e. Apa yang dilakukan itu memiliki makna dan transformative bahwa seorang individu dapat mengubah dunia.

f. Imbalan untuk mereka yang memiliki karakter baik adalah bahwa pribadi yang lebih baik, dan ini akan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik untuk dihuni.

Dari prinsip prinsip yang telah dikemukakan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa karakter ditentukan dengan perilaku diri yang hendak dilakukan. Dalam mengambil keputusan apa yang harus dilakukan baiknya harus mengembangkannilai-nilai etika inti dan nilai-nilai kinerja pendukung fondasi karakter yang baik.

Prinsip-prinsip di atas hendaknya dapat dijadikan pedoman bagi pendidik agar penyampaian nilai-nilai karakter dapat terintegrasikan dengan baik dan berjalan dengan optimal. Selain dilaksanakan oleh pihak sekolah sebagai lembaga formal juga dibutuhkan kerjasama yang melibatkan semua komponen baik keluarga, sekolah dan masyarakat secara umum. Dengan demikian penyampaian dan pembinaan karakter terhadap peserta didik dapat berjalan dengan optimal.


(40)

23

d. Tahap – tahap Pembentukan Karakter

Dalam pendidikan karakter terbentuknya akhlak mulia dalam diri setiap peserta didik ada tahapan strategi yang harus dilalui. Lickona (2013,74-87) menjelaskan mengenai tahapan pendidikan karakter dalam sebuah model yang dikenal dengan “components of good character”, meliputi :

1. Moral Knowing / Pengetahuan Moral

Pengetahuan moral ini maksudnya adalah seorang mengetahu mana yang baik dan buruk. Dimensi yang termasuk dalam moral knowing termasuk dalam ranah kognitif, di antaranya kesadaran moral, pengetahuan tentang nilai-nilai moral, pengambilan perspektif, penalaran moral, keberanian mengambil keputusan, dan pengetahuan diri. Tujuannya diorientasikan pada penguasaan pengetahuan tentang nilai-nilai. Dalam pengetahuan moral ini peserta didik harus mampu membedakan nilai-nilai akhlak mulia dan akhlak tercela serta nilai-nilai universal juga memahami secara logis dan rasional pentingnya akhlak mulia dan bahaya akhlak tercela dalam kehidupan.

2. Moral Feeling / Perasaan Moral

Moral feeling merupakan penguatan aspek emosi peserta didik untuk menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang


(41)

24

harus rasakan oleh peserta didik yaitu kesadaran akan jati diri, percaya diri, kepekaan terhadap derita orang lain, cinta kebenaran, pengendalian diri, dan rendah hati. Tahapan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai akhlak mulia.

Dalam tahapan ini menjadi sasaran guru adalah dimensi emosional peserta didik, hati, atau jiwa. Bukan lagi akal, rasio dan logika. Guru menyentuh emosi siswa sehingga tumbuh kesadaran, keinginan dan kebutuhan dalam diri siswa. Untuk mencapai tahapan ini guru bisa memasukinya dengan kisah-kisah yang menyentuh hati atau modeling. Hal itu dapat dengan menggunakan cerita rakyat tema budaya local atau cerita kepahlawanan. Selain itu guru juga dapat melakukan keteladanan. Melalui tahap ini pun peserta didik diharapkan mampu menilai diri sendiri dan semakin mengetahui kekurangan-kekurangannya.

3. Moral Doing / Tindakan Moral

Tindakan moral merupakan hasil dari dua komponen moral yaitu moral knowing dan moral feeling. Agar dapat terdorong untuk berbuat baik maka harus memenuhi tiga aspek karakter, yaitu kompetensi, keinginan, dan kebiasaan. Kompetensi di sini maksudnya


(42)

25

adalah kemampuan mengubah pertimbangan dan perasaan moral ke dalam tindakan moral yang afektif.

Dalam moral doing ini diharapkan peserta didik dapat mempraktikkan nilai-nilai akhlak mulia dalam perilakunya sehari-hari. Jika hal tersebut sudah tercapai maka tindakan selanjutnya adalah pembiasaan dan pemotivasian.

Selain itu Menurut Abdul Majid (2013:112) dalam pendidikan karakter menuju terbentuknya akhlak mulia dalam diri setiap siswa terdapat tiga tahapan yang harus dilalui di antaranya :

1) Moral Knowing / Learning to know

Tahapan ini merupakan langkah pertama dalam pendidikan karakter. Dalam tahapan ini tujuan diorientasikan pada penguasaan pengetahuan tentang nilai-nilai. Siswa harus mampu: a) membedakan nilai-nila akhlak mulia dan akhlak tercela serta nilai-nilai universal; b) memahami secara logis dan rasional (bukan secara dogmatis dan doktriner) pentingnya akhlak mulia dan bahaya akhlak tercela dalam kehidupan.

2) Moral Loving / Moral Feeling

Belajar mencintai dengan melayani orang lain. Belajar mencintai dengan cinta tanpa syarat. Tahapan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai akhlak mulia. Dalam tahapan ini yang menjadi sasaran


(43)

26

guru adalah dimensi emosional siswa, hati, atau jiwa, bukan lagi akal, rasio dan logika. Guru menyentuh emosi siswa sehingga tumbuh kesadaran, keinginan dan kebutuhan. Melalui tahapan ini pun siswa mampu menilai dirinya sendiri, dan semakin tahu kekurangannya.

3) Moral Doing / Learning to do

Inilah puncak keberhasilan mata pelajaran akhlak, siswa mempraktikkan nilai-nilai akhlak mulia itu dalam perilakunya sehari-hari. Siswa menjadi semakin sopan, ramah, hormat, penyayang, jujur, disiplin, cinta, kasih dan sayang, adil serta murah hati dan seterusnya. Selama perubahan akhlak belum terlihat dalam perilaku anak walaupun sedikit, selama itu pula kita memiliki setumpuk pertanyaan yang harus selalu dicari jawabannya.

Pembentukan karakter diklasifikasikan dalam 5 tahapan yang berurutan dan sesuai usia (Budimansyah, 2010:137) yaitu:

1) Tahap pertama adalah membentuk adab, antara usia 5 sampai 6 tahun. Tahapan ini meliputi jujur, mengenal antara yang benar dan yang salah, mengenal antara yang baik dan yang buruk serta mengenal mana yang diperintahkan, misalnya dalam agama.

2) Tahap kedua adalah melatih tanggung jawab diri antara usia 7 sampai 8 tahun. Tahapan ini meliputi perintah


(44)

27

menjalankan kewajiban shalat, melatih melakukan hal yang berkaitan dengan kebutuhan pribadi secara mandiri, serta dididik untuk selalu tertib dan disiplin sebagaimana yang telah tercermin dalam pelaksanaan shalat mereka.

3) Tahap ketiga adalah membentuk sikap kepedulian antara usia 9 sampai 10 tahun. Tahapan ini meliputi diajarkan untuk peduli terhadap orang lain terutama teman-teman sebaya, dididik untuk menghargai dan menghormati hak orang lain, mampu bekerjasama serta mau membantu orang lain.

4) Tahap keempat adalah membentuk kemandirian, antara usia 11 sampai 12 tahun. Tahapan ini melatih anak untuk belajar menerima resiko sebagai bentuk konsekuensi bila tidak mematuhi perintah, dididik untuk membedakan yang baik dan yang buruk.

5) Tahap kelima adalah membentuk sikap bermasyarakat, pada usia 13 tahun ke atas. Tahapan ini melatih kesiapan bergaul di masyarakat berbekal pada pengalaman sebelumnya. Bila mampu dilaksanakan dengan baik, maka pada usia yang selanjutnya hanya diperlukan penyempurnaan dan pengembangan secukupnya.

Maka dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap pembentukan karakterterjadi melalui berbagai tahap, yang pertama di usia 5-6


(45)

28

tahun diorientasikan pada penguasaan tentang nilai-nilai dengan membentuk adab dan mengenal baik buruk. Kemudian usia 7 hingga 10 tahun merupakan tahapan untuk menumbuhkan rasa cinta dan butuh terhadap nilai-nilai akhlak mulia. Dan pada tahap ini dilatih untuk bertanggung jawab serta membentuk sikap kepedulian. Dan untuk usia 11tahun ke atas memasuki tahapan dimana siswa mempraktikkan nilai-nilai akhlak mulia itu dalam perilakunya sehari-hari dengan membentuk sikap mandiri dan sikap bermasyarakat.

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter

Pembentukan karakter indivdu pada umumnya melalui berbagai proses dan memiliki banyak sekali faktor-faktor yang berperan ketika pembentukan karakter tersebut berlangsung. Interaksi seseorang menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa V. Campbell dan R. Obligasi menyatakan bahwasanya terdapat beberapa faktor yang berpengaruh dalam pembentukan karakter, yaitu:

1) Faktor keturunan

2) Pengalaman masa kanak-kanak

3) Pemodelan oleh orang dewasa atau orang yang lebih tua 4) Pengaruh lingkungan sebaya

5) Lingungan fisik dan sosial

6) Substansi materi di sekolah dan lembaga pendidikan lain. 7) Media massa


(46)

29

Pendapat lain tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter juga diungkapkan ole Sjarkawi (2006:19-20) yang mengelompokkan faktor-faktor tersebut menjadi dua, yaitu:

1) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Faktor internal itu biasanya merupakan faktor biologis. Faktor biologis yang dimaksud dapat membentuk karakter seseorang bukan hanya faktor genetic tetapi juga faktor fisiknya.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar orang tersebut. Faktor eksternal ini biasanya berasal dari lingkungan seseorang seperti keluarga, sekolah, masyarakat.

Maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter mandiri dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal yang berasal dari diri pribadi dan faktor eksternal yang berasal dari lingkungan sekitar. Seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan sosialnya.

2. Pendidikan Karakter Mandiri

a. Konsep Pendidikan Karakter Mandiri

Karakter adalah tabiat, perangai, dan sifat-sifat karakter seseorang. Sementara berkarakter diartikan dengan mempunyai


(47)

30

kepribadian sendiri. Karakter dalam konteks pendidikan seringkali mengacu pada bagaimana “kebaikan” seseorang. Sehingga seseorang yang dianggap memiliki karakter yang baik akan mampu menunjukkan sebagai kualitas pribadi yang patut serta pantas sesuai dengan yang di inginkan dalam kehidupan masyarakat.

Sebagai suatu konsep akademis, karakter memiliki makna substansif dan proses psikologis yang sangat mendasar. Lickona (1992:50) merujuk pada konsep good character yang dikemukakan oleh aristoteles menegaskan bahwa karakter adala “… the life of right conduct- right conduct in relation to other persons and in relation to oneself”. Dengan kata lain, karakter dapat dimaknai sebagai kehidupan berperilaku baik atau penuh kebajikan, yakni berperilaku baik terhadap pihak lain (Tuhan Yang Maha Esa, manusia, dan alam semesta) dan terhadap diri sendiri.

Menurut Masrun (1986:8) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain, maupun berpikir dan bertindak priginal/kreatif, dan penuh inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya diri dan memperoleh kepuasan dari usahanya.

Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah dimana seseorang mau dan mampu mewujudkan kehendak/keinginan dirinya


(48)

31

yang terlihat dalam tindakan/perbuatan nyata guna menghasilkan sesuatu (barang/jasa) demi pemenuhan kebutuhan hidupnya dan sesamanya (Antonius, 2002:145).

Hasan Basri mengemukakan kemandirian arti psikologis dan mentalis juga mengandung pengertian keadaan seseorang dalam kehidupannya mampu memutuskan atau mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Kemandirian juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas sehari-hari sendiri atau sedikit bimbingan, sesuai dengan tahap perkembangan dan kapasitasnya. Secara operasional menurut Steinberg (dalam Yusuf, 2001) aspek kemandirian ini terdiri dari beberapa indikator yaitu memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan tanpa campur tangan orang lain (changes in decision making abilities), dan memiliki kekuatan terhadap pengaruh orang lain (changes in comformity and susceptibility to influence), serta memiliki rasa percaya diri dalam mengambil keputusan (self reliance in decision making).

Steinberg (1995:289) membagi kemandirian dalam tiga tipe, yaitu kemandirian emosional (emotional autonomy), kemandirian behavioral atau tingkah laku (behavioral autonomy), dan kemandirian nilai (values autonomy). Kemandirian emosional adalah aspek kemandirian yang berhubungan dengan perubahan hubungan dengan seseorang khususnya orang tua, dimana anak mengembangkan perasaan individuasi dan berusaha melepaskan diri dari ikatan


(49)

32

kekanak-kanakan dan ketergantungan terhadap orang tua. Kemandirian perilaku merupakan kapasitas individu dalam menentukan pilihan dan mengambil keputusan. Kemandirian nilai merupakan yang paling kompleks, tidak jelas bagamana proses berlangsung dan pencapaiannya, terjadi melalui proses internalisasi yang pada lazimnya tidak disadari, umumnya berkembang paling akhir dan paling sulit dicapai secara sempurna dibanding kedua tipe kemandirian lainnya.

Dan ciri-ciri kemandirian menurut Antonius (2002:145) adalah sebagai berikut:

a. Percaya diri

b. Mampu bekerja sendiri

c. Menguasai keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan kerjanya

d. Meghargai waktu e. Tanggung Jawab

Sedangkan Tabrani (2003:67-69) menuliskan bahwa anak yang memiliki kepribadian mandiri memiliki ciri-ciri berikut:

a. Memiliki cita-cita

b. Memanfaatkan kesempatan c. Percaya diri sendiri

d. Berusaha keras untuk meraih sukses e. Kesiapan pengetahuan dan keterampilan.


(50)

33

Menurut Paul Suparno dalam Ratna Megawangi (2007:40) menguraikan empat aspek dalam karakter mandiri di antaranya adalah :

a. Keberanian untuk mengambil keputusan secara jernih dan benar

b. Mengenal kemampuan diri c. Membangun kepercayaan diri d. Menerima keunikan diri.

Maka dapat disimpulkan bahwa mandiri adalah sikap individu yang bertindak sesuai dengan keinginannya dan mampu mempertanggung jawabkan hasil tindakan tersebut sesuai dengan tahap perkembangan dan kapasitasnya tanpa adanya bantuan orang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter mandiri adalah proses pemberian tuntunan kepada siswa untuk menjadi manusia yang seutuhnya berkarakter mandiri yang bertujuan untuk mewujudkan sesuatu yang dikehendaki tanpa adanya bantuan dari orang lain.

b. Tujuan Pendidikan Karakter Mandiri

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter peserta didik diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan


(51)

34

pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasikan serta mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Menurut Anisah (2007:9), Pendidikan karakter bertujuan membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga Negara yang baik.

Pendidikan karakter sebagai sebuah pedagogi memiliki tujuan agar setiap pribadi semakin menghayati individualitasnya, mampu menggapai kebebasan yang dimilikinya sehingga ia dapat semakin bertumbuh sebagai pribadi maupun sebagai warga negara yang bebas dan bertanggung jawab. Bahkan sampai ada tingkat tanggung jawab moral integral atas kebersamaan hidup dengan yang lain di dalam dunia. (Zainal, 2011:64)

Tujuan lain adanya Pendidikan Karakter adalah sebagai penawar penyakit sosial yang mewabah dan menjangkiti semua lapisan masyarakat. Serta menjadi sebuah jalan keluar bagi pelaksanaan perbaikan mental masyarakat secara luas. Tujuan Pendidikan karakter mandiri yaitu agar siswa mempunyai kesadaran dan tanggung jawab yang lebih besar dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, dan memandang permasalahan sebagai tantangan yang harus dihadapi. Fungsi pendidikan karakter adalah :

1) Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik.


(52)

35

2) Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur 3) Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan

dunia. Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha dan media massa. (Narwanti ,2011 : 89)

Sedangkan fungsi lain pendidikan karakter mandiri adalah siswa dapat lebih bertanggung jawab dan menghargai waktu dalam setiap tugas yang sedang diembannya. Fungsi lainnya adalah mengembangkan pancadaya kemanusiaan siswa bagi tegaknya hakikat manusia pada dirinya sendiri dalam bingkai dimensi kemanusiaan.

c. Strategi Menanamkan Pendidikan Karakter Mandiri

Dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai a plan, method or series of activities designed to achieve a particular educational goal (J.R David, 1976). Jadi, dengan demikian strategi dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. (Wina Sanjaya, 2008:126)

Strategi adalah suatu rencana yang diutamakan untuk mencapai tujuan, sedangkan tak tik adalah lagkah-langkah tertentu yang ditempuh untuk melaksanakan. Strategi dikembangkan untuk memenangkan tujuan, dan tak tik dikembangkan untuk memenangkan strategi. Strategi dan taktik yang dikembangkan harus memberikan


(53)

36

kemudahan bagi subyek untuk melakukan eksplorasi dan penemuan diri, serta mencapai proses dan hasil-hasil yang bermakna (Ridwan,2004:187)

Strategi pengembangan kemandirian adalah suatu perencanaan yang telah disusun sedemikian rupa secara terperinci, berisi tentang rangkaian kegiatan sistematik untuk mengembangkan nilai karakter mandiri bagi siswa sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.

Menurut Whitley, 2007 dalam Samani 2013, dalam kaitannya dengan metodologi, strategi yang umum diimplementasikan pada pelaksanaan pendidikan karakter di Negara-negara barat antara lain adalah strategi pemanduan (cheerleading), pujian dan hadiah (praise-and-reward), definisikan dan latihkan (define-and-drill), penegakan disiplin (forced-formality) dan juga perangai bulan ini (traits of the month).

Sesuai dengan Design Induk Pendidikan karakter yang dirancang Kementrian Pendidikan Nasional (2010) dalam samani 2013 strategi pengembangan pendidikan karakter yang akan diterapkan di Indonesia antara lain melalui transformasi budaya sekolah dan habituasi melalui kegiatan ekstrakurikuler. Strategi ini sejalan pula dengan pemikiran Elkind dan Sweet (2004). Bahwa implementasi pendidikan karakter melalui transformasi budaya dan perikehidupan sekolah, dirasakan lebih efektif daripada mengubah kurikulum dengan menambah materi pendidikan karakter ke dalam muatan kurikulum.


(54)

37

Menurut Hermann Holsten (1984:38) Strategi yang digunakan untuk mengembangkan kemandirian di antaranya adalah :

a) Memberikan pemahaman positif pada diri anak, yaitu memberikan kepercayaan dan tanggung jawab siswa.

b) Mendidik anak agar terbiasa bersih dan rapi, menyiapkan penyimpanan, memberi contoh, dan menjelaskan konsekuensi hidup jika tidak rapi dan tidak bersih.

c) Memberikan permainan yang dapat membentuk kemandirian anak.

d) Memberi anak pilihan sesuai minatnya.

e) Membiasakan anak berperilaku sesuai dengan tata karma. f) Memotivasi anak supaya tidak malas-malasan

g) Memberi pujian terhadap hasil yang dicapai siswa. h) Mengadakan program parenting

Jadi dapat disimpulkan strategi pengembangan mandiri yang tepat adalah melalui transformasi budaya melalui kegiatan pengembangan diri yang dilakukan secara rutin dan berkelanjutan, dimana nilai-nilai kemandirian dapat dikembangkan secara efektif, khususnya dalam hal ini strategi pengembangan kemandirian yang nyata adalah melalui kegiatan pengembangan diri pramuka.


(55)

38 3. Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka

a. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka

Menurut Moh. Uzer Usman (2011:148), kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan belajar yang waktunya diluar waktu yang telah ditetapkan dalam susunan program seperti kegiatan pengayaan, perbaikan yang berkaitan dengan program kurikuler atau kegiatan lain yang bertujuan memantapkan pembentukan kepribadian seperti kegiatan pramuka, usaha kesehatan sekolah, Palang Merah Indonesia, olahraga, kesenian, koperasi sekolah, peringatan hari-hari besar agama/nasional, dan lain-lain.

Novan Ardy Wiyani (2012:110) menyebutkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan yang tercangkup dalam kurikulum yang dilaksanakan di luar mata pelajaran untuk mengembangkan bakat, minat, kreativitas, karakter siswa di sekolah. Maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di luar jam kegiatan belajar mengajar yang bertujuan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan bakat ataupun minat siswa.

Gerakan Pramuka yang nama lengkapnya adalah gerakan pendidikan kepanduan Praja Muda Karana, disingkat dengan Gerakan Pramuka. Pengertian ini tertuang dalam Buku Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga Pramuka bahwa, “Gerakan Pendidikan kepramukaan (kepanduan) Nasional Indonesia, perkumpulan atau


(56)

39

organisasi yang membantu pemerintah dan masyarakat dibidang pendidikan anak-anak, para remaja, dan pemuda/pemudi di luar lingkungan keluarga dan di luar sekolah.

Menurut Mertoprawiro Soedarsono (1992:20), bahwa kata pramuka merupakan rangkaian dari tiga kata yaitu pra adalah singkatan dari praja yang berarti rakyat atau warga Negara, mu adalah singkatan dari muda yang berarti belum dewasa dan ka adalah singkatan karana yang artinya adalah perbuatan, penghasilan, aksi, tindakan, upacara, perusahaan, alat, pengertian, badan, pesawat. Merujuk dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa gerakan pramuka adalah gerakan rakyat atau warga Negara yang masih muda yang sanggup dan mampu berkarya.

Pramuka merupakan salah satu lembaga yang ditugaskan untuk menyelenggarakan pendidikan kepanduan. Sebenarnya eksistensinya ada hampir di setiap lembaga resmi misalnya Kepolisisan, Dinas Kesehatan, Perhutani, dan semua lembaga pendidikan. Sebenarnya tugas yang diemban pramuka sangat kuat sebab hal ini tertuang dalam Kepres RI nomor 238 tanggal 20 Mei 1961. Kepres tersebut memuat tentang Gerakan Pramuka Indonesia sebagai satu-satunya badan atau lembaga yang ditugaskan untuk menyelenggarakan pendidikan kepanduan kepada anak-anak dan Pemuda Indonesia.

Kegiatan Pramuka dalam proses belajar mengajarnya memiliki komponen, proses dan tujuan secara sistematik sesuai dengan


(57)

40

pendidikan luar sekolah. Sudjana (2010: 89-95), memperinci lebih jauh bahwa Pendidikan Luar Sekolah memiliki komponen, proses dan tujuan: masukan lingkungan (environment input), masukan sarana (instrumental input), masukan mentah (raw input), proses pendidikan melalui pembelajaran, keluaran (output), masukan lain (other input), pengaruh (outcome).

Pendidikan kepramukaan bersifat non formal, yaitu pendidikan yang dilaksanakan di luar sekolah. Hal ini seperti diuraikan Sudjana (2010:21), bahwa “Pendidikan non formal ialah kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai belajarnya.”

Gerakan Pramuka bertujuan untuk membentuk setiap pramuka agar menjadi: (1) Manusia yang memilki : kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berjiwa patriotic, taat hukum, disiplin dan menjunjung tinggi nilai nilai luhur bangsa; kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia; Jasmani yang sehat dan kuat; dan kepedulian terhadap lingkungan hidup. (2) warga Negara Republik Indonesiayang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun dirinya


(58)

41

sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa dan Negara.

Kegiatan Pramuka itu sangatlah penting dan bermanfaat untuk mendidik kedisiplinan siswa, seperti yang tertuang dalam Dasa Dharma Pramuka, bahwa Pramuka itu; (1) Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) Cinta alam dan kasih sayang sesame manusia, (3) Patriot yang sopan dan kesatria, (4) Patuh dan suka bermusyawarah, (5) Rela menolong dan tabah, (6) Rajin,terampil dan gembira, (7) Hemat, cermat, dan bersahaja, (8) Disiplin, berani, dan setia, (9) Bertanggung Jawab dan dapat dipercaya, (10) Suci dalam pikiran perkataan dan perbuatan.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ekstrakurikuler adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dalam bentuk kegiatan yang dinamis dan menarik di alam terbuka dengan prinsip dasar membentuk manusia yang berkarakter, berkepribadian, berakhlak mulia dan terampil. Sehingga mampu menjalankan kewajiban terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mengamalkan pancasila.

b. Fungsi Gerakan Pramuka

Gerakan Pramuka juga mempunyai beberpa fungsi. Dijelaskan oleh Pusdiklatda (2011: 18) bahwa fungsi kepramukaan adalah:

1) Bagi peserta didik, sebagai permainan (game) yang menarik, menyenangkan, dan menantang.


(59)

42

2) Bagi pembinaan pramuka atau anggota pramuka dewasa, sebagai pengabdian (karya bakti).

3) Bagi masyarakat, sebagai alat pembinaan dan pengembangan generasi muda.

Berdasar fungsi yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi kepramukaan untuk siswa Sekolah Dasar adalah mengembangkan watak, perilaku dan budi pekerti siswa untuk menjadi lebih baik dan memiliki bekal kepribadian yang baik untuk menjalankan kehidupannya di masa mendatang.

c. Sifat Kepramukaan

Sifat kepramukaan dapat memberikan motivasi yang baik bagi siswa. Menurut Pusdiklatda (2011:18-19) kepramukaan memiliki beberapa sifat yang dapat memberikan motivasi untuk dijadikan sebagai kegiatan yang baik untuk diikuti oleh siswa, yaitu :

1) Terbuka, dapat didirikan di seluruh ndonesia dan diikuti oleh Warga Negara Indonesia tanpa membedakan suku, agama dan ras 2) Universal, tidak terlepas dari idealism prinsip dasar dan metode

kepramukaan sedunia,

3) Sukarela, artinya tidak ada unsure paksaan, kewajiban dan keharusan untuk menjadi anggota pramuka

4) Patuh dan taat terhadap semua peraturan dan perundang-undangan Negara Kesatuan Republik Indonesia


(60)

43

Dengan sifat kepramukaan seperti di atas, kepramukaan mengajarkan untuk suka rela dan kedisiplinan untuk mematuhi peraturan-peraturan yang ada. Menanamkan rasa solidaritas yang tinggi tanpa harus membedakan suku, agama dan ras.

d. Prinsip Dasar Kepramukaan

Prinsip dasar adalah asas yang mendasar yang dijadikan dasar dalam berpikir dan bertindak, prinsip dasar kepramukaan adalah asas yang mendasari kegiatan kepramukaan dalam upaya mengembangkan peserta didik. Menurut Pusdiklatda (2011:22) prinsip dasar kepramukaan adalah sebagai berikut :

a) Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b) Peduli terhadap bangsa, negara, sesame manusia dan alam beserta isinya

c) Peduli terhadap diri sendiri,

d) Taat kepada Kode Kehormatan Pramuka

e. Struktur Gerakan Kepramukaan

Gerakan Pramuka merupakan sebuah langkah kelanjutan dan pembaruan gerakan nasional yang dibentuk atas dorongan kesadaran untuk bertanggung jawab terhadap kelestarian Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan pada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Tujuan Pokoknya untuk membentuk dan mendidik tunas-tunas bangsa agar mampu menjadi generasi yang lebih baik, sanggup bertanggung jawab untuk mengisi kemerdekaan nasional. Untuk


(61)

44

memenuhi tujuan tersebut, maka Gerakan Pramuka menghimpun anggota-anggota Pramuka dan menyusun serta menata organisasinya dari tingkat nasional, daerah, cabang, ranting hingga sampai pada gugus depan.

Gerakan Pramuka memiliki struktur yang detail untuk mengurusi masing-masing wilayahnya yang kemudian diintegrasikan agar mampu mencapai tujuan yang sama. Gerakan ini dinaungi oleh Kwartir yang berada di tingkat nasional, daerah, cabang dan ranting. Kwartir setidaknya terdiri dari ketua, beberapa wakil ketua yang merangkap sebagai ketua bidang, dan beberapa anggota (Panduan Kursus Mahir Dasar untuk Pembina Pramuka 2011). Untuk pengembangan anggota Pramuka, dibentuk Satuan Karya Pramuka (SAKA) pada setiap Kwartir. Semuanya saling bersinergi demi mewujudkan tujuan yang hendak dicapai oleh Gerakan Pramuka ini.

f. Macam-macam Kegiatan Pramuka

Gerakan Pramuka seyogyanya memiliki kegiatan yang sarat dengan pembentukan karakter (character building) yang ditujukan kepada para anggotanya. Dari sepuluh pilar Dasa Dharma yang merupakan sepuluh modal dasar untuk mendidik karakter anggota Pramuka sebagai generasi penerus bangsa, dimana setiap anggota Pramuka wajib hukumnya mengamalkan Dasa Dharma untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi di Pramuka.

Gerakan Pramuka memiliki banyak keunggulan jika menjadi ujung tombak dalam membangun karakter bangsa. Pengembangan karakter


(62)

45

bangsa tidak bisa dilakukan hanya di dalam kelas tetapi juga dilaksanakan dialam terbuka, seperti halnya dalam kegiatan Pramuka. Sejumlah karakter yaitu cerdas, cakap, tangkas, terampil, rajin, daya kreasi tinggi, membentuk jiwa kesederhanaan, mandiri dan bertanggungjawab, terhadap dirinya sendiri serta menumbuhkan jiwa kegotongroyongan.

Ada beberapa macam kegiatan Pramuka menurut tingkatannya, Menurut Mulyono dkk, (2011:49) ada program-program kegiatan pramuka, yaitu :

a) Siaga

Merupakan anggota muda Gerakan Pramuka yang berusia 7-10 tahun. Pada usia tersebut anak-anak memiliki sifat yang berbeda. Sifat yang sering muncul adalah rasa keingintahuan yang sangat tinggi. Kegiatan siaga adalah kegiatan yang menggembirakan, dinamis, kekeluargaan dan berkarakter. Pembina harus pandai mengemas bahan latihan dan kreativitas Pembina sangat ditentukan Semakin akrab dan kreatif suatu Pembina dengan siaga maka akan semakin tinggi tingkat ketertarikan siaga untuk tetap berlatih.

b) Penggalang

Penggalang adalah anggota muda Gerakan Pramuka yang berusia 11-15 tahun. Pada usia ini anak-anak memiliki sifat keingintahuan yang tinggi, semangat yang kuat, sangat aktif dan suka berkelompok, sehingga titik berat dari latihan pemecahan atau


(63)

46

penugasan masalah dengan sistem beregu. Kegiatan Penggalang adalah kegiatan yang selalu berkarakter dinamis dan menantang. Pembina menjadi kunci pokok dalam mengemas/menyajikan bahan latihan dan kreativitas Pembina diperlukan. Semakin akrab dan kreatif suatu Pembina dengan penggalang maka akan semakin tinggi tingkat ketertarikan penggalang untuk tetap berlatih.

c) Penegak

Penegak adalah anggota muda Gerakan Pramuka yang berusia 16-20 tahun. Secara umum pada usia tersebut mereka disebut masa sosial/remaja awal, yaitu masa untuk mencari jati diri, memiliki semangat kuat, suka berdebat, kemauannya kuat dan sedikit sulit dicegah kemauannya apabila tidak melalui kesadaran nasionalnya, ada kecenderungan berperilaku agresif. Kegiatan golongan pramuka penegak disebut kegiatan bakti. Kegiatannya harus berkarakter, dinamis, progesif, menantang, bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat sekitar. Kegiatan penegak berasal dari penegak dan untuk penegak, walaupun tetap di dalam tanggung jawab Pembina.

Adapun ungkapan yang digunakan secara simbolik dalam penyelenggaraan pendidikan kepramukaan yang disebut kiasan dasar kepramukaan. Kiasan ini bersumber pada sejarah perjuangan dan budaya Indonesia. Pelaksanaan kiasan dasar dalam Gerakan Pramuka di antaranya dijelaskan pada table berikut :


(64)

47

Tabel 2. Kiasan Dasar Gerakan Pramuka

No Satuan/Golongan/kegiatan Nama Kiasan Dari

1. Kantor Pusat

Kegiatan Kwartir Markas

2. Pramuka usia 7-10

tahun Siaga Perjuangan Budi Utomo (1908) untuk me-SIAGA-kan rakyat. 3. Pramuka usia 11-15

tahun Penggalang Perjuangan para pemuda Indonesia dalam me-GALANG persatuan dan kesatuan bangsa (1928)

4. Pramuka usia 16-20

tahun Penegak 17-8-1945 di TEGAK-kannya Negara Kesatuan Republik Indonesia

5. Pramuka usia 21-25

tahun Pandega Me-PANDEGA-I (mempelopori) pembangunan setelah kemerdekaan 1945 6. Satuan Pramuka

Siaga - - Barung Perindukan - Tempat Penjaga rumah bangunan - Per-Induk-an

(tempat menginduk) 7. Satuan Pramuka

Penggalang - - Regu Passukan - Gardu ; pangkalan untuk meronda - Tempat suku

berkelompok 8. Satuan Pramuka

Penegak Sangga Rumah Kecil untuk penggarap sawah/lading 9. Satuan Pramuka

Pandega Racana Fondasi, alas tiang umpak atap

4. Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka yang memuat strategi pembentukan karakter Kemandirian.

Di dalam Pramuka juga memuat strategi yang sejalan untuk meningkatkan nilai kemandirian dengan meningkatkan citra pramuka,


(65)

48

mengembangkan kegiatan kepramukaan yang sesuai karakteristik dan minat, mengembangkan program pramuka peduli serta dengan memantapkan organisasi, kepemimpinan, dan sumber daya pramuka.

Gerakan Pramuka sebagai penyelenggara pendidikan kepanduan Indonesia yang merupakan bagian pendidikan nasional, bertujuan untuk membina kaum muda dalam mencapai sepenuhnya potensi-potensi spiritual, sosial, intelektual dan fisiknya, agar mereka bisa membentuk kepribadian dan akhlak mulia kaum muda, menanamkan semangat kebangsaan, cinta tanah air dan bela Negara bagi kaum muda, meningkatkan keterampilan kaum muda sehingga siap menjadi anggota masyarakat yang bermanfaat, patriot dan pejuang yang tangguh, serta menjadi calon pemimpin bangsa yang handal pada masa depan.

Dari paparan di atas, secara tersirat ataupun tersurat pendidikan karakter sudah ada dalam pramuka. Pramuka telah mengajarkan pendidikan karakter sejak berdirinya kepanduan ini, jauh sebelum isu pendidikan karakter marak di Indonesia.

Maka gerakan pramuka berperan juga dalam membentuk karakter kemandirian, dimana nilai karakter kemandirian merupakan penggabungan beberapa nilai karakter penting yang terdapat dalam Dasa Dharma Pramuka yaitu terampil, disiplin dan bertanggung jawab.

Adapun kegiatan kepramukaan yang bisa mengoptimalkan kemandirian anak menurut Lukman (2014:76) di antaranya adalah :


(66)

49

1. Latihan Rutin

Latihan rutin Pramuka adalah latihan yang dilaksanakan setiap minggunya. Dalam latihan rutin biasanya membahas tentang materi-materi kepramukaan dan Permainan bersama.

Permainan bersama adalah kegiatan keterampilan pramuka seperti menyusun puzzle, permainan kim (permainan memanfaatkan alat indra) ataupun mencari jejak atau sering disebut penjelajahan (widegame).

2. Berkemah

Berkemah adalah salah satu kegiatan pendidikan di alam terbuka (bounding). Melalui berkemah, anak dapat memperoleh pendidikan yang terintegrasi dan lengkap.

Menurut Lukman (2014:268) dipandang dari jenisnya, berkemah dapat dibagi menjadi empat, yaitu perkemahan

bhakti (perkemahan wirakarya), perkemahan

ilmiah,perkemahan rekreasi dan perkemahan pendidikan. Sedangkan berdasarkan tempatnya, perkemaan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu perkemahan menetap (standing camp) dan perkemahan berpindah-pindah (safari camp). Sasaran dan motivasi perkemahan harus terperinci dengan jelas serta harus memiliki perencanaan yang baik, agar perkemahan dapat memuat strategi pembentukan karakter kemandirian.


(67)

50

3. Lomba Tingkat

Menurut Lukman (2014:79) Lomba Tingkat (LT) yaitu pertemuan regu-regu dalam bentuk lomba kegiatan kepramukaan. Lomba tingkat ini dilaksanakan secara berjenjang, dimulai dari tingkat gugus depan (LT-I), ranting (LT-II), cabang (LT-III), daerah (LT-IV), dan nasional (LT-V). 4. Jambore

Menurut (Lukman, 2014:78) Jambore adalah pertemuan Pramuka dalam bentuk perkemahan besar yang diselenggarakan oleh Kwartir Gerakan Pramuka dari tingkat yang paling ranting sampai tingkat nasional. Bahkan diduniapun diselenggarakan kegiatan serupa yang biasa disebut Jambore Dunia (World Scout Jambore). Tujuannya adalah agar generasi muda dapat mengembangkan diri baik mental, fisik, intelektual, spritual sebagai makluk sosial yang berkarakter. Di Indonesia pelaksanaan ba tingkat juga bisa disebut dengan jambore.

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Mentari Oktaviana Ika Putri (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “ Proses Sosialisasi dan Internalisasi Pendidikan Karakter Dalam Gerakan Pramuka (Studi di Kwartir Cabang XI.28 Tegal)” Penelitian ini adalah penelitian


(68)

51

kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah pengurus Kwartir Cabang XI.28 Tegal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan sosialisasi dan internalisasi pendidikan karakter yang dilakukan oleh Kwartir Cabang XI 28 Tegal dilakukan dengan sistem among yang menjadikan kegiatan Pramuka lebih berwarna dan tidak monoton karena peserta didik secara partisipatif dan kreatif menentukan kegiatan yang akan dilaksanakan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Lu’lu’ Olivia Ningrum Kusuma Dewi (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “ Pelaksanaan Ekstrakurikuler Pramuka Golongan Siaga Kelas I dan II Berbasis Syarat Kecakapan Umum (SKU) di SD Negeri Serayu Kota Yogyakarta” Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Populasi penelitian ini adalah anggota pramuka Siaga kelas I dan II SD Negeri Serayu Kota Yogyakarta. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan latihan rutin sudah diberikan materi sesuai SKU Siaga Mula dan terdapat kegiatan Wisata Siaga yang dapat diintegrasikan dengan pembelajaran tematik di kelas.

Berbeda dengan penelitian di atas, penelitian yang berjudul “Pendidikan Karakter Mandiri Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka di Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Muhajirin” ini lebih fokus hanya pada satu nilai karakter yaitu kemandirian dan kegitan-kegiatan pramuka yang diselenggarakan pada sekolah tersebut agar kegiatan pramuka yang diselenggarakan mampu meningkatkan kemandirian pada siswa-siswanya.


(69)

52

Sehingga penelitian ini mampu menunjukkan adanya pendidikan karakter mandiri melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan arahan pola penelitian yang diharapkan oleh peneliti. Penelitian yang akan dibuat mengarah pada pendidikan karakter mandiri yang dilaksanakan . Melalui pendidikan non formal yaitu melalui kegiatan ekstrakurikuler Pramuka.

Pendidikan karakter merupakan upaya untuk mempersiapkan anak-anak bangsa yang siap menghadapi tantangan di masa yang akan datang, maka sangat dibutuhkan pula generasi yang memiliki nilai kemandirian yang sangat kuat agar tidak mudah terpengaruh dengan hal-hal yang memiliki pengaruh negative terhadap bangsanya. Akan tetapi mandiri yang dimaksudkan bukanlah untuk membentuk siswa yang individualistik yang sama sekali tidak membutuhkan orang lain. Pentingnya nilai karakter mandiri adalah agar siswa memiliki rasa percaya diri untuk bertindak sesuai dengan keinginannya dan mampu mempertanggung jawabkan hasil tindakan tersebut sesuai dengan tahap perkembangan dan kapasitasnya.

Akan tetapi penanaman nilai-nilai karakter khususnya nilai karakter mandiri pada siswa sekolah dasar tidaklah mudah. Meskipun penanaman nilai karakter mandiri sudah dilakukan melalui pendidikan formal dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) namun pada kenyataannya masih banyak dijumpai siswa yang menggantungkan pekerjaannya kepada orang tua, guru atau bahkan teman-temannya.


(70)

53

Maka melalui kegiatan pendidikan non formal yaitu dengan gerakan Pramuka yang merupakan kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat menanamkan nilai karakter mandiri pada siswa sekolah dasar. Sebagai gerakan moral sosial, gerakan Pramuka juga selalu gencar untuk berperan dalam menanamkan pendidikan karakter agar terciptanya manusia yang bermoral, berakhlak dan berbudi pekerti luhur.

Bahkan dalam kurikulum 2013 Pramuka merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang diwajibkan pada jenjang sekolah dasar. Gerakan pramuka memiliki peranan yang penting untuk membentuk karakter mandiri generasi muda penerus bangsa melalui beragam kegatan - kegiatan yang bisa dilakukan dalam latihan pramuka. Sehingga dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaimana pendidikan karakter mandiri melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka di sekolah dasar khususnya di SDIT Al-Muhajirin.


(71)

54

Jika dituangkan dalam sebuah bagan, maka pemikiran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Bagan 2. Kerangka berpikir

D. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian dikembangkan berdasarkan rumusan masalah dan digunakan sebagai rambu-rambu untuk memperoleh data penelitian. Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Apa saja nilai karakter mandiri yang ditanamkan untuk mewujudkan pendidikan karakter mandiri pada siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Muhajirin?

Masalah Karater

Masalah Karakter Kemandirian

Pendidikan Non Formal Pendidikan Formal

Gerakan Pramuka

Pendidikan Karakter Mandiri Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka


(72)

55

2. Bagaimana kegiatan latihan rutin dalam mewujudkan pendidikan karakter mandiri pada siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Muhajirin?

3. Bagaimana kegiatan kegiatan berkemah dalam mewujudkan pendidikan karakter mandiri pada siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Muhajirin?

4. Bagaimana kegiatan lomba tingkat dalam mewujudkan pendidikan karakter mandiri pada siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Muhajirin?

5. Bagaimana kegiatan jambore dalam mewujudkan pendidikan karakter mandiri pada siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Muhajirin? 6. Apa saja faktor internal yang mendukung dan menghambat

terwujudnya pendidikan karakter mandiri pada Siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Muhajirin?

7. Apa saja faktor eksternal yang mendukung dan menghambat terwujudnya pendidikan karakter mandiri pada Siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Muhajirin?


(1)

383 Lampiran 11. Surat Ijin Penelitian dari FIP UNY


(2)

384

Lampiran 12. Surat Rekomendasi Penelitian dari Kantor Kesatuan Bangsa Daerah Istimewa Yogyakarta.


(3)

385


(4)

(5)

387


(6)

388