tentang karakteristik responden dan anak tungrahita dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.1.1 berikut:
Tabel 5.1.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden yang memiliki anak tunagrahita di YPAC Medan n=33 orang
No. Data Frekuensi
n Persentase
1 Usia Responden
17-25 tahun 6
18,2 26-35 tahun
2 6,1
36-45 tahun 12
36,4 46-55 tahun
7 21,2
56-65 tahun 5
15,2 65 tahun keatas
1 3,0
2 Jenis Kelamin Responden
Perempuan 30
90,9 laki-laki
3 9,1
3 Suku
Batak 15
45,5 Jawa
12 36,4
Nias 1
3,0 Dll
5 15,2
4 Tingkat Pendidikan terakhir
SD 3
9,1 SMP
4 12,1
SMA 16
48,5 Perguruan Tinggi
10 30,3
5 Pekerjaan
PNS 2
6,1 Wiraswasta
8 24,2
Pegawai Swasta 4
12,1 Dll Ibu RT, Mahasiswa, Notaris
19 57,6
6 Penghasilan sebulan
Rp. 1.851.500,- 8
24,2 Rp. 1.851.500,-
25 75,8
7 Jenis Ketunagrahitaan Anak
Ringan 17
51,5 Sedang
16 48,5
5.1.2 Pola Asuh Keluarga yang Memiliki Anak Tunagrahita di YPAC Medan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas keluarga menerapkan pola asuh yang demokratif sebanyak 28 orang 84,85.
Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.1.2.1 dan 5.1.2.2 berikut: Tabel 5.1.2. Pola Asuh Responden yang Memiliki Anak Tunagrahita di YPAC
Medan n=33 orang. Kategori Pola Asuh
Frekuensi Persentase
Demoktaif 28
84,8 Permisif
3 9,1
Otoriter 2
6,1
Tabel 5.1.3 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden yang menerapkan pola asuh demokratif n=28
No. Data Frekuensi
n Persentase
1 Usia Responden
17-25 tahun 6
21,4 26-35 tahun
2 7,1
36-45 tahun 8
28,6 46-55 tahun
7 25,0
56-65 tahun 5
17,9 65 tahun keatas
- -
2 Jenis Kelamin Responden
Perempuan 25
89,3 laki-laki
3 10,7
3 Suku
Batak 12
42,9 Jawa
10 36,4
Nias 1
3,0 Dll
5 15,2
4 Tingkat Pendidikan terakhir
SD 3
10,7 SMP
3 10,7
SMA 14
50,0 Perguruan Tinggi
8 28,6
5 Pekerjaan
PNS 2
7,1 Wiraswasta
6 21,4
Pegawai Swasta 3
10,7 Dll Ibu RT, Mahasiswa, Notaris
17 60,7
6 Penghasilan sebulan
Rp. 1.851.500,- 6
21,4 Rp. 1.851.500,-
22 78,6
7 Jenis Ketunagrahitaan Anak
Ringan 17
57,1 Sedang
16 42,9
Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden dengan pola asuh demokratif paling banyak dengan usia 36-45 sebanyak 8 orang 28,6, dengan
jenis kelamin reponden yang mayoritas adalah perempuan 25 orang 89,3, suku responden paling banyak berasal dari suku Batak yaitu sebanyak 12 orang
42,9 dengan tingkat pendidikan pada umumnya adalah setingkat SMA yaitu sebanyak 14 orang 50,0, status pekerjaan paling dominan adalah item dll yang
terdiri dari Ibu Rumah Tangga, Mahasiswa, Notaris sebanyak 17 orang 60,7, penghasilan keluarga mayoritas diatas Rp. 1.851.500,- perbulan yaitu sebanyak
22 keluarga 78,6, dan karakteristik tingkat ketunagrahitaan yang paling banyak yaitu tingkat ringan sebanyak 16 orang 57,1.
Tabel 5.1.4 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden yang menerapkan pola asuh permisif n=3
No. Data Frekuensi
n Persentase
1 Usia Responden
17-25 tahun -
- 26-35 tahun
- -
36-45 tahun 2
66,7 46-55 tahun
- -
56-65 tahun -
- 65 tahun keatas
1 33,3
2 Jenis Kelamin Responden
Perempuan 3
100 laki-laki
- -
3 Suku
Batak 2
66,7 Jawa
1 33,3
Nias -
- Dll
- -
4 Tingkat Pendidikan terakhir
SD -
- SMP
1 33,3
SMA 1
33,3 Perguruan Tinggi
1 33,3
5 Pekerjaan
PNS -
- Wiraswasta
1 33,3
Pegawai Swasta -
- Dll Ibu RT, Mahasiswa, Notaris
2 66,7
6 Penghasilan sebulan
Rp. 1.851.500,- 1
33,3 Rp. 1.851.500,-
2 66,7
7 Jenis Ketunagrahitaan Anak
Ringan 1
33,3 Sedang
2 66,7
Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden dengan pola asuh permisif paling banyak dengan usia 36-45 sebanyak 2 orang 66,7, dengan jenis
kelamin reponden yang mayoritas adalah perempuan 3 orang 100, suku responden paling banyak berasal dari suku Batak yaitu sebanyak 2 orang 66,7
dengan tingkat pendidikan pada umumnya adalah setingkat SD, SMP dan SMA yaitu masing-masing sebanyak 1 orang 33,3, status pekerjaan paling dominan
adalah item dll yang terdiri dari Ibu Rumah Tangga, Mahasiswa, Notaris sebanyak 2 orang 66,7, penghasilan keluarga mayoritas diatas Rp. 1.851.500,-
perbulan yaitu sebanyak 2 keluarga 66,7, dan karakteristik tingkat ketunagrahitaan yang paling banyak yaitu tingkat sedang sebanyak 2 orang
66,7.
Tabel 5.1.5 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden yang menerapkan pola asuh otoriter n=2
No. Data Frekuensi
n Persentase
1 Usia Responden
17-25 tahun -
- 26-35 tahun
- -
36-45 tahun 2
100 46-55 tahun
- -
56-65 tahun -
- 65 tahun keatas
- -
2 Jenis Kelamin Responden
Perempuan 2
100 laki-laki
- -
3 Suku
Batak 1
50,0 Jawa
1 50,0
Nias -
- Dll
- -
4 Tingkat Pendidikan terakhir
SD -
- SMP
- -
SMA 1
50,0 Perguruan Tinggi
1 50,0
5 Pekerjaan
PNS -
- Wiraswasta
1 50,0
Pegawai Swasta 1
50,0 Dll Ibu RT, Mahasiswa, Notaris
- -
6 Penghasilan sebulan
Rp. 1.851.500,- 1
50,0 Rp. 1.851.500,-
1 50,0
7 Jenis Ketunagrahitaan Anak
Ringan -
- Sedang
2 100
Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden dengan pola asuh otoriter semua berada pada rentang usia 36-45 sebanyak 2 orang, dengan jenis
kelamin reponden yang semua adalah perempuan 2 orang, suku responden paling banyak berasal dari suku Batak dan Jawa yaitu masig-masing sebanyak 1
orang 50 dengan tingkat pendidikan pada umumnya adalah setingkat SMA dan Perguruan Tinggi yaitu masing-masing sebanyak 1 orang 50, status
pekerjaan pada umumnya wiraswasta dan pegawai swasta yaitu masing-masing sebanyak 1 orang 50, penghasilan keluarga pada umunya di atas dan di bawah
UMR Rp. 1851.500,- yaitu masing-masing 1 orang 50, dan semua keluarga yang menerapkan pola asuh otoriter memiliki jenis ketunagrahitaan sedang.
Tabel 5.1.6. Distribusi frekuensi dan persentase pola asuh orang keluarga yang memiliki anak tunagrahita berdasarkan pernyataan pola asuh demokratif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga yang menerapkan pola asuh demokratif kadang-kadangsering atau selalu mendampingi anak ketika
bersosialisasi dengan anak-anak lainnya sebanyak 27,3, keluarga sering No.
Pernyataan Jawaban Responden
Tidak Pernah Kadang-
kadang Sering
Selalu F
F F
F 1
Keluarga selalu mendampingi anak saat bersosialisasi dengan
anak-anak lainnya 6
18,2 9
27,3 9
27,3 9
27,3 2
Keluarga selalu memperhatikan perkembangan yang terjadi pada
anak 2
6,1 9
27,3 22 66,7 -
- 3
Keluarg aselalu terlibat langsung dalam perawatan diri anak
3 9,1
9 27,3
8 24,2 13 39,4
4 Keluarga akan dengan sabar pada
anak apabila ia melakukan kesalahan
9 27,3
6 18,2 18 54,5
- -
5 Keluarga selalu mengawasi anak
ketika bermain dengan teman- temannya
1 3,0
12 36,4 8
24,2 12 36,4 6
Keluarga selalu bermusyawarah tentang setiap sikap perkembangan
anak 1
3,0 7
21,2 7
21,2 18 54,5 7
Keluarga ikut mengarahkan apabila anak melakukan
kesalahan 1
3,0 2
6,1 14 42,4 16 48,5
memperhatikan perkembangan yang terjadi pada anak sebanyak 66,7, keluarga selalu terlibat langsung pada perawatan diri anak sebanyak 39,4, keluarga
dengan sabar pada anak apabila melakukan kesalahan sebanyak 54,5, keluarga kadang-kadang atau selalu mengawasi anak ketika bermain dengan temannya
sebanyak 36,4, keluarga selalu bermusyawarah tentang setiap sikap perkembangan anak sebanyak 54,5 dan sebanyak 48,5 keluarga selalu ikut
mengarahkan apabila anak melakukan kesalahan.
Tabel 5.1.7. Distribusi frekuensi dan persentase pola asuh orang keluarga yang memiliki anak tunagrahita berdasarkan pernyataan pola asuh permisif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga yang menerapkan pola asuh permisif sering tidak membimbing anak ketika ia memperoleh hal-hal baru dari
No. Pernyataan
Jawaban Responden Tidak Pernah
Kadang- kadang
Sering Selalu
F F
F F
1 Keluarga tidak membimbing
anak ketika ia memperoleh hal-hal baru dari sekolahnya
4 12,1 11 33,3 18 54,5
- -
2 Keluarga lebih sering berada di
luar rumah dengan berbagai kegiatan yang dikerjakan daripada
mengurus anak
18 54,5 10 30,3
3 9,1
2 6,1
3 Keluarga mempercayakan
perkembangan anak pada guru yang mengajarnya
2 6,1
10 30,3 7
21,2 14 42,4 4
Keluarga membiarkan anak saat ia melakukan sesuatu yang
melukai dirinya
30 90,9
2 6,1
1 3,0
- -
5 Keluarga tidak pernah membatasi
sampai jam berapa anak bermain 20
60,6 9
27,3 1
3,0 3
9,1 6
Keluarga selalu membiarkan apabila anak bersikap berontak
25 75,8
7 21,2
1 3,0
- -
7 Keluarga tidak membimbing anak
ketika ia sedang bermain dengan teman-temannya
19 57,6 `10 30,3
3 9,1
1 3,0
sekolahnya sebanyak 54,5, keluarga tidak pernah lebih sering berada di luar rumah daripada mengurus anak sebanyak 54,5, keluarga kadang- kadang
mempercayakan perkembangan anak pada guru yang mengajarnya, keluarga tidak pernah membiarkan anak saat ia melukai dirinya sebanyak 90,9, keluarga selalu
membatasi sampai jam berapa anak bermain sebanyak 60,6, keluarga tidak pernah membiarkan anak ketika ia berontak sebanyak 75,8 dan sebanyak 57,6
keluarga selalu membimbing anak ketika ia sedang bermain dengan teman- temannya.
Tabel 5.1.8. Distribusi frekuensi dan persentase pola asuh keluarga yang memiliki anak tunagrahita berdasarkan pernyataan pola asuh otoriter
Hasil penelitian menunjukan bahwa keluarga yang menerapkan pola asuh otoriter tidak pernah memberikan hukuman kepada anak apabila perilakunya
membuat kesal sebanyak 51,5, keluarga tidak pernah melarang untuk bermain No.
Pernyataan Jawaban Responden
Tidak Pernah Kadang-
kadang Sering
Selalu F
F F
F 1
Keluarga memberi hukuman kepada anak apabila perilakunya
membuat kesal 17
51,5 14 42,4 1
3 1
3 2
Keluarga melarang anak untuk bermain dengan anak normal
lainnya 21
63,6 9
27,3 3
9,1 -
- 3
Keluarga akan melontarkan kata- kata yang kasar yang menyakiti si
anak, apabila ia tidak berprilaku sesuai yang diajarkan
26 78,8
7 21,2
- -
- -
4 Keluarga memberi larangan
kepada anak apabila ia melakukan kesalahan dan keluarga tidak
memberikan alasan apapun terhadap anak
12 36,4 16 48,5
5 15,2
- -
5 Keluarga membiarkan anak tetap
bermain ketika jam istirahat siang 15
45,5 15 45,5 3
9,1 -
- 6
Keluarga memarahi anak ketika ia tidak sengaja merusak barang di
rumah 11
33,3 19 57,6 3
9,1 -
- 7
Keluarga selalu mengatur jadwal bermain anak setiap hari
11 33,3 13 39,4
2 6,1
7 21,2
dengan anak normal lainnya sebanyak 63,6, keluarga tidak pernah melontarkan kata-kata kasar yang menyaiti si aanak apabila ia tidak berperilaku dengan sesuai
yang diajarkan sebanyak 78,8, keluarga kadang-kadang memberikan larangan kepada anak apabila membuat kesalahan dan tidak memberikan alasan apapun
sebanyak 48,5, keluarga tidak pernah atau kadang membiarkan anak tetap bermain ketika jam istirahat siang sebanyak 45,5, keluarga kadang-kadang
memarahi anak ketika tidak sengaja merusak barang di rumah sebanyak 57,6, dan sebanyak 39,4 keluarga kadang-kadang mengatur jadwal bermain anak
setiap hari.
5.2. Pembahasan Pola Asuh Keluarga yang Memiliki Anak Tunagrahita
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pola asuh keluarga yang memiliki anak tunagrahita menerapkan pola asuh demokratif sebanyak 28
responden 84,8. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa pola asuh demokratis lebih kondusif daripada pola asuh otoriter dan permisif terhadap
perkembangan kognitif, keberhasilanprestasi akademik dan juga kemampuan psikososial Nurul, 2011.
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas rentang usia 36-45 tahun, dimana pada rentang usia tersebut sudah dewasa untuk hal berpikir dan berperilaku dalam
mengasuh dan merawat anak. Hal ini didukung oleh penelitian Afriani, dkk 2012 dalam Yusuf 2013 yang menyatakan bahwa semakin bertambah umur semakin
bertambah pula pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki mengenai perilaku yang sesuai untuk mendidik anak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebahagian besar keluarga yang menerapkan pola asuh demokratif memiliki latar belakang pendidikan rata-rata
SMA sebanyak 14 orang 50. Peneliti mengasumsikan bahwa pendidikan SMA merupakan jenjang pendidikan yg formal dimana seseorang telah dilatih belajar
secara mandiri untuk mendapatkan informasi dari luar untuk menyelesaikan tugas- tugas pelajaran seperti artikel, makalah dan media cetak lainnya. Sejalan dengan
penelitian Suci, dkk 2011 di SLB-C Sumber Dharma Malang menyatakan bahwa proses formal yang ditempuh melalui pendidikan yang tinggi dalam
praktek pola asuhnya tampak lebih sering membaca artikel maupun mengikuti kemajuan mengenai perkembangan dalam mengasuh anak mereka.
Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas keluarga yang menerapkan pola asuh demokratif berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 25 orang
89,3 dan karakteristik pekerjaan paling banyak pada item dll ibu rumah tangga, mahasiswa, notaris sebanyak 17 orang 60,7 dengan mayoritas adalah
ibu rumah tangga. Perempuan mempunyai status sebagai ibu rumah tangga dan melaksanakan semua pekerjaan yang berkaitan dengan rumah tangga seperti
merawat, mendidik dan mengasuh anak. Hal ini sejalan dengan penelitian Yanti 2011 menyatakan bahwa pekerjaan adalah salah satu faktor yang
memperngaruhi pembentukan pola asuh, orang tua yang tidak atau kurang memperhatikan pendidikan anaknya dikarenakan terlalu sibuk dengan
pekerjaannya dapat mengakibatkan anak tidak atau kurang berhasil dalam belajarnya sehingga mendapatkan hasil yang kurang memuaskan dalam
belajarnya. Peneliti mengasumsikan bahwa keluarga yang menerapkan pola asuh