42
bekerja serta dapat mengetahui hasil kerja mereka Herman S, 2008: 115-116.
5. Manajemen Program Pelatihan
Menurut Sudjana dalam M. Kamil, 2010: 17-19, mengembangkan sepuluh langkah pengelolaan pelatihan sebagai berikut :
a. Rekuitmen peserta pelatihan.
b. Identifikasi kebutuhan belajar, sumber belajar, dan kemungkinan
hambatan. c.
Menentukan dan merumuskan tujuan. d.
Menyusun alat evaluasi dan evaluasi akhir. e.
Menyusun urutan kegiatan pelatihan. f.
Pelatihan untuk pelatihan. g.
Melaksanakan evaluasi bagi peserta. h.
Mengimplimentasikan pelatihan. i.
Evaluasi akhir. j.
Evaluasi program pelatihan.
6.Aspek Pelatihan
Aspek program pelatihan yang efektif diberikan oleh organisasi kepada peserta pelatihan menurut Rae dalam Herman S, 2008: 119 dapat diukur
melalui: a.
Isi pelatihan materi, yaitu apakah isi program pelatihan relevan sejalan dengan kebutuhan, dan apakah pelatihan tersebut sesuai dengan
keadaan masa kini.
43
b. Metode pelatihan, apakah metode pelatihan diberikan sesuai dengan
gaya belajar peserta diklat. c.
Sikap dan keteampilan instruktur, yaitu instruktur mempunyai sikap dan keterampilan penyampaian yang mendorong orang untuk belajar.
d. Lama waktu pelatihan, yaitu berapa lama waktu pemberian materi
pokok yang harus dipelajari dan seberapa cepat tempo penyampaian materi tersebut.
e. Fasilitas pelatihan, yaitu apakah tempat penyelenggaraan pelatihan
dapat dikendalikan oleh instruktur, apakah relevan dengan jenis pelatihan Menurut Sudjana dalam M.Kamil, 2010: 17-19.
7. Komponen-komponen Pelatihan
Aktivitas pelatihan tidak berlangsung dalam ruang hampa, melainkan senantiasa terkait dengan keinginan-keinginan atau rencana-rencana individu,
organisasi, atau masyarakat. Dalam kaitan ini, para ahli melihat pelatihan sebagai suatu sistem yang tidak mencakup tiga tahapan pokok, yaitu penilaian
kebutuhan pelatihan, pelaksanaan pelatihan, dan evaluasi pelatihan. Pelatihan kebutuhan need assessment pelatihan merupakan tahap paling
dalam penyelenggaraan pelatihan. Tahap ini berguna sebagai dasar bagi keseluruhan upaya pelatihan. Dari tahap inilah seluruh proses pelatihan akan
mengalir. Baik tahap pelaksana maupun tahap evaluasi sangat bergantung pada tahap ini. Jika penentuan kebutuhan pelatihan tidak akurat, maka arah pelatihan
akan menyimpang.
44
Kebutuhan-kebutuhan bagi pelatihan harus diperiksa, demikian pula sumber daya yang tersedia untuk pelatihan baik yang dari lingkungan
internalmaupun dari lingkungan eksternal. Pertimbangan mengenai siapa yang harus dilatih, jenis pelatihan apa, dan bagaimana pelatihan seperti itu akan
menguntungkan harus menjadi masukan dalam penilaian. Sasaran-sasaran pelatihan berasal dari penilaian. Selanjutnya sasaran-sasaran tersebut sangat
menentukan pengembangan program maupun evaluasi pelatihan. Berikutnya, pelaksanaan pelatihan adalah berupa implementasi program
pelatihan untuk memenuhi kebutuhan peserta pelatihan. Pada tahap ini program pelatihan dirancang dan disajikan. Program pelatihan ini harus berisi aktivitas-
aktivitas dan pengalaman belajar yang dapat memenuhi sasaran-sasaran pelatihan yang telah ditetapkan pada tahap penilaian kebutuhan pelatihan.
Akhirnya evaluasi pelatihan dilakukan untuk menegtahui dampak program pelatihan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan. Langkah
pertama dan evaluasi ini adalah menetapkan kriteria keberhasilan. Kriteria ini harus didasarkan pada sasaran awal pelatihan. Setelah kriteria dibuat, evaluasi
dapat dilakukan baik terhadap peserta maupun terhadap keseluruhan komponen program pelatihan. Lebih dari itu evaluasi juga harus menilai apakah proses
dan hasil belajar dapat ditransfer ke situasi kerja atau ke dunia kehidupan nyata.
Secara lebih komprehensif, dengan melihat pelatihan sebagai sebuah sistem. Sudjana mengemukakan komponen-komponen pelatihan sebagai
berikut.