11
dapat menyangkut masyarakat yang sangat luas, dan dapat pula hanya menyangkut sekelompok kecil orang. Dengan pengertian terhadap kata
‘masyarakat’ seperti itu, maka setiap kelompok orang yang karena tempat atau daerahnya, profesinya, hobinya, dan sebagainya, menggunakan bentuk bahasa
yang sama, serta mempunyai penilaian yang sama terhadap norma-norma pemakaian bahasa itu, mungkin membentuk suatu masyarakat tutur.
Kompleksnya suatu masyarakat tutur ditentukan oleh banyaknya dan luasnya variasi bahasa di dalam jaringan yang didasari oleh pengalaman dan sikap para
penutur di mana variasi itu berada. Lalu verbal repertoir suatu masyarakat tutur merupakan refleksi dari repertoir seluruh penuturnya sebagai anggota masyarakat
itu Fishman melalui Chaer dan Leonie Agustina, 2010: 38.
D. Bilingualisme
Kridalaksana 2008: 36 mengatakan bilingualisme adalah penggunaan dua bahasa atau lebih oleh seseorang atau oleh suatu masyarakat. Secara linguisitik,
bilingualisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian Mackey melalui Chaer
dan Leonie Agustina, 2010: 84. Untuk dapat menggunakan dua bahasa tentunya seseorang harus menguasai
kedua bahasa itu. Pertama, bahasa ibunya sendiri atau bahasa pertamanya, dan yang kedua adalah bahasa lain yang menjadi bahasa keduanya. Orang yang dapat
menggunakan kedua bahasa disebut orang yang bilingual, sedangkan kemampuan
12
untuk menggunakan dua bahasa disebut bilingualitas Chaer dan Leonie Agustina, 2010: 84-85.
Bloomfield melalui Chaer dan Leonie Agustina, 2010: 87 dalam bukunya yang terkenal Language, mengatakan bahwa bilingualisme adalah kemampuan
seorang penutur untuk menggunakan dua bahasa dengan sama baiknya. Di tempat lain Bloomfield juga mengatakan bahwa menguasai dua buah bahasa, berarti
menguasai dua buah sistem kode. Seorang pakar lain, Mackey melalui Chaer dan Leonie Agustina, 2010: 87 mengatakan dengan tegas bahwa bilingualisme adalah
praktik penggunaan bahasa secara bergantian, dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain, oleh seorang penutur.
Rahardi 2001: 16 mengatakan bilingualisme adalah penguasaan atas paling tidak dua bahasa, yakni bahasa pertama bahasa ibu dan bahasa kedua. Adapaun
yang dimaksu d dengan ‘menguasai’ yakni menguasai sampai pada keadaan yang
paling rendah kadarnya, bahkan dapat dikatakan baru sampai tahap mengenal saja. Artinya, bahwa kadar penguasaan bahasa yang bukan bahasa ibu, tidak pernah
akan dapat sama dengan kadar penguasaan bahasa pertamanya bahasa ibu.
E. Kode
Dalam KBBI Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 711, dijelaskan bahwa kode mempunyai arti sebagai:
1. Tanda kata-kata, tulisan yang disepakati untuk maksud tertentu.
2. Kumpulan peraturan yang bersistem, dan
3. Kumpulan prinsip yang bersistem.