37
klausa sebanyak 6, berwujud frasa sebanyak 3, dan berwujud antarkalimat sebanyak 2.
3. Faktor Penyebab Terjadinya Alih Kode dalam Interaksi Pedagang dan
Pembeli di Kawasan Kaki Lima Malioboro Yogyakarta
Sesuai dengan teori yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, alih kode dilakukan oleh penutur karena adanya faktor yang melatarbelakanginya. Faktor
penyebab terjadinya alih kode meliputi lima hal, yaitu 1 penutur, 2 lawan tutur, 3 adanya pihak ketiga, 4 perubahan situasi bicara, dan 5 perubahan topik
pembicaraan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ditemukan empat faktor penyebab terjadinya alih kode yang meliputi 1 penutur, 2 lawan tutur,
3 adanya pihak ketiga, dan 4 perubahan topik pembicaraan.
B. Pembahasan
Pada bagian ini akan diulas hal-hal yang berhubungan dengan alih kode yang terjadi dalam interaksi pedagang dan pembeli di kawasan kaki lima Malioboro
Yogyakarta, sesuai dengan rumusan masalah yang telah diangkat pada bab sebelumnya. Berikut ini akan dijabarkan secara mendalam hasil penelitian yang
telah diuraikan di atas.
38
1. Jenis Alih Kode dalam Interaksi Pedagang dan Pembeli di Kawasan
Kaki Lima Malioboro Yogyakarta a.
Alih Kode Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan sifatnya, alih kode yang ditemukan dalam penelitian ini berupa alih kode sementara dan alih kode permanen. Peristiwa alih kode sementara
terjadi antarbahasa Indonesia ke bahasa daerah ke bahasa Inonesia. Adapun bahasa daerah yang dimaksud meliputi bahasa Jawa, bahasa Minang dan bahasa
Sunda. Peristiwa alih kode permanen terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa.
1 Alih Kode Sementara
Alih kode sementara terjadi karena penutur melakukan peralihan kode bahasa yang sifatnya hanya sebentar atau terjadi tidak terus-menerus. Tuturan pada
awalnya menggunakan bahasa Indonesia dan beralih ke bahasa lain yang hanya bersifat sementara atau sebentar, kemudian beralih kembali ke bahasa awal. Jadi,
penggunaan kode kedua yang dilakukan penutur hanya sejenak yang kemudian akan beralih kembali ke bahasa awalnya.
Peristiwa alih kode sementara dalam interaksi pedagang dan pembeli di kawasan kaki lima Malioboro terjadi pada alih kode antarbahasa. Alih kode
antarbahasa yang dimaksud adalah alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa daerah ke bahasa Indonesia. Berikut ini akan diuraikan beberapa contoh data yang
termasuk dalam alih kode sementara.
39
1 Pembeli
: “Yang lain ini gak ada Mas? Yang lain.” Pedagang
: “Yang S?” Pembeli
: “Iya.” Pedagang
: “Nek waton mbukak, lunga tak kon nglipet.” Pembeli
: “Ini Mas satu Mas. Berapa?” Pedagang
: “Tigapuluh.” Pembeli
: “Gak boleh kurang Mas?” Pedagang
: “Harganya ini, semua katun kalau ini.” PT151-902-07-15
2 Pembeli
: “Iya?” Pedagang
: “Iya.” Pembeli
: “Ado aponya? Ada baterai tu? Baru?” Pedagang
: “Ado,,ado. Ado acara?” Pembeli
: “Anak wisuda di Jogja.” PT68-1301-09-15
Pada cuplikan data 1 ditemukan adanya alih kode sementara dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa ke bahasa Indonesia yang dilakukan oleh pedagang.
Pedagang beralih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa dengan maksud untuk menyindir pembeli. Pedagang jengkel karena pembeli dengan sengaja
membuka kaos dari kemasan tanpa izin kepada pedagang terlebih dahulu. Setelah beralih kode dalam bahasa Jawa, pedagang kemudian kembali menggunakan kode
awal yaitu bahasa Indonesia. Peristiwa alih kode sementara pada cuplikan data 1 ditandai dengan
ungkapan bahasa Jawa ‘nek waton mbukak, lunga tak kon nglipet’ ‘kalau asal buka, pergi saya suruh melipat’ yang dituturkan pedagang di tengah-tengah
tuturan untuk menyindir pembeli, kemudian pedagang kembali menggunakan bahasa Indonesia untuk melayani pembeli. Hal ini ditandai dengan pemakaian
kata ‘tigapuluh’ dan ungkapan ‘haraganya ini, semua katun kalau ini’.