Sosiolinguistik ALIH KODE DALAM INTERAKSI PEDAGANG DAN PEMBELI DI KAWASAN KAKI LIMA MALIOBORO YOGYAKARTA.

12 untuk menggunakan dua bahasa disebut bilingualitas Chaer dan Leonie Agustina, 2010: 84-85. Bloomfield melalui Chaer dan Leonie Agustina, 2010: 87 dalam bukunya yang terkenal Language, mengatakan bahwa bilingualisme adalah kemampuan seorang penutur untuk menggunakan dua bahasa dengan sama baiknya. Di tempat lain Bloomfield juga mengatakan bahwa menguasai dua buah bahasa, berarti menguasai dua buah sistem kode. Seorang pakar lain, Mackey melalui Chaer dan Leonie Agustina, 2010: 87 mengatakan dengan tegas bahwa bilingualisme adalah praktik penggunaan bahasa secara bergantian, dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain, oleh seorang penutur. Rahardi 2001: 16 mengatakan bilingualisme adalah penguasaan atas paling tidak dua bahasa, yakni bahasa pertama bahasa ibu dan bahasa kedua. Adapaun yang dimaksu d dengan ‘menguasai’ yakni menguasai sampai pada keadaan yang paling rendah kadarnya, bahkan dapat dikatakan baru sampai tahap mengenal saja. Artinya, bahwa kadar penguasaan bahasa yang bukan bahasa ibu, tidak pernah akan dapat sama dengan kadar penguasaan bahasa pertamanya bahasa ibu.

E. Kode

Dalam KBBI Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 711, dijelaskan bahwa kode mempunyai arti sebagai: 1. Tanda kata-kata, tulisan yang disepakati untuk maksud tertentu. 2. Kumpulan peraturan yang bersistem, dan 3. Kumpulan prinsip yang bersistem. 13 Dalam Kamus Linguistik Kridalaksana, 2008: 87, dijelaskan tentang pengertian kode sebagai: 1. Lambang atau sistem ungkapan yang dipakai untuk menggambarkan makna tertentu. 2. Sistem bahasa dalam suatu masyarakat, dan 3. Variasi tertentu dalam suatu bahasa. Kode dapat didefinisikan sebagai suatu sistem tutur yang penerapan unsur bahasanya mempunyai ciri khas sesuai dengan latar belakang penutur, relasi penutur dengan lawan bicara dan situasi tutur yang ada. Poedjosoedarmo 1982: 30 mengatakan kode merupakan suatu sistem tutur yang penerapan unsur bahasanya mempunyai ciri khas sesuai dengan latar belakang penutur dengan lawan tutur, dan situasi yang ada. Suwito 1985: 67 mengemukakan batasan yang tidak terlalu jauh dengan yang disampaikan tadi, yakni bahwa kode adalah salah satu varian di dalam hirarki kebahasaan yang dipakai dalam komunikasi. Dengan demikian dalam sebuah bahasa dapat terkandung beberapa buah kode yang merupakan varian dari bahasa itu. Wardhaugh melalui Rahardi, 2001: 22 mengemukakan bahwa kode itu memiliki sifat yang netral. Dikatakan netral karena kode itu tidak memiliki kecenderungan interpretasi yang menimbulkan emosi. Lebih lanjut dia juga mengatakan bahwa kode adalah semacam sistem yang dipakai oleh dua orang atau lebih untuk berkomunikasi. Penginterpretasian makna suatu kode hanya dapat dilakukan manakala konteks terjadinya kode itu sudah jelas kejatian atau identitasnya. Hal demikian sejalan dengan penafsiran makna suatu kalimat, kata, morfem dan sebagainya.