26 contact dan anal sex. Istilah laki-laki dan perempuan dalam homoseksual
atau gay lebih dikenal dengan top dan bottom, serta gay fire style yang bisa memposisikan sebagai top atau bottom.
5. Pendekatan dan Faktor-Faktor yang Menyebabkan Individu Menjadi Gay
Ada beberapa pendekatan dan faktor-faktor yang menyebabkan individu menjadi gay, pendekatan tersebut antara lain :
1. Pendekatan Psikologis Pendekatan
psikologis yang
menggambarkan terjadinya
homoseksual berfokus pada pelatihan dan sejarah seseorang dalam menemukan asal homoseksual. Pendekatan psikologis melihat
perkembangan perilaku homoseksual lebih sebagai produk dari dorongan sosial daripada bawaan lahir pada orang tertentu Carroll,
2010: 335, beberapa faktor penyebab dalam pendekatan ini antara lain: a. Ketidaknyamanan peran gender
Secara umum ditemukan bahwa pria gay lebih bersifat feminin daripada pria heteroseksual, sementara lesbian lebih
bersifat maskulin Bailey dalam Caroll, 2010: 338. Meskipun temuan ini berhubungan, yang berarti bahwa sifat cross gender
dan kemunculan homoseksualitas di kemudian hari berhubungan, tetapi tidak memiliki hubungan sebab akibat. Green Caroll, 2010:
338 menemukan bahwa anak laki-laki yang feminim atau sissy boy memakai pakaian lawan jenis, tertarik pada busana wanita,
bermain boneka, menghindari permainan kasar, berkeinginan menjadi perempuan, dan tidak ingin menjadi seperti ayahnya
sejak kecil. Tiga per empat dari mereka tumbuh menjadi
27 homoseksual atau biseksual, sedangkan hanya satu dari anak
laki-laki maskulin yang tumbuh menjadi biseksual. Menurut Zucker Caroll, 2010: 339, sissy boy tersebut juga cenderung dianianya,
ditolak, dan diabaikan oleh teman sebayanya, lebih lemah daripada anak laki-laki lainnya.
b.
Interaksi kelompok teman sebaya
Berdasarkan catatan bahwa dorongan seksual seseorang mulai berkembang pada masa remaja, Storm Caroll, 2010: 324,
berpendapat bahwa orangorang yang tumbuh lebih cepat mulai tertarik secara seksual sebelum mereka mengalami kontak yang
signifikan dengan lawan jenis. Karena pacaran biasanya dimulai pada usia sekitar 15 tahun, anak laki-laki yang dewasa pada usia
12 tahun masih bermain dan berinteraksi secara umum dengan kelompok dari jenis kelamin yang sama, sehingga kemungkinan
perasaan erotis yang muncul berfokus pada anak laki-laki juga. Teori ini didukung oleh fakta bahwa homoseksual cenderung
melaporkan kontak seksual yang lebih cepat dibandingkan heteroseksual. Selain itu, dorongan seksual pria biasa muncul
lebih cepat daripada wanita. 2. Pendekatan Psikoanalitis
Sandor Rado Caroll, 2010: 437, mengatakan bahwa manusia tidak biseksual secara lahiriah dan homoseksualitas adalah keadaan
psikopatologis – penyakit mental. Pandangan inilah bukan pandangan
Freud yang kemudian menjadi standar bagi profesi psikiater hingga tahun 1970-an. Beiber Carroll, 2010:437, mengemukakan bahwa
28 semua anak laki-laki memiliki ketertarikan erotik yang normal terhadap
wanita. Akan tetapi, beberapa anak laki-laki memiliki ibu posesif yang terlalu dekat dan juga terlalu intim. Sebaliknya, ayah mereka tidak
bersahabat atau absen, kurangnya kasih sayang dari ayah menyebabkan anak laki-laki mencari kasih sayang dari laki-laki lain.
Untuk lesbian, para teoritikus percaya bahwa kurangnya kasih sayang dari ibu menyebabkan anak perempuan mencari kasih sayang dari
wanita lainnya.
3. Pendekatan Behavioural