10
beberapa indikator. Aspek kognitif dibagi menjadi indikator pengetahuan dan interpretasi pemahaman. Aspek emotif dibagi menjadi indikator
penghargaan, ketertarikan, dan kesadaran akan perlunya pelestarian ebeg. Sedangkan aspek evaluasi dibagi menjadi indikator penilaian dan harapan
masyarakat bagi kesenian ebeg. Kesenian akan selalu dibutuhkan masyarakat, baik disadari
maupun tidak. Begitu pula sebaliknya, kesenian tidak akan bertahan tanpa adanya dukungan serta apresiasi dari masyarakat. Masyarakat dengan
apresiasinya adalah sebuah tolak ukur bagi suatu hasil karya seni. Tolak ukur yang dimaksud adalah semakin banyak masyarakat yang
menyaksikan maupun menikmati suatu karya seni, berarti kesenian tersebut masih diminati masyarakat, begitu pula sebaliknya. Masyarakat
juga sebagai komentator sekaligus motivator bagi pelaku seni karena dari semua masukan yang diberikan akan mendorong para pelaku seni untuk
terus berfikir kreatif guna mengembangkan kesenian itu sendiri.
D. Kesenian Tradisional
Kesenian tradisional merupakan kesenian yang lahir, tumbuh dan berkembang dari budaya masyarakat. Kesenian tradisional biasanya
berlatar belakang dari tradisi serta mengandung nilai serta norma kehidupan masyarakat penciptanya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Koentjaraningrat bahwa salah satu unsur dari kebudayaan adalah seni 1990: 203. Lebih lanjut Koentjaraningrat menjelaskan bahwa kesenian
adalah sesuatu yang kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-
11
norma, dan peraturan kompleks aktivitas dan tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat dan biasanya berwujud benda-benda hasil
manusia 1990: 203. Kesenian tradisional bukan hanya hidup dan berkembang serta
harus didukung oleh masyarakatnya, lebih jauh seni bersifat sakral religius sampai profan serta sarana ungkapan kejiwaan yang estetis Merriam dkk,
1995. Berbeda dengan kesenian tradisional yang banyak mengandung
nilai dan pesan moral, hasil karya seni pascamodern menurut Sutrisno 2005: 361 terlalu bebas dan kurang mengandung nilai estetis
sebagaimana dikemukakan berikut ini : “terkesan “main-main”, terpecah, seringkali menggunakan
pastiche dan mereplikasi, merayakan sisi irasional dan terkadang juga membuka ruang seluas-luasnya untuk tafsir tanpa perlu
menjadi
seorang pakar
terlebih dulu
dibidang seni.
…………………………………………………………………….. Selain itu, hasil karya cenderung mengejek, ironis, serta
menantang praktek dan konsep estetika yang sudah mapan seperti
kepengarangan authorship dan nilai dari seni.” Dahulu bangsa barat menganggap bahwa kesenian tradisional yang
lahir dan berkembang diluar bangsa Eropa merupakan kesenian yang primitif. Namun dalam perkembangannya pada penelitian yang lebih
lanjut, ternyata seni ini adalah jenis kesenian yang menyimpan ide, bersifat kompleks, memiliki teknik serta bentuk yang khas, penuh khayali,
dan memiliki makna simbolik Ensiklopedia Nasional Indonesia, 8: 436.