Apresiasi Masyarakat Kesenian Tradisional

12

E. Ebeg

Ebeg merupakan sebutan untuk kesenian tradisional jarananjaran kepang. Anyaman bambu yang dibentuk menyerupai jarankuda merupakan properti utama yang menjadikan kesenian tradisional ini berbeda. Penggunaan nama ebeg merujuk pada asal katanya yang dalam Kamus Jawa-Indonesia disebut èblèg, eblèk yang berarti sasak; anyaman bambu 2003: 59. Kesenian ini telah tersebar di berbagai penjuru Nusatara, dengan berbagai kemiripan sekaligus perbedaannya. Penyebutan kesenian ebeg ini juga berbeda- beda disetiap daerahnya. Daerah Cilacap, Kebumen, Banyumas, dan Purwokerto sering menyebutnya dengan ebeg. Masyarakat Yogyakarta secara umum menyebutnya dengan jathilan, Ogleg di Bantul, Incling di Kulonprogo, Reog di Blora, Jaranan Pitikwalik di Magelang, Jelantur di Boyolali, dan sebagainya Sutiyono, 2009: 117. Selain memiliki nama yang berbeda-beda, sejarah keberadaan ebeg ditiap daerah juga berbeda-beda. Di kabupaten Cilacap terdapat dua versi. Ada yang menyebutkan bahwa kesenian ebeg sudah mulai berkembang sejak abad ke-19 yang berfungsi sebagai tarian sakral dalam upacara keagamaan dan kemudian setelah peristiwa kemerdekaan mulai dibumbui dengan unsur-unsur magis Haryanto dkk, 2012. Pendapat lain menyebutkan ebeg sudah ada sejak jaman Pangeran Diponegoro hidup dan merupakan dukungan rakyat jelata untuk memberi semangat bagi para 13 pejuang yang menuju medan perang melawan bangsa penjajah Effendi, 2015. Masyarakat desa Karanganyar kemungkinan besar telah mengenal ebeg sejak lama. Tetapi pada sekitar tahun 1985 baru didirikan paguyuban ebeg pertama di desa ini, yaitu ketika pak Jarum datang dan kemudian menetap bersama istrinya. Kecintaan Pak Jarum pada kesenian tradisional membuatnya terdorong untuk mendirikan paguyuban ebeg ini meskipun penghasilannya tidak seberapa karena harus dibagi dengan sekian banyak orang. Gambar 1. Kesenian Tradisional Ebeg dok: Maria, Mei 2015

F. Penelitian Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah : Sifa Yuliasih dalam Eksistensi Kesenian Rebana di Tengah Perkembangan Musik Modern di Kabupaten Magelang Tinjauan Sejarah 14 2012. Penelitian ini berisi tentang deskripsi sejarah kesenian rebana, perkembangan serta eksistensinya di tengah perkembangan musik modern. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kesenian rebana tidak hanya sebagai pengiring upaca keagamaan namun sudah berkembang sebagai sarana hiburan bahkan dikomersilkan. Selain itu banyak terdapat penambahan alat-alat musik sesuai dengan kreasi masing-masing grup dalam mengembangkan kesenian ini. Eriska Dwi Retnowati 2013 skripsi Pendidikan Seni Tari Fakultas Bahasa dan Seni UNY dalam Eksistensi Kesenian Gejog Lesung Sentung Lestari di Dusun Nangsri, Desa Srihardono, Pundong, Bantul. Kesenian Gejog Lesung mula-mula hanya berupa musik kothekan dari alat penumbuk padi yaitu lesung dengan tembang jawa. Setelah kehadiran bapak S. Kadilan, keterampilan menabuh lesung masyarakat dikembangkan untuk mengiringi sebuah tarian sederhana, tembang, busana, bahkan untuk mengiringi senam irama atau senam pinggul. Kemudian bimbingan lebih lanjut oleh Didik Nini Thowok mengembangkan kesenian ini dari segi tarian yaitu tarian kreasi baru namun tetap berpijak pada gerak dasar yang sudah ada sebelumnya. Tidak hanya mengembangkan tarian menjadi lebih variatif, Didik Nini Thowok juga menambahkan tata rias dan busana serta properti seperti tenggok, tampah, kendhi, dan caping agar kesenian ini tidak hanya ditampilkan pada saat tertentu tapi juga bisa menyentuh panggung pertunjukan. 15 Deka Bagus Prabowo dalam Respon Masyarakat Perkotaan Terhadap Musik Tradisional Gendang Beleq dalam Upacara Adat Nyongkolan di Lombok Barat – NTB 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripskan respon masyarakat kota Lombok terhadap musik Gendang Beleq dalam upacara adat Nyongkolan. Hasil penelitian menunjukan bahwa masyarakat kota Lombok mempunyai respon yang cukup baik yaitu 35,1 dalam kategori baik, 63,5 dalam kategori cukup dan 1,4 masyarakat dalam kategori kurang. Berdasarkan ketiga penelitian tersebut, relevansinya dengan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan dalam kesenian tradisional sehingga membuatnya tetap ada hingga sekarang. Selain itu dukungan masyarakat juga mempunyai pengaruh penting dalam keberlangsungan suatu hasil seni.

G. Pertanyaan Penelitian

Selain ingin mengetahui perkembangan yang terjadi pada kesenian ebeg, peneliti juga ingin mengetahui bagaimana tingkat apresiasi masyarakat terhadap kesenian ini. Hal ini penting karena perkembangan kesenian tradisional tanpa dibarengi apresiasi positif dari masyarakat tentu akan menjadi sia-sia. Maka, pertanyaan penelitian ini adalah: 1. “Bagaimana perkembangan kesenian tradisional ebeg di desa Karanganyar, kecamatan Adipala, kabupaten Cilacap, Jawa Tengah?” 2. “Bagaimana apresiasi masyarakat desa Karanganyar terhadap perkembangan kesenian tradisio nal ebeg?”.