58
dalam kategori rendah. Hasil tersebut dapat diamati dengan jelas dalam diagram berikut:
Gambar 30. Indikator pengetahuan masyarakat
Gambar 31. Indikator interpretasi masyarakat
92 213
12 50
100 150
200 250
Sangat Tinggi
Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Sangat Tinggi Tinggi
Sedang Rendah
Sangat Rendah
3 101
212
1 50
100 150
200 250
Sangat Tinggi
Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Sangat Tinggi Tinggi
Sedang Rendah
Sangat Rendah
59
Gambar 32. Aspek Kognitif masyarakat
Untuk indikator penghargaan hasil yang diperoleh adalah 23 atau 7,3 responden dalam kategori sangat tinggi, 240 atau 75,7 responden
dalam kategori tinggi, 52 atau 16,4 responden dalam kategori sedang dan 2 atau 0,6 responden dalam kategori rendah. Hasil dari indikator
minat adalah 34 atau 10,7 responden dalam kategori sangat tinggi, 255 atau 80,4 responden dalam kategori tinggi, dan 28 atau 8,8 responden
dalam kategori sedang. Kemudian hasil untuk indikator ketiga yaitu kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian ebeg yaitu 172 atau
54,3 responden dalam kategori sangat tinggi, 139 atau 43,8 responden dalam kategori tinggi, dan 6 atau 1,9 responden dalam kategori sedang.
Maka hasil pengolahan data untuk aspek emotif adalah 22 atau 6,9 responden dalam kategori sangat tinggi, 273 atau 86,1 responden dalam
kategori tinggi, dan 22 atau 6,9 responden dalam kategori sedang.
9 236
71 1
50 100
150 200
250
Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat
Rendah Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat Rendah
60
Berikut adalah diagram untuk indikator penghargaan, minat, kesadaran, dan aspek emotif secara keseluruhan:
Gambar 33. Indikator penghargaan masyarakat
Gambar 34. Indikator minat masyarakat
23 240
52 2
50 100
150 200
250 300
Sangat Tinggi
Tinggi Sedang Rendah Sangat
Rendah Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat Rendah
34 255
28 50
100 150
200 250
300
Sangat Tinggi
Tinggi Sedang Rendah
Sangat Rendah
Sangat Tinggi Tinggi
Sedang Rendah
Sangat Rendah
61
Gambar 35. Indikator kesadaran masyarakat
Gambar 36. Aspek emotif masyarakat
Aspek evaluasi dengan indikator penilaian hasilnya yaitu 2 atau 0,6 responden dalam kategori sangat tinggi, 171 atau 53,9 responden
dalam kategori tinggi, 143 atau 45,1 responden dalam kategori sedang, dan 1 atau 0,3 responden dalam kategori rendah. Kemudian 75 atau
23,7 responden dalam kategori sangat tinggi, 223 atau 70,3 responden
172 139
6 50
100 150
200
Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat
Rendah Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat Rendah
22 273
22 50
100 150
200 250
300
Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat
Rendah Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat Rendah
62
dalam kategori tinggi, dan 19 atau 6,0 responden dalam kategori sedang untuk indikator harapan. Jadi, hasil untuk aspek evaluasi adalah 3 atau
0,9 responden dalam kategori sangat tinggi, 216 atau 68,1 responden dalam kategori tinggi, dan 98 atau 30,9 responden dalam kategori
sedang. Berikut adalah diagram untuk indikator penilaian, harapan dan aspek evaluasi:
Gambar 37. Indikator penilaian masyarakat
Gambar 38. Indikator harapan masyarakat
2 171
143 1
50 100
150 200
Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat
Rendah Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat Rendah
75 223
19 50
100 150
200 250
Sangat Tinggi
Tinggi Sedang Rendah Sangat
Rendah Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat Rendah
63
Gambar 39. Aspek evaluasi masyarakat
C. Pembahasan
Kesenian tradisional merupakan kesenian yang lahir dari budaya masyarakat, maka sudah sepantasnya dekat dengan rakyat. Hal ini pula
yang terjadi di desa Karanganyar. Meski bukan kesenian asli desa Karanganyar, namun kesenian ini telah menjadi bagian kehidupan
masyarakat sejak lama. Kesenian ebeg yang mengalami perkembangan secara drastis
telah menunjukan keeksisannya. Masyarakat masih tetap setia menonton dan mengadakan pertunjukan ebeg, terutama ketika sedang mempunyai
hajatan seperti pernikahan, khitanan, maupun acara syukuran. Bukan hanya sebagai pemenuhan hiburan semata, namun juga sebagai penggerak
massa dan sarana untuk bersosialisasi.
3 216
98 50
100 150
200 250
Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat
Rendah Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat Rendah
64
Hasil analisis kuesioner menunjukkan bahwa 93,4 masyarakat desa Karanganyar memiliki apresiasi yang tinggi terhadap pertunjukan
ebeg. Dengan berbagai syarat aspek dan indikator apresiasi yang rumit, masyarakat yang sebenarnya mempunyai tingkat pendidikan menengah ini
ternyata benar-benar
mencintai dan
ingin mempertahankan
keberlangsungan kesenian tradisional ebeg. Berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Cilacap, pada sekitar tahun 2009 ada kurang dari 50 grup ebeg dan terus bertambah mencapai angka ±120 grup ebeg pada tahun 2014.
Hal ini menunjukan bahwa ebeg masih begitu diminati dan dicintai masyarakat, persis seperti
pendapat pak Djarmo yaitu “kenapa jumlahnya grup jadi 120an itu kan otomatis karena masyarakat banyak yang
nanggap ”.
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa sebuah kesenian tentu tidak akan bertahan tanpa adanya apresiasi masyarakat
serta dukungan dari pemerintah. Pemerintah desa Karanganyar serta Pemda kabupaten Cilacap juga menyadari hal ini. Pemda melalui Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan sering mengadakan pelatihan kepada seniman ebeg serta melibatkan kesenian ini dalam hari jadi kabupaten misalnya.
Hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Pak Djarmo, salah satu pegawai Disbudpar Cilacap yaitu “Satu, kami mengadakan kegiatan itu,
otomatis jadi mereka banyak wawasan karena saya mengundang narasumber. Narasumber dari Solo dari dosen ISI pun tidak untuk
65
mengubah gerak, justru menambah”. Selain mengadakan pelatihan bagi para seniman-seniman ebeg, pemerintah juga sering mengadakan lomba
ebeg, baik tingkat Kabupaten Cilacap maupun Karisidenan Banyumas. Pemerintah menetapkan bahwa grup yang telah berhasil meraih juara satu
dalam perlombaan tidak diperkenankan untuk mengikuti perlombaan lagi karena ingin memberi kesempatan pada grup lain agar lebih termotivasi
dalam kreasinya mengembangkan ebeg. Perkembangan merupakan salah satu bentuk pertahanan diri, dan
bagaimanapun juga memang harus terjadi. Pelaku seni ebeg telah berhasil mengembangkan ebeg menjadi sedemikian rupa tanpa meninggalkan nilai
asli ebeg. Namun perkembangan tanpa dukungan dari luar yaitu apresiasi masyarakat serta dukungan pemerintah dalam melestarikan warisan
budaya adalah sia-sia, dan keduanya saling mendukung satu sama lain. Kemudian, dampak dari perkembangan ini adalah kesenian ebeg yang
masih tetap eksis dan dicintai masyarakat.
66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa eksistensi kesenian ebeg dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari dalam yang berupa
perkembangan dan dari luar yang merupakan apresiasi masyarakat pendukungnya.
1. Perkembangan a. Bentuk pertunjukan ebeg telah dibagi menjadi tiga balad. Balad pertama
sajiannya sama seperti pertunjukan ebeg mula-mula, balad kedua merupakan ajang kreatifitas pelaku seni dalam menampilkan pertunjukan
ebeg yang di dalamnya bisa diisi seperti sendra tari dan dagelan, dan balad ketiga merupakan sesi puncak yaitu saat wayang dan beberapa
penonton mengalami mendem. b. Alat musik yang digunakan sebagai pengiring sudah jauh berkembang.
Bukan hanya campur dan slompret tapi sudah dikembangkan dengan tambahan instrumen gamelan lain seperti gong, saron, demung, kendang,
kendang jaipong, ketipung, bass drum, snare, cymbal, dan juga penambahan sinden.
c. Lagu-lagu Banyumasan masih tetap dimainkan namun juga bisa ditambah dengan lagu-lagu campursari maupun dangdut disesuaikan
dengan permintaan penonton.