a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sistesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi Nana Sudjana,
2013: 22. Ranah kognitif ini disusun menjadi beberapa jenjang kemampuan. Nana
Sudjana 2013: 23 mengemukakan bahwa ada enam jenjang dalam ranah kognitif, yakni 1 Pengetahuan, 2 Pemahaman, 3 Aplikasi, 4 Analisis, 5
Sintesis, 6 Evaluasi. Berikut adalah penjelasan dari keenam jenjang tersebut.
1 Pengetahuan, merupakan jenjang kemampuan yang paling rendah. Pada jenjang ini, siswa dituntut untuk menghafal, mengingat, dan mengulang
kembali suatu konsep, prinsip, fakta dan istilah tanpa harus tau cara menggunakannya. Jenjang atau tingkatan ini menjadi prasyarat bagi tipe
hasil belajar berikutnya, karena hafal merupakan prasyarat untuk paham. 2 Pemahaman, yaitu jenjang kemampuan yang lebih tinggi dari
pengetahuan. Siswa dituntut untuk mampu mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan suatu tentang materi pelajaran yang
disampaikan guru. Pemahaman dibedakan menjadi tiga kategori. Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam
arti sebenarnya, misalnya pengartian dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni dengan
menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya. Tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman
ekstrapolasi, dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau
dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.
3 Aplikasi atau penerapan merupakan jenjang kemampuan yang menuntut siswa untuk menggunakan pengetahuan yang dapat berupa suatu ide-ide
umum, tata cara ataupun metode, prinsip, dan teori-teori ke dalam kehidupan sehari-hari. Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi
konkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut
aplikasi. Mengulang-ngulang menerapkannya pada situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan. Suatu situasi
akan tetap dilihat sebagai situasi baru apabila tetap terjadi proses pemecahan masalah.
4 Analisis, merupakan suatu kecakapan yang lebih kompleks, yaitu kemampuan menguraikan suatu atau keadaan tertentu kedalam bagian-
bagian sehingga susunannya dapat terlihat. Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian
sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya. 5 Sintesis,
yaitu kemampuan
seseorang untuk
mengaitkan atau
menggabungkan bagian-bagian ke unsur yang lebih menyeluruh. Berpikir sistesis bisa disebut berpikir divergen. Dalam berpikir divergen
pemecahan atau jawabannya belum dapat dipastikan. Jadi berpikir sistesis merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif.
6 Evaluasi, adalah kemampuan untuk memberikan keputusan nilai suatu situasi, keadaan, pernyataan atau konsep berdasarkan kemampuan yang
dimilikinya. Evaluasi merupakan pemberian keputusan tentang niai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja,
pemecahan, metode, material, dll. Mengembangkan kemampuan evaluasi yang dilandasi pemahaman, aplikasi, analisis dan sintesis akan
mempertinggi mutu evaluasi.
b. Ranah Afektif