Deskripsi Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
64 Hajar dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat pada butir soal tentang
tangggal lahir Ki Hajar. Terdapat 69 Siswa 68,32 yang belum memahami tanggal lahir Ki Hajar Dewantara dengan baik. Selain itu,
sebanyak 81 Siswa 80,20 juga belum mengetahui atau memahami bahwa Ki Hajar merupakan cucu dari Paku Alam III.
Berbeda dengan kedua item soal di atas, sebagian besar siswa memahami dengan baik tentang riwayat hidup Ki Hajar seperti
pendidikan, keaktifan Ki Hajar dalam berorganisasi, dan Taman Siswa. Pada butir soal nomor 3, terdapat 68 siswa 67,33 yang
menjawab dengan benar tentang latar belakang pendidikan Ki Hajar Dewantara. Sebanyak 87 siswa 86,14 menjawab dengan benar
pada butir soal tentang keaktifan Ki Hajar dalam bidang politik. Selanjutnya pada butir soal tentang tanggal berdirinya Taman Siswa,
sebagian siswa telah memahami atau menjawab dengan benar. Ada sebanyak 84 siswa 83,17 yang memahami tentang tanggal
berdirinya Taman Siswa. Pada butir soal terakhir tentang profil Ki Hajar dan Taman Siswa, sebanyak 79 siswa 78,22 yang menjawab
benar atau memahami dengan baik tentang nama asli dari Taman Siswa yaitu “Nationall Onderwejis Instituut Taman Siswa.”
Berdasarkan hasil penelitian di atas, diperoleh data mengenai tingkat pemahaman siswa terhadap profil Ki Hajar Dewantara dan
Taman Siswa adalah sebagai berikut:
65
22,77 68,32
8,91
Pemahaman Siswa terhadap Profil Ki Hajar Dewantara Tamansiswa
Tinggi Sedang
Rendah
Tabel 12. Distribusi Tingkat Pemahaman Siswa terhadap Profil Ki Hajar Taman Siswa
Kategori Skor
Frekuensi Persentase
Tinggi 4
23 22,77
Sedang 2 – 4
69 68,32
Rendah 2
9 8,91
TOTAL 101
100
Dari tabel distribusi frekuensi pemahaman siswa di atas, dapat digambarkan ke dalam bentuk diagram lingkaran piechart berikut
ini:
Gambar 5. Presentase Pemahaman Siswa terhadap Profil Ki Hajar Taman Siswa
Tabel di atas memberikan gambaran bahwa pemahaman siswa terhadap profil Ki Hajar Dewantara dan Taman Siswa menunjukkan
bahwa 23 siswa 22,77 memiliki pemahaman yang tinggi, sedangkan sebanyak 69 siswa 68,32 menunjukkan pada kategori
sedang. Sisanya sebanyak 8,91 atau 9 siswa memiliki pemahaman pada kategori rendah. Dari hasil gambaran tersebut, dapat disimpulkan
bahwa pemahaman siswa SMA Taman Madya se-Kota Yogyakarta
66 terhadap profil Ki Hajar Dewantara dan Taman Siswa berada pada
kategori sedang. b.
Pemahaman Siswa terhadap Tri Pusat Pendidikan Tri pusat pendidikan merupakan tiga tempat pergaulan yang
menjadi pusat pendidikan yang sangat penting bagi anak. Menurut Ki Hajar, yang menjadi tiga tempat pusat pendidikan yaitu alam keluarga,
alam perguruan dan alam pergerakan pemuda atau masyarakat. Pemahaman siswa kelas X dan XI di SMA Taman Madya terhadap tri
pusat pendidikan sudah baik. Mereka mampu menjelaskan konsep tri pusat pendidikan yang dibuat oleh Ki Hajar.
“tri pusat pendidikan itu tiga tempat utama anak untuk belajar…. Yang pertama itu alam keluarga, sekolah terus
masyarakat. kalau alam keluarga itu pusat pendidikan pertama yang terjadi di keluarga sebelum dia masuk sekolah dan
masyarakat. Nah kalau sekolah itu tempat belajar yang kedua setelah di lingkuan keluarganya. Terus yang terakhir itu
masyarakat tempat untuk belajar bersosialisasi atau berinteraksi dengan masyarakat.” Cif, 22 Januari 2014.
Pada indikator tri pusat pendidikan ini terdapat tujuh butir pernyataan atau pertanyaan. Untuk mengetahui skor tiap butir
pertanyaan tersebut akan dipaparkan pada tabel dibawah ini:
67 Tabel 13. Skor Tiap Butir Soal Pada Indikator Tri Pusat Pendidikan
No Pertanyaan
Pernyataan Siswa yang
menjawab benar
Siswa yang menjawab
Salah Jumlah
∑ ∑
∑
1 Menurut Ki Hajar,
ada tiga tempat yang sangat penting bagi
anak untuk kegiatan belajar.
81 80,20
20 19,80
101 100
2 Alam keluarga
adalah pusat pendidikan yang
tidak terlalu penting 87
86,14 14
13,86 101 100
3 Alam keluarga
adalah pusat pendidikan yang
pertama dan yang terpenting
93 92,08
8 7,92
101 100
4 Pendidikan budi
pekerti terdapat dalam kehidupan
keluarga dalam sifat yang kuat dan murni.
96 95,05
5 4,95
101 100
5 Kehidupan di
keluarga tidak mempengaruhi
bertumbuhnya budi pekerti dari tiap-tiap
manusia. 77
76,24 24
23,76 101 100
6 Sekolah
berkewajiban untuk memberi ilmu
pengetahuan kepada murid dan
mengembangkan kemampuan
intelektual murid 96
95,05 5
4,95 101
100
7 Anak-anak tidak
dapat membentuk watak atau karakter
dan kepribadiannya di dalam masyarakat.
74 73,27
27 26,73 101
100
68 Berdasarkan data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar siswa memiliki pemahaman yang baik, hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya jumlah Siswa yang menjawab benar pada
tiap butir soal. Pada butir soal pertama, 81 siswa 80,20 menjawab benar atau memahami dengan baik bahwa terdapat tiga tempat yang
sangat penting bagi anak untuk kegiatan belajar. Pada butir soal kedua, sebagian besar siswa belum memahami bahwa alam keluarga
adalah pusat pendidikan yang sangat penting. Hal ini dapat dibuktikan pada tabel di atas, sebanyak 87 Siswa 86,14 menjawab salah.
Selanjutnya pada butir soal nomor 3 dan 4, sebagian besar siswa memiliki pemahaman yang baik tentang hakikat alam keluarga.
Skor masing-masing pada tiap butir soal yang menjawab benar adalah 93 siswa 92,08 dan 96 siswa 95,05. Sebanyak 77 siswa
76,24 belum memahami bahwa kehidupan di keluarga sangat mempengaruhi bertumbuhnya budi pekerti setiap individu. Pada butir
soal nomor 6, sebagian besar siswa telah memahami hakikat dari alam perguruan. Terdapat 96 siswa 95,05 yang menjawab benar pada
butir soal tersebut. Pada butir soal terakhir, sebagian besar siswa belum memahami tentang hakikat alam pemuda atau masyarakat. Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan banyaknya siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut. Ada 74 siswa 73,27 yang menjawab
benar.
69
83,17 15,84
0,99
Pemahaman Siswa terhadap Tripusat Pendidikan
Tinggi Sedang
Rendah
Dari hasil penelitian dengan menggunakan tes, diperoleh data mengenai tingkat pemahaman siswa terhadap tri pusat pendidikan
adalah sebagai berikut: Tabel 14. Distribusi Tingkat Pemahaman Siswa terhadap Tri pusat
Pendidikan
Kategori Skor
Frekuensi Persentase
Tinggi 4,7
84 83,17
Sedang 2,3 – 4,7
16 15,84
Rendah 2,3
1 0,99
TOTAL 101
100
Dari tabel distribusi frekuensi pemahaman siswa di atas, dapat digambarkan ke dalam bentuk diagram lingkaran piechart berikut
ini:
Gambar 6. Presentase Pemahaman Siswa terhadap Tri pusat Pendidikan
Tabel di atas memberikan gambaran bahwa pemahaman siswa untuk tri pusat pendidikan menunjukkan bahwa 84 siswa 83,17
memiliki pemahaman yang tinggi, sedangkan sebanyak 16 siswa 15,84 menunjukkan pada kategori sedang. Terdapat 1 siswa
70 0,99 memiliki pemahaman yang rendah terhadap Tri pusat
Pendidikan. Hasil gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa SMA Taman Madya se-Kota Yogyakarta terhadap
tri pusat pendidikan berada pada kategori tinggi. c.
Pemahaman siswa terhadap Teori Trikon Pada indikator teori Trikon ini terdapat tujuh butir pernyataan
atau pertanyaan. Skor tiap butir pertanyaan tersebut akan dipaparkan pada tabel dibawah ini:
Tabel 15. Skor tiap butir soal pada indikator Teori Trikon
No Pertanyaan Pernyataan Siswa yang
menjawab benar
Siswa yang menjawab
Salah Jumlah
∑ ∑
∑
1 Teori trikon dibuat oleh Ki
Hajar untuk melestarikan dan mengembangkan
kebudayaan nasional Indonesia.
90 89,11
11 10,89
101 100
2 Dasar konvergen tidak
termasuk dalam tiga unsur dasar teori trikon.
59 58,42
42 41,58 101
100
3 Dalam upaya melestarikan
kebudayaan harus dilakukan secara terus-
menerus dan berkesinambungan.
92 91,09
9 8,91
101 100
4 Dalam dasar konsentris
memiliki arti bahwa dalam mengembangkan
kebudayaan nasional harus bersikap tertutup agar
tidak terpengaruh kebudayaan luar.
42 41,58
59 58,42 101
100
71 Lanjutan tabel 15
5 Dalam mengembangkan
kebudayaan nasional harus memadukan dengan
kebudayaan asing dan harus dilakukan dengan
paksaan. 65
64,36 36
35,64 101 100
6 Teori Trikon tidak dapat
diterapkan dalam segala unsur kebudayaan, baik
yang berupa IPTEK, IMTAQ, etika susila,
estetika dan seni, maupun keterampilan hidup.
52 51,49
49 48,51 101
100
7 Sikap terbuka namun tetap
kritis terhadap pengaruh kebudayaan luar harus
dilakukan dalam upaya mengembangkan
kebudayaan nasional. 89
88,12 12
11,88 101 100
Berdasarkan data skor tiap butir soal di atas, dapat diketahui bahwa pada butir soal pertama sebagian besar siswa 89,11
memahami dengan baik tujuan dibuatnya teori Trikon oleh Ki Hajar. Pada butir soal kedua, rata-rata siswa belum memahami hakikat dari
dasar konvergen. Jumlah skor yang menjawab benar dan salah pada butir soal tersebut hampir berimbang, yakni 52,84 siswa menjawab
benar dan 41,58 siswa menjawab salah. Pada butir soal ketiga, sebagian besar siswa telah memahami dasar kontinus pada teori
Trikon dengan baik. Terdapat 92 siswa 91,09 yang menjawab benar. Butir soal tentang hakikat dari dasar konsentris pada teori
Trikon juga dipahami dengan baik oleh Siswa. Sebanyak 59 siswa 58,42 memahami hakikat dari dasar konsentris pada teori Trikon.
Pada butir soal nomor lima, sebagian besar siswa 64,36 belum
72
59,41 37,62
2,97
Pemahaman Siswa terhadap Teori Trikon
Tinggi Sedang
Rendah
memahami hakikat dari dasar konvergen dalam teori Trikon dengan baik. Pada butir soal selanjutnya, rata-rata siswa belum memahami
fungsi dari teori Trikon. Hal ini dapat dilihat dari data skor yang diperoleh, yakni sebanyak 51,49 siswa menjawab benar dan 48,51
siswa menjawab salah. Pada soal nomor delapan tentang hakikat dari dasar konsetris teori Trikon, sebanyak 88,12 Siswa telah memahami
hal tersebut dengan baik. Dari hasil penelitian tersebut, diperoleh data mengenai tingkat
pemahaman siswa terhadap teori trikon adalah sebagai berikut: Tabel 16. Distribusi Tingkat Pemahaman Siswa terhadap Teori Trikon
Kategori Skor
Frekuensi Persentase
Tinggi 4,7
60 59,41
Sedang 2,3 – 4,7
38 37,62
Rendah 2,3
3 2,97
TOTAL 101
100 Dari tabel distribusi frekuensi pemahaman siswa di atas, dapat
digambarkan ke dalam bentuk diagram lingkaran piechart berikut ini:
Gambar 7. Presentase Pemahaman Siswa terhadap Teori Trikon
73 Tabel di atas memberikan gambaran bahwa pemahaman siswa
untuk teori trikon menunjukkan bahwa 60 siswa 59,41 memiliki pemahaman yang tinggi. Sedangkan sebanyak 38 siswa 37,62
menunjukkan pada kategori sedang. Sebanyak 2,97 siswa atau 3 siswa memiliki pemahaman yang rendah. Dari hasil gambaran
tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa SMA Taman Madya se-Kota Yogyakarta terhadap teori trikon berada pada kategori
tinggi. d.
Pemahaman siswa terhadap Sistem Among Pemahaman siswa kelas X dan XI terhadap konsep dari sistem
among sudah baik. Mereka mampu menjelaskan pengertian dari sistem among.
“… sistem among itu sistem yang ngemong, jadi dalam belajarnya guru itu gak boleh melakukan kekerasan harus sabar
kalau mengajar.” Cif, 22 Januari 2014.
Hal ini juga dikatakan oleh siswa lain yaitu; “….Sistem among itu sistem yang dibuat sama Ki Hajar untuk
pendidikan di sini ini mas. dalam prosesnya guru itu tidak boleh terlalu mengekang, melakukan kekerasan kepada muridnya.”
Seh, 22 Januari 2014.
Pendapat dari kedua siswa tersebut juga diperkuat dengan hasil angket yang didapatkan. Pada indikator sistem among ini terdapat
lima butir pernyataan atau pertanyaan. Untuk mengetahui skor tiap butir pertanyaan tersebut akan dipaparkan pada tabel dibawah ini:
74 Tabel 17. Skor Tiap Butir Soal pada Indikator Sistem Among
No Pertanyaan
Pernyataan Siswa yang
menjawab benar
Siswa yang menjawab
Salah Jumlah
∑ ∑
∑
1 Kata among berasal
dari bahasa Jawa, yang mempunyai
makna seseorang yang bertugas
ngemong dan jiwanya penuh
pengabdian. 94
93,07 7
6,93 101
100
2 Kodrat alam dan
kemerdekaan merupakan dasar
dari Sistem Among. 92
91,09 9
8,91 101
100
3 Sistem Among telah
digunakan cukup lama di Tamansiswa
93 92,08
8 7,92
101 100
4 Di lingkungan
Tamansiswa, sebutan guru tidak
digunakan dan diganti dengan
sebutan pamong, Ki atau Nyi.
93 92,08
8 7,92
101 100
5 Di dalam Sistem
Among, hukuman disiplin dengan
paksaan atau kekerasan tidak
dilarang. 62
61,39 39
38,6 1
101 100
Berdasarkan data skor tiap butir soal di atas, dapat diketahui bahwa pada butir pertanyaan nomor 1 sampai dengan 4 sebagian besar
Siswa telah memahami konsep dari sistem among. Pada butir pertanyaan pertama, 93,07 Siswa mengetahui atau memahami
pengertian dari kata among. Pada butir soal selanjutnya, yakni
75 sebanyak 91,09 Siswa memahami dengan baik bahwa kodrat alam
dan kemerdekaan merupakan dasar dari sistem among. Selanjutnya sebanyak 92,08 Siswa juga telah memahami dengan baik bahwa
sistem among telah digunakan cukup lama di Taman Siswa. Pada butir soal keempat, sebanyak 92,08 Siswa juga telah memahami bahwa
sebutan guru tidak digunakan di lingkungan Taman Siswa. Perbedaan skor terjadi pada butir soal kelima, yakni sebanyak 61,39 Siswa
belum memahami bahwa hukuman disiplin dengan paksaan atau kekerasan sangat dilarang di lingkungan Taman Siswa.
Dari hasil penelitian dengan menggunakan angket, diperoleh data mengenai tingkat pemahaman siswa terhadap sistem among
adalah sebagai berikut: Tabel 18. Distribusi Tingkat Pemahaman Siswa terhadap Sistem
Among
Kategori Skor
Frekuensi Persentase
Tinggi 3,3
89 88,12
Sedang 1,7 – 3,3
7 6,93
Rendah 1,7
5 4,95
TOTAL 101
100
Dari tabel distribusi frekuensi pemahaman siswa di atas, dapat digambarkan ke dalam bentuk diagram lingkaran piechart berikut
ini:
76
88,12 6,93
4,95
Pemahaman Siswa terhadap Sistem Among
Tinggi Sedang
Rendah
Gambar 8. Presentase Pemahaman Siswa terhadap Sistem Among.
Tabel di atas memberikan gambaran bahwa pemahaman siswa untuk sistem among menunjukkan bahwa 89 siswa 88,12 memiliki
pemahaman yang tinggi. Sebanyak 7 siswa 6,93 menunjukkan pada kategori sedang serta terdapat 5 siswa 4,95 memiliki
pemahaman yang rendah. Dari hasil gambaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa SMA Taman Madya se-Kota
Yogyakarta terhadap sistem among berada pada kategori tinggi. e.
Pemahaman siswa terhadap Trilogi Kepemimpinan Dalam sistem among, setiap guru atau pamong sebagai
pemimpin diwajibkan bersikap: ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa dan tutwuri handayani. Semboyan tersebut sangat
terkenal dengan sebutan trilogi kepemimpinan dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ing ngarsa sung tuladha berarti di
depan memberi tauladan. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Seh berikut ini:
77 “: … ing ngarsa sung tuladha itu artinya di depan harus menjadi
tauladan atau contoh mas … misalnya gini, seorang ketua itu harus bisa mengisnpirasi teman-temannya yang lain misalnya
dengan tindakannya, prestasinya gitu.” Seh, 22 Januari 2014.
Selanjutnya Seh juga menjelaskan arti dari ing madya mangun karsa seperti yang dikutip wawancara yang telah dilakukan yaitu;
“ing madya mangun karsa itu maksudnya kalau gak salah seorang pemimpin itu harus berwawasan luas, dapat
memberikan ide-ide yang luar biasa bagi kelompoknya supaya bisa terus berkarya.” Seh, 22 Januari 2014.
Seh berpendapat bahwa ing madya mangun karsa artinya adalah pemimpin itu harus berwawasan luas, dapat memberikan ide-ide yang
luar biasa bagi kelompoknya supaya bisa terus berkarya. Ungkapan tersebut menggambarkan bahwa siswa mengetahui makna dari ing
madya mangun karsa. Tutwuri handayani berarti dibelakang memberi dorongan
semangat. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh AA sebagai berikut; “artinya itu … Seorang guru atau pemimpin harus bisa menjadi
motivator … memberi motivasi ke murid-muridnya gitu mas …” AA, 22 Januari 2014.
AA mengungkapkan tutwuri handayani artinya pemimpin harus bisa menjadi motivator ke murid-muridnya. Ungkapan tersebut
menggambarkan bahwa siswa mengetahui makna tutwuri handayani. Hal ini senada dengan yang disampaikan Seh:
“… intinya sih di belakang memberi dorongan, jadi seorang pemimpin atau misalnya guru itu harus bisa mendukung,
memotivasi atau mengasih semangat ke murid-muridnya untuk giat belajar agar bisa mewujudkan mimpinya. Ya pokoknya gitu
lah…” Seh, 22 Januari 2014. .
78 Secara
umum siswa
mengetahui konsep
dari trilogi
kepemimpinan. Hasil tersebut juga diperkuat dengan hasil yang diperoleh dengan teknik angket. Pada indikator trilogi kepemimpinan
ini terdapat lima butir pernyataan atau pertanyaan. Untuk mengetahui skor tiap butir pertanyaan tersebut akan dipaparkan pada tabel
dibawah ini: Tabel 19. Skor Tiap Butir Soal Pada Indikator Trilogi Kepemimpinan
No Pertanyaan
Pernyataan Siswa yang
menjawab benar
Siswa yang menjawab
Salah Jumlah
∑ ∑
∑
1 Menjadi seorang
pemimpin tidak harus memiliki sikap dan
pola pikir yang baik serta dapa dijadikan
contoh yang baik. 57
56,44 44
43,56 101
100
2 Seorang guru harus
memberikan kepercayaan dan tidak
boleh meremehkan kemampuan siswanya.
95 94,06
6 5,94
101 100
3 Guru tidak boleh
terlalu mengekang atau memberikan
aturan 94
93,07 7
6,93 101
100
4 Memberi kebebasan
yang berlebihan dan menghindari
pemberian hukuman hendaknya tidak
dilakukan oleh guru. 71
70,30 30
29,70 101 100
79 Berdasarkan data skor tiap butir soal di atas, dapat diketahui
bahwa pada butir pertanyaan pertama yakni sebanyak 56,44 Siswa belum memahami bahwa untuk menjadi pemimpin harus memiliki
sikap dan pola pikir yang baik dan dapat dijadikan contoh. Pada butir soal nomor 2 sampai 4, sebagian besar siswa memahami hakikat dari
tut wuri handayani. Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan skor masing-masing butir soal yang menjawab benar sebesar 94,06 untuk
butir soal kedua, sebanyak 93,07 Siswa yang menjawab benar pada butir soal ketiga dan ada 70,30 Siswa yang menjawab benar pada
butir soal keempat. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data mengenai tingkat
pemahaman siswa terhadap trilogi kepemimpinan adalah sebagai berikut:
Tabel 20. Distribusi Tingkat Pemahaman Siswa terhadap Trilogi Kepemimpinan
Kategori Skor
Frekuensi Persentase
Tinggi 2,7
79 78,22
Sedang 1,3 – 2,7
17 16,83
Rendah 1,3
5 4,95
TOTAL 101
100
Dari tabel distribusi frekuensi pemahaman siswa di atas, dapat digambarkan ke dalam bentuk diagram lingkaran piechart berikut
ini:
80
78,22 16,83
4,95
Pemahaman Siswa Terhadap Sistem Among
Tinggi Sedang
Rendah
Gambar 9. Presentase Pemahaman Siswa terhadap Trilogi Kepemimpinan.
Tabel di atas memberikan gambaran bahwa pemahaman siswa untuk sistem among menunjukkan bahwa 79 murid 78,22
memiliki pemahaman yang tinggi. Sebanyak 17 murid 16,83 menunjukkan pada kategori sedang. Sebanyak 5 murid 4,95
memiliki pemahaman yang rendah. Dari hasil gambaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa SMA Taman Madya se-
Kota Yogyakarta terhadap trilogi kepemimpinan berada pada kategori tinggi.