Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

11 seperti menafsirkan, menjelaskan atau meringkas atau merangkum suatu pengertian kemampuan macam ini lebih tinggi dari pada pengetahuan. Pemahaman juga merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif berupa kemampuan memahami atau mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa perlu mempertimbangkan atau memperhubungkannya dengan isi pelajaran lainnya. Pemahaman individu pada dasarnya merupakan pemahaman keseluruhan kepribadiannya dengan segala latar belakang dan interaksinya dengan lingkungan. Ada dua komponen besar yang dikenal masyarakat tentang kepribadian, yaitu komponen fisik dan komponen psikis. Kedua komponen tersebut juga memiliki banyak aspek, yakni intelektual, sosial dan bahasa, emosi dan moral, serta aspek psikomotor. Aspek intelektual meliputi kecerdasan, bakat, kreativitas, dan kecakapan hasil belajar. Menurut Nana Sudjana 1992: 24, Pemahaman dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu: a. Tingkat Rendah: Pemahaman terjemah mulai dari terjemahan dalam arti sebenarnya. b. Tingkat Menengah: Pemahaman yang memiliki penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan diketahui beberapa bagian dari grafik dengan kejadian atau peristiwa. c. Tingkat Tinggi: Pemahaman ekstrapolasi dengan ekstrapolasi yang diharapkan seseorang mampu melihat di balik, yang tertulis dapat 12 membuat ramalan konsekuensi atau dapat memperluas resepsi dalam arti waktu atau masalahnya. Untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap pelajaran yang disampaikan guru dalam proses belajar-mengajar, maka diperlukan adanya penyusunan item tes pemahaman. Adanya sebagaian item pemahaman dapat diberikan dalam bentuk gambar, denah, diagram, dan grafik, sedangkan bentuk dalam tes objektif biasanya digunakan tipe pilihan ganda dan tipe benar-salah. Hal ini dapat dijumpai dalam tes formatif, subformatif, dan sumatif. Beberapa pengertian tentang pemahaman siswa di atas dapat disimpulkan bahwa setiap peserta didik mengerti serta mampu untuk menjelaskan kembali dengan kata-katanya sendiri tentang materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru, bahkan mampu menerapkan ke dalam konsep-konsep. 3. Teknik-Teknik Pemahaman Pemahaman yang dilakukan dalam interaksi sehari-hari bersifat informal, tanpa rencana, mungkin juga tanpa disadari. Dalam interaksi belajar-mengajar, menggunakan teknik-teknik pemahaman yang lebih formal dan berencana. Menurut Nana Syaodih 2003: 217, secara garis besar dibedakan dua macam cara pemahaman atau teknik pengumpulan data, yaitu teknik pengukuran atau tes dan bukan pengukuran atau non-tes. 13 a. Teknik Tes Teknik pengukuran atau teknik tes merupakan pengumpulan data dengan menggunakan alat-alat yang disebut tes dan skala. Alat ini bersifat standar atau baku karena telah dibakukan atau distandarisasikan. Karena sifatnya sebagai alat ukur dan telah dibakukan, maka alat ini bersifat mengukur dan hasilnya adalah hasil ukur, dinyatakan dalam angka-angka ataupun kualifikasi tertentu. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu alat ukur baku, yaitu bahwa alat tersebut harus memiliki validitas dan realibilitas. Banyak macam alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur dan memahami pribadi individu. Bentuk alat ukur tersebut dibedakan antara tes dan skala. b. Teknik Non-tes Teknik non-tes merupakan cara pengumpulan data tidak menggunakan alat-alat baku, dengan demikian tidak bersifat mengukur dan tidak diperoleh angka-angka sebagai hasil pengukuran. Teknik ini hanya bersifat mendeskripsikan atau memberikan gambaran, hasilnya adalah suatu deskripsi atau gambaran. Terdapat beberapa teknik nontes yang biasa digunakan dalam pemahaman individu adalah observasi, wawancara, angket, studi dokumenter, sosiometri, otobiografi, studi kasus, dan konferensi kasus.