2.3 Kerangka Konseptual
1. Pengaruh Beta terhadap Return saham
Beta merupakan risiko sistematis yang mengukur volatilitas return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar Jogiyanto, 2000. Semakin
besar fluktuasi return saham terhadap return pasar maka semakin besar pula beta saham tersebut dan sebaliknya.
Investor dalam melakukan keputusan investasinya selalu mencari portofolio yang memberikan expected return terbesar dengan tingkat risiko
tertentu atau expected return tertentu dengan risiko terkecil. Hal ini dikarenakan suatu investasi yang mempunyai risiko menunjukkan bahwa investasi tersebut
tidak akan memberikan keuntungan yang pasti. Sehingga dalam pengambilan keputusan investasi, investor memerlukan ukuran risiko sistematis yang akurat
sebagai dasar untuk memperkirakan besarnya risiko maupun return investasi. Sehingga dengan melihat perilaku koefisien beta dari waktu ke waktu, investor
dapat memperkirakan besarnya risiko sistematis pada masa yang akan datang. Risiko sistematis tidak dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio
dalam suatu investasi. Oleh karena itu, bagi seorang investor risiko tersebut menjadi lebih relevan untuk dipertimbangkan dalam memilih kombinasi saham
dalam portofolio yang dibentuknya. Sehingga untuk menentukan tingkat keuntungan yang diharapkan expected return terhadap suatu saham, maka harus
dikaitkan dengan risiko sistematis yang tidak terhindarkan dari saham yang bersangkutan. Hubungan antara risiko sistematis dengan tingkat keuntungan dapat
dilihat dari
gambar sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 Hubungan Risiko dan Return
Expected Return Saham
Garis pasar modal
Garis risk free
Risiko Sistematis Sumber : Tandelilin 2001
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa keuntungan yang diharapkan lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat keuntungan bebas risiko risk free rate. Garis
pasar modal menunjukkan bahwa semakin besar risiko sistematis, akan semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang diharapkan expected return oleh investor.
Kemiringan garis pasar modal menunjukkan seberapa jauh seorang investor menunjukkan sifat tidak menyukai risiko risk averse. Semakin curam
kemiringan garis pasar modalnya, berarti bahwa seorang investor semakin tidak menyukai risiko. Dari uraian diatas jelas bahwa terdapat hubungan positif antara
risiko sistematis beta dengan tingat keuntungan yang diharapkan. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Michell Suherli
2005 yang menyimpulkan bahwa variabel beta memiliki pengaruh yang positif terhadap return saham. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dirumuskan
suatu hipotesis sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis 1:
Beta memiliki pengaruh terhadap Return saham indeks Kompas 100
2. Pengaruh Current Ratio terhadap Return saham
Current Ratio menunjukkan seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Current ratio
yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar hutang yang akan menyebabkan penurunan harga pasar dari harga saham yang
bersangkutan. Namun, current ratio yang terlalu tinggi juga belum tentu baik, karena pada kondisi tertentu hal tersebut dapat menunjukkan banyak dana
perusahaan yang menganggur sehingga perusahaan tidak sepenuhnya menggunakan kemampuan yang ada untuk menghasilkan laba, tingkat persediaan
yang melebihi kebutuhan dan adanya piutang tak tertagih yang tentunya tidak dapat digunakan secara cepat untuk membayar hutang. Disisi lain, aktiva lancar
yang tinggi merupakan harta perusahaan yang dapat dijadikan uang dalam sewaktu-waktu sehingga mengurangi risiko kegagalan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Perusahaan dengan posisi tersebut seringkali tidak terganggu likuiditasnya, sehingga investor lebih menyukai untuk
membeli saham-saham perusahaan dengan nilai aktiva lancar yang tinggi dibandingkan perusahaan yang memiliki nilai aktiva lancar yang rendah Ang,
1997 yang akan meningkatkan return saham. Hal didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Subekti Puji Astuti
2006, Ulupui 2006 dan Ratna Prihantini 2009 yang menyimpulkan bahwa variabel current ratio memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
Universitas Sumatera Utara
return saham. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis 2: Current Ratio memiliki pengaruh terhadap Return saham
indeks Kompas 100 3.
Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Return Saham Debt to Equity Ratio merupakan rasio solvabilitas yang digunakan untuk
mengukur kemampuan modal sendiri perusahaan untuk dijadikan jaminan hutang. Rasio ini diukur dengan membandingkan antara seluruh hutang dengan seluruh
ekuitas. Jika biaya hutang lebih kecil daripada dana ekuitas dengan menambahkan hutang ke dalam neracanya, maka secara umum perusahaan dapat meningkatkan
profitabilitas, yang kemudian menaikkan harga sahamnya. Sehingga meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham dan membangun potensi
pertumbuhan yang lebih besar. Sebaliknya, biaya hutang lebih besar daripada dana ekuitas dengan menambahkan hutang ke dalam neracanya akan menurunkan
profitabilitas perusahaan Walsh, 2004. Semakin tinggi debt to equity ratio menunjukkan komposisi total hutang
jangka pendek dan jangka panjang semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar
kreditur. Hal ini menunjukkan bahwa sumber permodalan perusahaan sangat bergantung terhadap pihak eksternal yang berdampak pada berkurangnya minat
investor untuk menanamkan dananya di perusahaan yang bersangkutan. Penurunan minat investor tersebut mengakibatkan penurunan harga saham
perusahaan, sehingga return perusahaan juga menurun Ang, 1997.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ratna Prihantini 2009 bahwa debt to equity ratio memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan
terhadap return saham. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis 3: Debt to equity ratio memiliki pengaruh terhadap return
saham indeks Kompas 100 4.
Pengaruh Total Asset Turnover terhadap Return saham Total asset turnover adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva Kasmir, 2008. Total asset
turnover digunakan untuk mengukur seberapa efisiennya seluruh aktiva perusahaan dimanfaatkan dalam menunjang penjualan Ang, 1997. Nilai total
asset turnover yang tinggi menunjukkan semakin efisien suatu perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya dan menunjukkan semakin tingginya
penjualan yang dihasilkan. Ketika penjualan pada posisi tinggi maka perusahaan akan memperoleh laba yang tinggi pula. Sehingga menarik minat investor untuk
menanamkan dananya di perusahaan yang bersangkutan. Peningkatan minat investor tersebut mengakibatkan peningkatan harga saham perusahaan, sehingga
return saham perusahaan juga meningkat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Subekti Puji Astuti 2006 juga
menyimpulkan bahwa total asset turnover memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhdap return saham. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat
dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis 4:
Total Assets Turnover memiliki pengaruh terhadap Return saham indeks Kompas 100
5. Pengaruh Equity Per Share terhadap Return saham
Equity per share merupakan perbandingan antara total ekuitas modal disetor, cadangan modal, laba ditahan dan aktiva tetap dengan jumlah saham
yang beredar. Equity per share menunjukkan aktiva bersih yang dimiliki pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham dan menyatakan besarnya
nilai riil suatu saham. Nilai equity per share yang tinggi menunjukkan meningkatnya kinerja perusahaan yang dapat menghasilkan laba yang relatif
tinggi. Sehingga meningkatkan minat investor untuk menanamkan dananya ke perusahaan tersebut. Hal ini mengakibatkan meningkatnya harga saham, sehingga
return saham perusahaan juga meningkat. Selain itu, nilai equity per share yang tinggi menunjukkan bahwa investor
bersedia membayar harga saham yang lebih tinggi dengan jaminan keamanan atau nilai klaim atas aktiva bersih perusahaannya semakin tinggi. Sedangkan nilai
equity per share yang rendah menunjukkan perusahaan memiliki tingkat pengembalian atas ekuitas yang relatif rendah dan juga menunjukkan rendahnya
pertumbuhan saham. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijaya 2008 menyimpulkan bahwa
equity per share memiliki pengaruh yang positif terhadap return saham. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis 5: