Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Abnormal Return Saham pada Kinerja Jangka Panjang Penawaran Umum Perdana

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ABNORMAL

RETURN SAHAM PADA KINERJA JANGKA PANJANG

PENAWARAN UMUM PERDANA

(Studi Kasus pada Perusahaan Sektor Properti, Real Estate & Kontruksi Bangunan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012)

OLEH

FRISKA TRISNAWATY ARITONANG NIM 120521058

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN EKSTENSI DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi abnormal return saham pada kinerja jangka panjang setelah 12 bulan IPO pada perusahaan sektor properti, real estate dan kontruksi bangunan di Bursa Efek Indonesia.Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari

Initial Return, Money Raised, Market Return, Size of Firm dan Age of Firm. Variabel dependen adalah Abnormal Return saham setelah 12 bulan IPO. Sampel penelitian yang digunakan adalah perusahaan di sektor properti, real estate dan kontruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012 yaitu sebanyak 10 perusahaan. Metode pengambilan sampel adalah purposive sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dan dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskesdastisitas. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial Initial Return dan Age of Firm berpengaruh positif dan signifikan terhadap Abnormal Return. Money Raised dan Size of Firm berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap Abnormal Return. Market Return

berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap Abnormal Return. Kemampuan dari kelima variabel independen tersebut mampu menjelaskan variasi pada variabel dependen sebesar 81%, sedangkan sisanya sebesar 19% dijelaskan oleh variabel bebas lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini..

Kata kunci: Abnormal Return, Initial Return, Money Raised, Market Return, Size of Fiorm dan Age of Firm.


(3)

ABSTRACT

The aims of this study is to understand and analyzing the factors that affect of stock abnormal return on long-term performance after 12 months of the IPO company in property, real estate, and construction building sector in Indonesia Stock Exchange. The independent variable in this research consisting of initial return, money raised, market return, size of firm and the age of firm. Dependent variable is stock abnormal return of 12 months after the IPO. The samples used in this study is the companies in property, real estate, and construction buildings sector listed at the Indonesian Stock Exchange on 2008-2012 period as many as 10 companies. Sampling method is purposive sampling method. The analysis technique used is multiple regression analysis and the model has been tested in classic assumption test which include normality test, multicollinearity test, autocorrelation test, and heteroskesdasticity. The results of the study showed that the partial evaluation initial return and the age of firm have a positive affect and significantly to abnormal return. Money raised and size of firm affect positively and not significantly to abnormal return. Market return affect negatively and not significantly to abnormal return. The ability of the fifth independent variable is able to explain variation on the dependent variable amounted to 81%, while the rest equal to 19 % explained by the other variable that are not described in this research.

Keywords: Abnormal Return, Initial Return, Money Raised, Market Return, Size of Fiorm dan Age of Firm.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan

anugerah-Nya yang begitu besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai

salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Program Studi Strata-1 Manajemen Ekstensi Universitas

Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Abnormal Return Saham pada Kinerja Jangka Panjang Penawaran Umum

Perdana”.

Ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Hotman Aritonang dan Ibunda tercinta Rusmawan Silalahi, juga kepada abang/adik tersayang Chandra, Shena, Maria dan Renaldi atas kasih sayang, dukungan, serta

doa untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga telah banyak

menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak, oleh karena itu

ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia S.E., M.E., dan Ibu Dra. Marhayanie M.Si., selaku

Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen S1 Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, S.E., M.Si., dan Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si.,

selaku Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas


(5)

4. Bapak Drs. Syahyunan M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

memberikan arahan dan bimbingan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

5. Ibu

meluangkan waktu dan memberikan saran demi penyempurnaan skripsi ini.

6. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Departemen Manajemen yang telah banyak

membantu penulis selama masa perkuliahan.

7. Nuthobe Manurung, Amd yang senantiasa memberi waktu dan perhatiannya

dalam menemani penulis menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan (Melva F. Banjarnahor, Lora Yana Hutagalung,

Rizky M. Sihaloho, Thomy Albert Siahaan) dan teman-teman manajemen

ekstensi 2012 yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu di jurusan

Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera

Utara.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

membutuhkannya.

Medan, Februari 2015 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal ... 9

2.2 Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering) ... 11

2.3 Return Saham ... 14

2.4 Kinerja Jangka Panjang Saham Perdana ... 17

2.5 Penelitian Terdahulu ... 18

2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Abnormal Return Saham pada Kinerja Jangka Panjang Saham Perdana ... 26

2.6.1 Initial Return ... 26

2.6.2 Money Raised ... 27

2.6.3 Benchmark ... 28

2.6.4 Size of Firm ... 29

2.6.5 Age of Firm ... 29

2.7 Kerangka Konseptual ... 30

2.8 Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 34

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

3.3 Batasan Operasional ... 34

3.4 Operasionalisasi Variabel ... 35

3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 39

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ... 40

3.7 Jenis Data dan Sumber Data ... 41

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 42

3.9 Teknik Analisis Data ... 42


(7)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 51

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 60

4.2.1 Hasil Analisis Deskriptif ... 60

4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 63

4.2.3 Evaluasi Model Statistilk ... 68

4.2.4 Hasil Uji Regresi ... 73

4.2.5 Pengujian Hipotesis ... 75

4.2.6 Pembahasan Hasil Regresi ... 80

4.2.6.1 Pengaruh Initial Return Terhadap Abnormal Return Saham ... 80

4.2.6.2 Pengaruh Money Raised Terhadap Abnormal Return Saham ... 81

4.2.6.3 Pengaruh Market Return Terhadap Abnormal Return Saham ... 82

4.2.6.4 Pengaruh Size of Firm Terhadap Abnormal Return Saham ... 83

4.2.6.5 Pengaruh Age of Firm Terhadap Abnormal Return Saham ... 84

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 86

5.2 Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Abnormal return Setelah Satu Tahun pada Beberapa Perusahaan di Sektor Properti, Real Estate & Kontruksi

Bangunan yang Melakukan IPO Periode 2008-2012. ... 4

1.2 Tingkat Initial Return, Benchmark, Money Raised, Size of Firm, Age of Firm pada Beberapa Perusahaan di Sektor Poperti Real Estate & Kontruksi Bangunan yang Melakukan IPO ... 6

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 23

3.1 Operasionalisasi Variabel ... 39

3.2 Kriteria Sampel ... 40

3.3 Nama-nama Perusahaan Sampel ... 41

3.4 Lima Pedoman Pengambilan Keputusan Autokorelasi ... 46

4.1 Hasil Statistik Deskriptif ... 60

4.2 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Test ... 63

4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... 66

4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 68

4.5 Hasil Uji Autokorelasi Model Logaritma Natural (Ln) ... 69

4.6 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov dengan Model Logaritma Natural (Ln) ... 71

4.2 Hasil Uji Multikolinearitas dengan Model Logaritma Natural (Ln) ... 72

4.8 Hasil Uji regresi ... 74

4.9 Hasil Uji F ... 76

4.10 Hasil Uji t ... 77


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual. ... 33

4.1 Hasil Uji Normalitas (Histogram) ... 64

4.2 Hasil Uji Normalitas (Normal P-P Plot) ... 65

4.3 Hasil Uji Heteroskedatisitas (grafik scatterplot) ... 67

4.4 Hasil Uji Normalitas (Histogram) dengan Model Logaritma Natural ... 70

4.5 Hasil Uji Normalitas (Normal P-P Plot) dengan Model Logaritma Natural ... 70

4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Model Logaritma Natural (LN) ... 72


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No.Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Tabulasi Data ... 91 Lampiran 2 Hasil Output SPSS Sebelum Model Regresi Logaritna

Natural(Ln) ... 94 Lampiran 3 Hasil Output SPSS Sesudah Model Regresi Logaritma


(11)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi abnormal return saham pada kinerja jangka panjang setelah 12 bulan IPO pada perusahaan sektor properti, real estate dan kontruksi bangunan di Bursa Efek Indonesia.Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari

Initial Return, Money Raised, Market Return, Size of Firm dan Age of Firm. Variabel dependen adalah Abnormal Return saham setelah 12 bulan IPO. Sampel penelitian yang digunakan adalah perusahaan di sektor properti, real estate dan kontruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012 yaitu sebanyak 10 perusahaan. Metode pengambilan sampel adalah purposive sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dan dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskesdastisitas. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial Initial Return dan Age of Firm berpengaruh positif dan signifikan terhadap Abnormal Return. Money Raised dan Size of Firm berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap Abnormal Return. Market Return

berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap Abnormal Return. Kemampuan dari kelima variabel independen tersebut mampu menjelaskan variasi pada variabel dependen sebesar 81%, sedangkan sisanya sebesar 19% dijelaskan oleh variabel bebas lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini..

Kata kunci: Abnormal Return, Initial Return, Money Raised, Market Return, Size of Fiorm dan Age of Firm.


(12)

ABSTRACT

The aims of this study is to understand and analyzing the factors that affect of stock abnormal return on long-term performance after 12 months of the IPO company in property, real estate, and construction building sector in Indonesia Stock Exchange. The independent variable in this research consisting of initial return, money raised, market return, size of firm and the age of firm. Dependent variable is stock abnormal return of 12 months after the IPO. The samples used in this study is the companies in property, real estate, and construction buildings sector listed at the Indonesian Stock Exchange on 2008-2012 period as many as 10 companies. Sampling method is purposive sampling method. The analysis technique used is multiple regression analysis and the model has been tested in classic assumption test which include normality test, multicollinearity test, autocorrelation test, and heteroskesdasticity. The results of the study showed that the partial evaluation initial return and the age of firm have a positive affect and significantly to abnormal return. Money raised and size of firm affect positively and not significantly to abnormal return. Market return affect negatively and not significantly to abnormal return. The ability of the fifth independent variable is able to explain variation on the dependent variable amounted to 81%, while the rest equal to 19 % explained by the other variable that are not described in this research.

Keywords: Abnormal Return, Initial Return, Money Raised, Market Return, Size of Fiorm dan Age of Firm.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Perkembangan pasar modal pada saat ini menjadi perhatian penting di

berbagai negara. Hal ini dikarenakan aktivitas yang tinggi di pasar modal maupun

pasar uang akan mencirikan adanya pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di

suatu negara tersebut. Untuk itu banyak para ahli keuangan yang telah

memfokuskan penelitiannya untuk menganalisis instrumen-instrumen di pasar

modal. Dalam hal ini Indonesia selaku negara berkembang turut mengikuti

perkembangan pasar modal tersebut. Sebuah situs berita dunia

dampak dari krisis global yang terjadi pada tahun 2008-2009 namun hingga kini

Indonesia mampu bertahan dan mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup

baik.

Indonesia masih menikmati pertumbuhan kuat dibandingkan dengan

negara-negara ekonomi berkembang lainnya, berkat kuatnya konsumsi domestik

dan investasi. Hal ini berdampak pada meningkatnya kalangan masyarakat

berpendapatan menengah keatas dan kesenjangan masyarakat semakin besar.

Bertambahnya masyarakat bergolongan menengah keatas juga mengundang

munculnya investor-investor baru ataupun pihak yang kelebihan dana untuk ikut

bergabung dan menginvestasikan dananya di pasar modal. Salah satu instrumen

investasi yang diminati di pasar modal saat ini adalah surat berharga berupa


(14)

yang melakukan penawaran efek-efeknya pertama kali ke pasar publik. Bentuk

penawaran umum perdana (Initial Public Offering) ini dinamakan dengan

kegiatan go public.

Perusahaan yang go public menawarkan penawaran umum perdananya ke

pasar perdana (pasar primer) dan nantinya akan berlangsung di pasar sekunder.

Perusahaan yang melakukan penawaran perdana akan mendapatkan tambahan

modal, guna ekspansi usahanya dengan menawarkan kepemilikan perusahaan

dalam bentuk penanaman modalnya dan juga akan menjalankan keterbukaan

dalam pengelolaan sehingga perusahaan dapat meningkatkan citranya di hadapan

publik. Hal ini tentunya akan membantu perusahaan dalam pengembangan

bisnisnya.

Initial Public Offering (IPO) menetapkan harga saham berdasarkan

komitmen antara emiten dan underwriter (Asmalindar 2011). Pasar perdana

berlangsung sebelum penjualan saham sampai ke pasar sekunder. Semua

perusahaan yang telah melewati pasar perdana dan terdaftar di Bursa Efek akan

melakukan transaksi penjualan di pasar sekunder. Namun sebelum sampai di

pasar sekunder ataupun pasar yang sudah memilki harga pasar tersendiri yang

ditentukan oleh permintaan dan penawaran, perusahaan harus menetapkan harga

saham perdana yang wajar. Harga saham perdana diharapkan dapat memberikan

prospek yang baik bagi perusahaan dan juga memberikan keuntungan bagi

investor. Bagi investor, IPO bisa jadi merupakan investasi yang berisiko ataupun


(15)

Return yang diperoleh investor ada dalam dua bentuk yaitu capital gain

yang merupakan keuntungan dari selisih penjualan dan dividen yang merupakan

return yang diperoleh berdasarkan pembagian keuntungan para pemegang saham.

Return yang diperoleh dari capital gain dapat memberikan abnormal return

saham yang menjadi perhatian penting bagi investor. Karena belum pernah

tercatat di bursa maka harga sekuritas sebelumnya belum diketahui. Informasi

yang diperoleh dari prospektus menjadi informasi penting yang harus diketahui

investor sebelum membeli saham IPO. Namun adanya asymetric information

menyebabkan nilai intrinsik dari sebuah saham sulit diketahui oleh investor.

Dimana underwriters (penjamin emisi) yang lebih menguasai informasi pasar

daripada perusahaan yang akan IPO bisa jadi mengakibatkan keberhasilan

underwriters dalam memasarkan IPO dengan menjadikan nilai IPO menjadi

undervalue.

Underwriters akan berusaha menjual saham tersebut dengan harga murah

agar laku terjual. Investor yang dapat kesempatan untuk membeli sekuritas yang

undervalued ini akan menikmati abnormal return yang positif. Jika pasar sifatnya

adalah efisien, maka abnormal return yang ada hanya terjadi dengan waktu yang

sangat cepat dan tidak berkepanjangan (Jogiyanto, 2000: 402). Akan tetapi jika

pasar menerima informasi yang asimetris dari underwriter dan belum mencapai

keseimbangan harga sekuritas yang baru maka investor akan menerima abnormal

return yang negatif dalam jangka panjang. IPO yang menghasilkan abnormal

return cukup positif diawal perdagangan saham akan membuat investor terlalu


(16)

Demikian halnya yang terjadi pada beberapa perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia, khususnya bagi perusahaan yang melakukan penawaran

umum perdana di sektor Poperti, Real Estate & Kontruksi Bangunan. Detik

finance, Senin (2/6/2014) memberikan informasi dari semua sektor di lantai bursa, indeks sektoral yang menguat paling tinggi adalah sektor properti. Indeks

sektor ini mampu bertumbuh hingga 29,02% sejak awal tahun. Jadi investor yang

sudah menyimpan uangnya di saham-saham properti rata-rata sudah meraup

keuntungan hampir 30% sejak awal tahun ini. Selain itu, investor yang ingin

menginvestasikan dana untuk saham-saham yang berprospek jangka panjang lebih

memilih untuk berinvestasi pada sektor tersebut. Namun terlihat pada Tabel 1.1

bahwa abnormal return juga terjadi di beberapa perusahaan sektor Poperti, Real

Estate, & Kontruksi Bangunan seperti berikut:

Tabel 1.1

Abnormal return Selama Satu Tahun pada Beberapa Perusahaan di Sektor Poperti, Real Estate & Kontruksi Bangunan yang Melakukan IPO Periode

2008-2012 Jangka

Waktu

APLN GWSA WSKT

Rit Rmt AR Rit Rmt AR Rit Rmt AR

1 bln 5,48% -1,10% 6,65% -20,00% 3,81% -22,94% 23,68% 4,16% 18,74% 2 bln -2,74% -8,96% 6,83% -20,00% 4,95% -23,77% 60,53% 12,16% 43,13% 3 bln -5,48% -7,32% 1,99% 0,00% 8,54% -7,87% 89,47% 15,56% 63,96% 4 bln -9,59% -1,76% -7,97% 16,00% 10,10% 5,36% 102,63% 17,73% 72,11% 5 bln 0,00% 2,00% -1,96% -14,00% 0,94% -14,80% 176,32% 18,54% 133,10% 6 bln 0,00% 2,47% -2,41% -12,00% 4,17% -15,52% 102,63% 12,70% 79,80% 7 bln -10,96% 3,84% -14,25% 6,00% 9,09% -2,83% 107,89% 7,82% 92,81% 8 bln -4,11% 10,31% -13,07% -6,00% 6,93% -12,09% 44,74% -1,89% 47,53% 9 bln -10,96% 2,59% -13,21% 6,00% 12,26% -5,58% 55,26% 0,94% 53,81% 10 bln -12,33% -5,22% -7,50% -0,02% 14,57% -12,73% 57,89% 5,49% 49,67% 11 bln -9,59% 1,23% -10,69% -8,00% 12,61% -18,30% 19,74% -0,45% 20,28% 12 bln -20,55% -0,79% -19,92% -8,00% 13,68% -19,07% 6,58% -0,04% 6,62% Sumber:www.idx.co.id ( Data Diolah)

Tabel 1.1 menunjukkan abnormal return yang terjadi selama jangka waktu


(17)

real estate, dan kontruksi bangunan yaitu Agung Podomoro Land, Tbk (APLN),

Greenwood Sejahtera, Tbk (GWSA), dan Waskita Karya (Persero), Tbk (WSKT).

Terlihat pada akhir bulan selama setahun, ketiga perusahaan tersebut mengalami

penurunan return actual yang cukup signifikan. Perusahaan Agung Podomoro

Land, Tbk menerima return actual satu bulan setelah IPO adalah sebesar 5,48%

meskipun return pasar bernilai negatif sebesar -1,10% sehingga abnormal return

yang diperoleh bernilai positif, namun pada jangka waktu setahun setelah

penawaran umum perdana terlihat bahwa return actual menjadi bernilai negatif

sebesar -20,55% diikuti return pasar sebesar -0,79% dan pada akhirnya

menghasilkan abnormal return saham sebesar -19,92%.

Demikian juga halnya pada Waskita Karya (Persero), Tbk yang mana pada

jangka waktu satu tahun setelah penawaran umum perdana mengalami penurunan

return actual dan menghasilkan abnormal return yang masih bernilai positif.

Namun pada Greenwood Sejahtera, Tbk abnormal return yang dihasilkan dalam

jangka waktu satu tahun adalah bernilai negatif dimana hal tersebut disebabkan

pula oleh return actual yang bernilai negatif. Abnormal return yang dihasilkan

oleh saham-saham tersebut merupakan dampak dari informasi yang diterima pada

saat penawaran umum perdana. Distribusi informasi yang sampai pada investor

menjadi dasar pengambilan keputusan terhadap saham-saham IPO (Manurung,

2013: 201). Adapun informasi yang dapat diterima melalui prospektus maupun

hasil atau kondisi dari kinerja penawaran umum perdana saat pertama kali


(18)

Tabel 1.2

Tingkat Initial Return, Market Return, Money Raised, Size of Firm, Age of Firm pada Beberapa Perusahaan di Sektor Poperti Real Estate dan

Kontruksi Bangunan yang Melakukan IPO

No. Perusahaan IR Benchmark Money

Raised(Rp) Size of Firm (Rp)

Age of Firm

1 APLN 10,98% -2,10% 300.050.000.000 1.643.945.423.275 23 2 GWSA -21,95% -0,20% 400.000.000.000 298.416.102.751 21 3 WSKT 14,61% -0,49% 1.171.279.700.000 5.116.000.000 51 Sumber:www.idx.co.id ( Data Diolah)

Berdasarkan informasi pada Tabel 1.2 maka diketahui bahwa Agung

Podomoro Land, Tbk dan Waskita Karya (Persero), Tbk menerima initial return

yang positif dan cukup tinggi diawal perdagangan saham walaupun nilai indeks

pasar menunjukkan return pasar yang negatif. Hal ini mungkin disebabkan oleh

hasil pengolahan informasi yang diterima oleh para investor dimana kedua

perusahaan tersebut memiliki umur perusahaan (age of firm) yang lebih lama, dan

menghasilkan pendapatan kotor (money raised) yang cukup besar sehingga

diharapkan mampu membantu perusahaan untuk menjalankan usahanya dalam

jangka panjang. Ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total aset yang

dimiliki perusahan juga menjadi pertimbangan dimana Agung Podomoro Land,

Tbk dengan total aset paling tinggi diikuti dengan Greenwood Sejahtera, Tbk.

Informasi yang diterima pada saat penawaran umum perdana menjadi bahan

pertimbangan penting bagi para investor dalam menginvestasikan sahamnya

pertama kali.

Untuk itu sebelum membuat keputusan investasi, investor membutuhkan

data historis atau informasi mengenai perusahaan yang melakukan penawaran


(19)

IPO tersebut khususnya kinerja jangka panjang yang dimilikinya. Kinerja jangka

panjang penawaran umum perdana dimaksudkan sebagai periode beberapa tahun

(atau minimal satu tahun) setelah menerbitkan saham baru di pasar perdana.

Daripada mencoba untuk memanfaatkan harga tinggi diawal, investor sekarang

lebih cenderung untuk berhati-hati meneliti prospek jangka panjang.

Bagi investor yang memiliki fokus jangka panjang, menemukan IPO yang

memiliki prospek baik menjadi cukup sulit. Untuk itu perlu diketahui

faktor-faktor apa yang perlu dipahami pada saat menilai abnormal return jangka panjang

dari saham IPO agar para investor dapat memprediksikan bagaimana kinerja

jangka panjang dari IPO tersebut. Penelitian tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi abnormal return pada kinerja jangka panjang saham penawaran

perdana ini telah banyak dilakukan namun masih menarik untuk diteliti karena

banyaknya keterbatasan penelitian yang dilakukan khususnya di Indonesia pada

sektor properti, real estate dan kontruksi bangunan.

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka

penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Faktor–faktor

yang Mempengaruhi Abnormal Return Saham pada Kinerja Jangka Panjang

Penawaran Umum Perdana”

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di latar belakang, maka perumusaan masalah pada

penelitian ini adalah Apakah Initial Return, Money Raised, Market Return, Size


(20)

kinerja jangka panjang di perusahaan sektor properti, real estate dan kontruksi

bangunan yang melakukan penawaran umum perdana di Bursa Efek Indonesia?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

menganalisis pengaruh Initial Return,Money Raised, Market Return, Size of Firm,

dan Age of Firm, terhadap Abnormal Return saham pada kinerja jangka panjang di

perusahaan sektor properti, real estate dan kontruksi bangunan yang melakukan

penawaran umum perdana di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Sebagai wadah pengembangan ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan

khususnya yang berkaitan dengan masalah investasi pada saham-saham

perdana.

2. Bagi Perusahaan (Emiten)

Sebagai bahan pertimbangan, khususnya yang berkaitan dengan masalah

keterbukaan informasi apabila akan melakukan initial public offering (IPO)

untuk memperoleh harga yang optimal.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan tambahan wacana dan referensi serta literatur dibidang

keuangan, sehingga dapat bermanfaat bagi penelitian terkait dan sejenis


(21)

Lanjutan Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu No Peneliti/

Tahun Judul Penelitian Variabel

Metode Analisis Data

Hasil Penelitian

9 Meidiaswati (2008)

Kinerja Jangka Panjang pada IPO (Initial Public Offering) di Indonesia periode 1991-1993

Abnormal Return One sample t-test

Nilai commulative average benchmark adjusted return (CAbAR) mempunyai nilai abnormal return

negatif terhadap kinerja saham jangka panjang.

2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Abnormal Return Saham Pada Kinerja Jangka Panjang Saham Perdana

Fenomena kinerja yang kurang dari IPO dalam jangka panjang terjadi

pada saham-saham yang ada di pasar modal. Penurunan kinerja yang terjadi dalam

jangka panjang akan merugikan investor karena akan memperoleh return yang

negatif. Salah satu fungsi prospektus adalah memperingatkan investor tentang

risiko yang terkandung dalam segala investasi dalam perusahaan tersebut (Brealey

et al., 2008: 415). Hasil dari kinerja penawaran umum perdana juga dapat

membantu investor dalam menilai kinerja jangka panjang suatu saham perdana.

Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi abnormal return saham pada kinerja

IPO jangka panjang yaitu:

2.6.1 Initial Return

Beberapa penelitian terdahulu seperti Asmalindar (2011), menjelaskan

bahwa initial return yang merupakan indikator return jangka pendek memiliki


(22)

saham IPO. Namun sering kali initial return yang cukup tinggi akan

menghasilkan kinerja return saham yang negatif dalam jangka panjang. Seperti

yang dikatakan oleh Frensidy (2013: 94) bahwa sebuah mitos dimana pada saat

harga saham sudah meroket tinggi maka tidak mungkin akan naik lagi. Nilai

saham yang dinilai cukup tinggi dan tidak sesuai dengan nilai intrinsiknya akan

memberikan return yang cukup tinggi diawal perdagangan saham.

Bodie et al. (2006: 506) menyatakan bahwa pada saat suatu informasi

yang baik disampaikan kepada publik maka harga saham akan segera meningkat.

Namun setelah memperoleh imbal hasil (initial return) yang terlalu tinggi di awal,

banyak investor akan membeli saham tersebut. Sehingga reaksi pasar yang

berlebihan terhadap suatu berita yang relevan mendorong kinerja baik dari saham

perdana pada saat menghasilkan return perdananya, tetapi akan berdampak

negatif dalam rentang waktu yang lebih panjang. Bessler dan Thies (2006)

menyatakan bahwa magnitude of underpricing adalah keuntungan awal (initial

return) dari besaran penetapan harga. Initial return adalah selisih dari harga

saham penutupan pada hari pertama di pasar sekunder dikurangi dengan harga

saham perdana (IPO) dibagi dengan harga saham perdana (Manurung, 2012).

2.6.2 Money Raised

Penawaran umum perdana bertujuan untuk mengisi kekurangan kebutuhan

dana perusahaan. Bessler dan Thies (dalam Abid, 2013) menyatakan bahwa

money raised merupakan jumlah dana yang diperoleh dalam sebuah Initial Public

Offering (IPO). Kinerja jangka panjang dari suatu saham IPO bergantung pada


(23)

Hal ini dikarenakan ketika investor optimis membeli saham, maka initial

proceeds yang diterima oleh perusahan akan semakin tinggi. Namun semakin

banyak informasi yang tersedia, maka para investor akan semakin mudah

mengetahui nilai intrinsik saham. Sehingga sebagai konsekuensinya, harga akan

bergerak turun menuju harga sebenarnya dalam jangka panjang dan return akan

rendah.

Berbagai strategi yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko kerugian

seperti yang diungkapkan oleh Widoatmodjo (2004: 139), yaitu menjual sedikit

efek namun banyak dana yang bisa diperoleh yaitu dengan menekan penjamin

emisi untuk menjual efek ke sebanyak mungkin investor. Banyak investor dengan

masing-masing memegang sedikit efek akan membuat perdagangan efek dinamis

sehingga nilai intrinsik saham dapat terjaga dan return yang diperoleh sesuai

dengan apa yang diharapkan.

2.6.3 Market Return

Setiap perbandingan sehubungan dengan risiko dan pengembalian (return)

biasanya membutuhkan tolok ukur yang tepat (Bessler dan Thies, 2006). Market

Return merupakan salah satu bentuk indikator yang banyak digunakan oleh para

peneliti untuk menilai kinerja suatu saham. Mereka menggunakan berbagai indeks

pasar atau benchmark untuk menyesuaikan return yang diharapkan (expected

return). Meidiaswati (2008) menyebutkan bahwa benchmark bisa menggunakan

return pasar atau perusahaan pembanding yang industri dan kapitalisasi pasarnya


(24)

Di Indonesia, biasanya return indeks pasar dapat diukur dari Indeks Harga

Saham Gabungan (IHSG) yang menggambarkan pergerakan harga saham secara

keseluruhan di pasar modal. Menurut Manurung (2013: 86) bagi para ekonom

maupun analis finansial, IHSG merupakan indikator utama ekonomi. Artinya

kenaikan IHSG menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi dimasa mendatang

dan sebaliknya penurunan IHSG menunjukkan adanya penurunan ekonomi.

2.6.4 Size of Firm

Banyak investor yang menilai kemampuan suatu saham untuk

menghasilkan laba dengan melihat seberapa besar ukuran perusahaan tersebut.

Variabel ini menjelaskan pengaruh ukuran perusahaan, yang mana ukuran

perusahaan dapat dilihat dari besarnya total aset yang dimiliki suatu perusahaan

terhadap return yang akan diperoleh investor.

Pada umumnya perusahaan yang berskala besar lebih dikenal oleh

masyarakat daripada perusahaan dengan skala kecil sehingga investor akan

mendapatkan informasi pada perusahaan yang berskala besar lebih banyak

daripada perusahaan berskala kecil. Bodie et al. (2006: 55) juga menyatakan

bahwa pengaruh likuiditas (dilihat dari total aset) mungkin menjadi sebagian

penjelas dari imbal hasil (return) abnormal. Hal ini dikarenakan investor akan

mensyaratkan premi atau risiko untuk bersedia melakukan investasi pada

saham-saham yang kurang likuid dan biaya transaksi yang tinggi. Oleh karena itu

investor dapat mengambil keputusan dari ukuran perusahaan karena memiliki


(25)

2.6.5 Age of Firm

Tidak jauh berbeda dengan ukuran perusahaan, umur perusahaan juga

menunjukkan kemampuan perusahaan dapat bertahan hidup dan banyaknya

informasi yang bisa diserap oleh publik. Umur perusahaan merupakan salah satu

hal yang dipertimbangkan investor dalam menanamkan modalnya. Sahoo dan

Rajib (2010) menjelaskan bahwa umur perusahaan (age of firm) mencerminkan

besarnya sejarah operasional perusahaan IPO. Asmalindar (2011) juga

menggunakan indikator umur perusahaan sebagai bagian dari analisis faktor

fundamental yang menjadi variabel indikator dalam penelitiannya.

2.7 Kerangka Konseptual

Para manajer investasi menganggap bahwa harga saham sangat dekat

dengan nilai wajarnya atau nilai intrinsik saham tersebut, dan hanya manajer

dengan portofolio yang besar akan mendapatkan laba perdagangan yang cukup

untuk memanfaatkan kesalahan harga yang sangat kecil. Namun peristiwa tersebut

tidak dapat dianggap sebagai pasar yang efisien oleh para manajer portofolio

profesional. Bodie et al. (2006: 495) menyebutkan bahwa terdapat sejumlah isu

yang menjadi perdebatan pasar efisien, yaitu isu besaran (magnitude issue), isu

bias pemilihan (selection bias issue) dan isu peristiwa keberuntungan (lucky event

issue).

Samsul (2006: 271) dan Jogiyanto (2002: 392) menyatakan bahwa studi

peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap

suatu peristiwa yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu peristiwa. Studi


(26)

information yang sampai pada pasar maka akan menyebabkan reaksi pasar yang

tidak normal. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham

yang dapat diukur dengan abnomal return ataupun ketidaksesuaian antara actual

return dengan expected return.

Penawaran umum perdana (initial public offering) merupakan salah satu

peristiwa yang dapat mempengaruhi reaksi pasar efisien. Samsul (2006: 272)

menyatakan bahwa perubahan harga saham di pasar terjadi karena faktor

permintaan dan penawaran, baik yang rasional maupun irrasional. Salah satu

pengaruh yang sifatnya rasional adalah kinerja perusahaan dan kondisi pasar pada

saat penawaran perdana yaitu antara lain, initial return, money raised, Market

Return, size of firm, dan age of firm.

Penelitian Zamanian et al. (2013) dan Abid (2013) menunjukkan dalam

penelitiannya bahwa initial return berpengaruh signifikan terhadap abnormal

return pada kinerja jangka panjang dari penawaran umum perdana. Initial return

yang positif atau cukup tinggi diawal perdagangan saham akan berdampak pada

kinerja saham dalam jangka panjangnya. Semakin pasar menguasai informasi

mengenai nilai intrinsik suatu saham maka return yang diperoleh dalam jangka

panjang adalah berupa abnormal return yang negatif.

Abid (2013) menyatakan bahwa pendapatan hasil penjualan (money

raised) yang diterima pada saat penawaran umum perdana berpengaruh positif

terhadap abnormal return saham. Pada saat saham yang ditawarkan melebihi

jumlah investor yang berminat membelinya maka kemungkinan nilai saham


(27)

penjamin emisi. Demikian sebaliknya apabila jumlah saham yang ditawarkan

tidak mencukupi permintaan investor maka nilai saham akan semakin meningkat.

Abid (2013) dan Suherman (2009) meneliti pengaruh benchmark terhadap

abnormal return saham pada kinerja jangka panjang penawaran umum perdana.

Penelitian tersebut menghasilkan bahwa benchmark yang diukur dengan return

pasar berpengaruh positif signifikan untuk menghasilkan abnormal return positif

dalam jangka pendek namun dalam jangka panjang akan berpengaruh negatif.

Artinya indeks pasar yang semakin menurun akan mengakibatkan semakin

menurunnya minat pasar terhadap saham-saham yang terdapat di bursa. Frensidy

(2013: 197) menyatakan bahwa investor jangka panjang percaya dalam jangka

panjang, nilai portofolio sahamnya akan bergerak mengikuti indeks pasar. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa Market Return berpengaruh negatif terhadap

abnormal return saham pada kinerja jangka panjang penawaran umum perdana.

Jogiyanto (2000: 254) ukuran aktiva (asset size) diukur sebagai logaritma

total aktiva. Menurut para peneliti terdahulu Zamanian et al. (2013),Asmalindar

(2011), Zarafat & Vejzagic (2014) yang menggunakan variabel Total Aset,

menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap

kinerja jangka panjang saham perdana. Penelitian-penelitian tersebut juga

menyatakan bahwa ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor utama penentu

dalam analisis fundamental maupun teknis untuk menilai kinerja jangka panjang

suatu saham perdana. Karena akan semakin banyak informasi yang diterima oleh

investor tentang kondisi perusahaan dan likuiditas perusahaan, maka akan


(28)

Umur Perusahaan dapat diukur dari waktu perusahaan mulai didirikan

sesuai akte sampai perusahaan melakukan IPO. Sahoo dan Rajib (2010)

menjelaskan bahwa umur perusahaan (age of firm) mencerminkan besarnya

sejarah operasional perusahaan IPO. Semakin lama umur perusahaan maka

informasi mengenai perusahaan tersebut semakin besar sehingga investor semakin

mudah pula dalam menilai nilai intrinsik dari suatu saham. Berdasarkan landasan

teori dan penelitian terdahulu dapat diperoleh variabel-variabel yang digunakan

pada penelitian ini yaitu: initial return, money raised, Market Return, size of firm,

dan age of firm diperkirakan memiliki pengaruh terhadap abnormal return saham

pada kinerja perusahaan jangka panjang IPO. Berikut bentuk gambar kerangka

pemikiran:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Initial Return

Money Raised Market Return Size of Firm Age of Firm


(29)

2.8 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah Initial Return, Money Raised, Market Return, Size of Firm, dan Age of

Firm berpengaruh terhadap Abnormal Return saham pada kinerja jangka panjang

di perusahaan sektor properti, real estate, dan kontruksi bangunan yang


(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif, yaitu penelitian yang

bertujuan untuk menganalisis pengaruh atau hubungan antara satu variabel dengan

satu atau lebih variabel lainnya.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan situs

dengan waktu penelitian dimulai dari bulan

November 2014 sampai dengan Februari 2015.

3.3 Batasan Operasional

Adapun batasan masalah yang dilakukan agar menetapkan arahan

pembahasan masalah, yaitu:

1. Objek dari penelitian ini adalah initial return, money raised, market return, size

of firm,age of firm, abnormal return saham.

2. Subjek penelitian ini adalah perusahaan sektor properti, real estate dan

kontruksi bangunan yang terlisting di Bursa Efek Indonesia dan melakukan

IPO selama periode Januari 2008-Desember 2012.

3. Hanya melakukan penelitian terhadap satu tahun untuk kinerja jangka panjang


(31)

3.4 Operasionalisasi Variabel

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan variabel

independen. Variabel dependen yang digunakan adalah abnormal return saham

pada kinerja jangka panjang penawaran umum perdana dan variabel independen

yang digunakan adalah initial return, money raised, market return, size of firm,

dan age of firm. Adapun uraian dari setiap variabel tersebut adalah sebagai

berikut:

3.4.1 Variabel Dependen

Variabel dependen yang digunakan adalah abnormal return saham pada

kinerja jangka panjang IPO. Kinerja jangka panjang yang diukur adalah kinerja

satu tahun setelah IPO. Besarnya abnormal return yaitu perbandingan antara

return yang sesungguhnya terjadi dengan return ekspektasi. Model perhitungan

abnormal return dengan menggunakan persamaan yang digunakan oleh Pertiwi

(2003) yaitu dengan menggunakan market adjusted abnormal return. Metode ini

digunakan karena melihat pasar modal di Indonesia yang sangat rentan

dipengaruhi oleh fenomena-fenomena ekonomi.

Dengan mengestimasi return ekspektasi yang menggunakan return indeks

pasar, maka return yang diharapkan akan dapat diperhitungkan lebih tepat.

Adapun langkah-langkah menghitung abnormal return yaitu (Pertiwi, 2003 dan

Meidiaswati, 2008):


(32)

Rit

=

Pio

Pit

-

1

Keterangan:

Rit = return saham i pada saat t

Pit = price, yaitu harga saham pada saat t

Pio = price, yaitu harga saham pada saat penawaran

2. Menghitung return pasar yang terjadi:

Rmt=Pmt Pmo-1 Keterangan:

Rmt = return pasar pada saat t

Pmt = indeks harga saham gabungan pada saat t

Pmo = indeks harga saham gabungan pada saat penawaran

3. Menghitung market adjusted abnormal return

ARit=�(1+Rit)

(1+Rmt)�-1 x 100% Keterangan :

ARit = market adjusted abnormal return

Rit = return saham i pada saat t

Rmt = return pasar pada saat t

3.4.2 Variabel Independen


(33)

Variabel initial return adalah selisih dari harga saham penutupan pada hari

pertama di pasar sekunder dikurangi dengan harga saham perdana (IPO) dibagi

dengan harga saham perdana. Harga penutupan pada hari pertama dipasar

sekunder yang dipergunakan adalah closing price pada transaksi hari pertama.

Adapun rumus Initial Return adalah (Manurung, 2012):

IR

=

P1- P0

P0 x 100%

Keterangan:

IR = Initial Return

P1 = Harga penutupan pada hari pertama di pasar sekunder (Closing Price)

P0 = Harga penawaran perdana (Offering Price)

b. Money Raised (X2)

Kinerja jangka panjang dari suatu IPO bergantung pada jumlah uang

(initial proceeds) yang meningkat dalam sebuah perdangangan saham. Jumlah

uang yang diperoleh merupakan pendapatan kotor yang diperoleh. Sehingga

adapun rumus money raised adalah sebagai berikut (Abid, 2013):

IP = PE × Ss Keterangan:

IP = Pendapan Awal (initial proceeds)

PE = Harga penawaran umum atau ipo price saham

Ss = Jumlah saham yang diterbitkan


(34)

Variabel ini menghitung kinerja pasar dimana kinerja pasar juga akan

mempengaruhi kinerja jangka panjang saham perdana. Market Return merupakan

suatu tolak ukur yang digunakan untuk menghitung abnormal return. Return yang

diperoleh investor jika melakukan investasi pada portofolio pasar dalam jangka

waktu tertentu disebut return indeks pasar (Rmt). Return indeks pasar dapat

diukur dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menggambarkan

pergerakan harga saham secara keseluruhan di pasar modal. Menghitung return

pasar setiap periode dengan rumus (Bessler dan Thies, 2006):

Rmt=Pmt Pmo - 1

Keterangan:

Rmt = Return Indeks Pasar

Pmt = Nilai Indeks Pasar pada saat t

Pmo = Nilai Indeks Pasar saat Penawaran

d. Size of Firm (X4)

Untuk mengukur besarnya skala atau ukuran dari perusahaan adalah

dengan melihat total assets dari laporan keuangan perusahaan tahun terakhir

sebelum perusahaan tersebut melakukan IPO. Perhitungan total aset yang

digunakan dapat menggunakan total aset yang tercantum dalam prospektus yang

diterbitkan oleh emiten.

e. Age of Firm (X5)

Umur perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dapat bertahan


(35)

dihitung dengan pengurangan antara tahun saat IPO dengan tahun berdirinya

perusahaan, atau melalui rumus sebagai berikut:

Umur Perusahaan = Tahun IPO - Tahun berdiri perusahaan

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

No. Variabel Definisi Parameter Skala

Ukur 1 Abnormal

Return (Y)

Besarnya abnormal return yaitu selisih antara return yang sesungguhnya terjadi dengan return ekspektasi.

ARit=�(1+Rit) 1+Rmt�

-1 x 100% Rasio

2 Initial Return (X1)

Selisih dari harga saham penutupan pada hari pertama di pasar sekunder dikurangi dengan harga saham perdana (IPO) dibagi dengan harga saham perdana.

IR =p1−P0 P0

x 100% Rasio

3 Money Raised (X2)

Jumlah dana yang diperoleh dalam sebuah Initial Public Offering (IPO)

IP = PE × Ss Rasio

4 Market Return (X3)

Nilai indeks pasar pada saat t dibagi dengan nilai indeks pasar saat penawaran dikurangi satu.

���=P��

P�� −1

Rasio

5 Size of Firm (X4)

Besarnya skala atau ukuran dari perusahaan.

Total Assets Rasio 6 Age of Firm

(X5)

Pengurangan antara tahun saat IPO dengan tahunberdirinya perusahaan.

Tahun IPO -Tahun berdiri perusahaan

Rasio

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran variabel yang digunakan untuk menyatakan variabel

adalah skala rasio. Ghozali (2013: 5) menjelaskan bahwa skala rasio adalah skala

interval dan memiliki nilai dasar tidak dapat dirubah. Variabel yang diukur

dengan skala interval dan rasio disebut sebagai variabel metrik. Rochaety (2009:

76) menyatakan bahwa skala pengukuran rasio lebih unggul dibandingkan dengan

ketiga skala pengukuran lainnya. Skala rasio menyajikan nilai sesungguhnya dari


(36)

yaitu dimana seluruh teknik analisis statistik baik parametric maupun

nonparametric dapat digunakan untuk menganalisa variabel berskala rasio.

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yangdigunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan

di sektor properti, real estate, dan kontruksi bangunan yang melakukan Initial

Public Offering di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode Januari 2008 sampai

Desember 2012. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah purposive

sampling, yaitu teknik penentuan sampel yang digunakan oleh peneliti jika

peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan

sampelnya (Arikunto, 2009). Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih

sampel adalah sebagaiberikut:

1. Sampel merupakan perusahaan-perusahaan di sektor Properti, Real Estate, dan

Konstruksi Bangunan yang melakukan Initial Public Offering periode tahun

2008-2012.

2. Masih listing di Bursa Efek Indonesia hingga tahun 2012.

3. Data harga penawaran perdana, harga penutupan, dan jumlah saham yang

ditawarkan tersedia.

4. Data harga penutupan setiap bulan selama satu tahun setelah penawaran umum

perdana tersedia.

Berikut adalah sampel berdasarkan kriteria yang telah ditentukan diatas:

Tabel 3.2 Kriteria sampel


(37)

Bangunan yang go public di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012.

2 Masih listing di Bursa Efek Indonesia hingga tahun 2012 dan Data harga penawaran perdana, harga penutupan, serta umlah saham yang ditawarkan tersedia.

13

3 Data harga penutupan setiap bulan selama satu tahun setelah penawaran umum perdana tersedia

10

Sehingga berdasarkan beberapa kriteria yang ditentukan pada Tabel 3.2

dapat diperoleh, jumlah populasi sampel yaitu perusahaan pada sektor properti,

real estate, dan kontruksi bangunan yang melakukan penawaran umum perdana

periode 2008-2012 sebanyak 16 perusahaan dan populasi sasarannya sebanyak 10

perusahaan. Adapun nama-nama perusahaan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Nama-nama perusahaan sampel No. Kode

Emiten Nama Perusahaan Tanggal IPO

1 APLN Agung Podomoro Land Tbk. 11 Nov 2010

2 BCIP Bumi Citra Permai Tbk. 11 Des 2009

3 BEST Bekasi Fajar Industrial Estate 10 Apr 2012

4 EMDE Megapolitan Developments Tbk. 12 Jan 2011

5 GAMA Gading Development Tbk. 11 Jul 2012

6 GWSA Greenwood Sejahtera Tbk. 23 Des 2011

7 MTLA Metropolitan Land Tbk. 20 Jun 2011

8 NIRO Nirvana Development Tbk. 13 Sep 2012

9 PTPP PP (Persero) Tbk. 09 Feb 2010

10 WSKT Waskita Karya (Persero) Tbk. 19 Des 2012

Sumber: www.idx.co.id

3.7 Jenis Data dan Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder diperoleh dari media internet, jurnal, dan buku literatur yang relevan

dengan penelitian. Data yang digunakan meliputi, data nama perusahaan yang

melakukan penawaran umum perdana pada periode 2008-2012, harga saham


(38)

harga saham gabungan, total aset perusahaan, tahun perusahaan berdiri dan

melakukan penawaran umum perdana yang dipublikasikan di

3.8 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan melalui studi dokumentasi dan studi

kepustakaan. Peneliti mengumpulkan berbagai data yang relevan dengan

penelitian melalui buku-buku, jurnal, skripsi, dan internet, untuk mendapatkan

gambaran masalah yang diteliti.

3.9 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dengan menggunakan analisis statistik

yaitu analisis regresi berganda (multiple regression). Dalam penelitian ini penulis

menggunakan bantuan program software SPSS. Berdasarkan jumlah variabel yang

digunakan peneliti maka penelitian ini merupakan penelitian multivariat dengan

tujuan mengetahui hubungan antara satu variabel dependen dengan lebih dari satu

variabel independen. Metode statistik untuk menguji hubungan satu variabel

dependen dengan satu atau lebih variabel independen disebut analisis regresi

(Ghozali, 2013: 9). Dikarenakan variabel independen yang digunakan dalam

penelitian ini lebih dari satu variabel independen maka analisis regresi yang

digunakan adalah regresi berganda (multiple regression).

Hermawan (2003: 66) Multiple regression merupakan suatu metode statistik


(39)

dilakukan untuk menguji pengaruh simultan dari beberapa variabel bebas terhadap

satu variabel terikat. Analisis regresi berganda dilakukan untuk mengetahui

pengaruh variabel bebas yakni initial return, money raised, Market Return, size

of firm, dan age of firm terhadap variabel terikat yaitu abnormal return saham

pada kinerja jangka panjang penawaran perdana yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia dengan persamaan linear sebagai berikut:

Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 +� Keterangan:

Yi,t = Abnormal return saham

a = Konstanta

b1,2,3,4,5 = Koefisien regresi variabel

X1 = Initial Return

X2 = Money Raised

X3 = Market Return

X4 = Size of Firm

X5 = Age of Firm

� = Disturbance term

Regresi berganda (Multiple Regression) juga digunakan untuk

menganalisis pengaruh perubahan variabel independen terhadap variabel

dependen baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Pemilihan

teknik analisis ini sesuai dengan beberapa penelitian yang dilakukan oleh Abid

(2013), dan Zarafat & Vejzagic (2014) yang juga menggunakan teknik analisis


(40)

regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih juga

menunjukkan kekuatan arah hubungan anatara variabel dependen dengan variabel

independen.

Dalam menggunakan analisis regresi, perlu melakukan pemilihan taraf

nyata (significance level). Didalam melakukan pemilihan taraf nyata ini tidak ada

ukuran yang pasti. Beberapa nilai taraf nyata yang banyak digunakan adalah 10

persen, 5 persen, dan 1 persen. Sebelum dilakukan pengujian dan regresi

berganda, variable-variabel penelitian diuji apakah memenuhi asumsi klasik

persamaan regresi berganda, yaitu memenuhi asumsi normalitas, tidak adanya

heterokesdatisitas, dan multikolinearisitas.

3.9.1 Pengujian Asumsi Klasik

Adapun syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi linear

berganda sebelum data tersebut dianalisis adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau

tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau

mendekati normal. Ghozali (2013: 160) menyebutkan ada dua cara untuk

mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis

grafik dan uji statistik.

Dengan menggunakan analisis grafik maka untuk melihat normalitas


(41)

garis diagonal dan mengikuti garis diagonalnya, maka regresi memenuhi asumsi

normalitas. Sedangkan dengan menggunakan uji statistik sederhana dapat

dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skewness dari residual ataupun

dengan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji statistik

dengan melihat nilai kurtosis dilihat dari nilai Z hitung yang mana jika nilai Z

hitung > Z tabel maka distribusi tidak normal. Untuk uji K-S maka dalam menguji

normalitas dilakukan dengan membuat hipotesis:

H0: Data residiual berdistribusi normal

H1: Date residual tidak berdistribusi normal

Penelitian ini memiliki sampel yang tidak cukup besar sehingga uji

normalitas yang tepat untuk digunakan adalah dengan uji grafik dan uji statistik

dengan menggunakan uji statistik non-parametrik kolmogorov-Smirnov(K-S).

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Jika varians dari residual suatu pengamatan kepengamatan yang lain tetap

maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas

(Ghozali 2013: 139). Model regresi yang baik adalah yang terjadi

homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisias.

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada


(42)

autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang

waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan

pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.

Pengujian autokorelasi ini dilakukan dengan menggunakan uji Durbin

Watson (DW-test). Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi

tingkat satu (first order auticorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept

(konstanta) dalam model regresi dan tidak ada lagi diantara variabel independen.

Hipotesis yang akan diuji adalah:

H0: tidak ada autokorelasi (r = 0)

HA: ada autokorelasi (r ≠ 0)

Menurut Ghozali (2013: 111), pengambilan keputusan ada atau tidaknya

autokorelasi ada lima pedoman yaitu :

Tabel 3.4

Lima Pedoman Pengambilan Keputusan Autokorelasi

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada korelasi negatif Tidak ada korelasi negatif Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif Tolak No decision Tolak No decision Tidak ditolak

0 < d < dl dl ≤ d ≤ du 4 – dl < d < 4 4 – du ≤ d ≤ 4 - dl

du < d < 4 – du

Sumber: Ghozali (2013: 111) 4. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel variabel independen.


(43)

tolerance value kurang dari 0,10 atau VIF lebih besar dari 10 maka terjadi

multikolinearitas. Tujuan uji multikolinearitas adalah untuk mengetahui apakah

tiap – tiap variabel independen saling berhubungan secara linear atau tidak.

3.9.2 Uji Hipotesis

Model regresi yang sudah memenuhi asumsi-asumsi klasik tersebut akan

digunakan untuk menganalisis data melalui pengujian hipotesis sebagai berikut:

1. Uji Signifikasi Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara

bersama-sama terhadap variabel dependen dari suatu persamaan regresi. Hipotesis

nol yang dikemukakan dalam pengujian ini adalah bahwa semua variabel

independen yang dipergunakan dalam model persamaan regresi serentak tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen jika nilai signifikansi lebih besar dari

0,05. Maka pedoman yang digunakan adalah jika nilai signifikan lebih kecil maka

kesimpulan yang diambil adalah menolak hipotesis nol yang berarti koefisien

signifikan secara statistik. Ghozali, (2013: 98) pengambilan keputusan didasarkan

pada:

a. Quick look: bila nilai F lebih besar daripada 4 maka Ho dapat ditolak pada

derajat kepercayaan 5%. Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif

yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara serentak dan

signifikan mempengaruhi variabel dependen.

b. Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Bila

nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka Ho ditolak dan menerima


(44)

Nilai probabilitas dari uji F dapat dilihat pada hasil pengolahan dari program

SPSS pada tabel ANOVA kolom sig atau significance.

2. Uji Signifikasi Parsial (Uji-t)

Uji t digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh variabel independen

secara individual terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013: 98). Uji t menguji

signifikasi konstanta dan variabel independen.

Hipotesis:

H0 = Koefisien regresi tidak signifikan

H1 = Koefisien regresi signifikan

Berdasarkan probabilitas

a. Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima.

b. Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak.

Pada uji t, nilai probabilitas dapat dilihat pada hasil pengolahan dari

program SPSS pada tabel coefficients kolom sig atau significance. Persamaan

regresi yang akan terjadi adalah sebagai berikut:

Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 +� dimana:

Y = Abnormal Return

a = Konstanta

X1 = Initial Return

X2 = Money Raised


(45)

X4 = Size of Firm

X5 = Age of Firm

b1 = Koefisien regresi Initial return

b2 = Koefisien regresi Money Raised

b3 = Koefisien regresi Market Return

b4 = Koefisien regresi Size of Firm

b5 = Koefisien regresi Age of Firm

ε = disturbance term

Dimana b1 sampai b5 adalah koefisien predictor yang diketahui dari nilai

unstandardized coefficient b.

3. Pengujian Ketepatan Perkiraan atau Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) dari hasil regresi berganda menunjukkan

seberapa besar kemampuan variabel independen dalam menerangkan variabel

dependennya (Ghozali 2013: 97). Dalam penelitian ini menggunakan regresi linier

berganda maka masing-masing variabel independen yaitu Initial Return, Money

Raised, Market Return, Size of Firm, dan Age of Firm secara parsial dan secara

simultan mempengaruhi variabel dependen yaitu abnormal return yang

dinyatakan dengan R2 untuk menyatakan koefisien determinasi variabel

independen terhadap tingkat abnormal return.

Sedangkan R2 untuk menyatakan koefisien determinasi parsial variabel

independen terhadap variabel dependen. Besarnya koefisien determinasi adalah 0

sampai dengan 1. Semakin mendekati nol, maka semakin kecil pula pengaruh


(46)

semakin kecil kemampuan model dalam menjelaskan perubahan nilai variabel

dependen). Sedangkan jika koefisien determinasi mendekati 1 maka dapat

dikatakan semakin kuat model tersebut dalam menerangkan variasi variabel

independen terhadap variabel terikat. Nilai koefisien determinasi R2 menunjukkan

persentase tingkat kebenaran suatu prediksi dari pengujian regresi yang dilakukan.

Namun Ghozali (2013:97) menyatakan bahwa kelemahan mendasar penggunaan

koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang

dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2

pasti akan meningkat walaupun variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan.

Sehingga penggunaan nilai adjusted R2 lebih tepat digunakan untuk mengevaluasi

model regresi terbaik karena nilai adjusted R2 tidak dapat naik ataupun turun


(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

Saham-saham yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 10

saham yang diterbitkan oleh 10 perusahaan yang melakukan penawaran umum

perdana. Gambaran umum perusahaan tersebut adalah sebagai berikut:

1. PT Agung Podomoro Land Tbk.

PT Agung Podomoro Land Tbk. (APLN) adalah pemilik dan pengelola

real estate terpadu dalam bidang ritel, komersial dan pemukiman real estate.

APLN adalah entitas bisnis unggulan Agung Podomoro Group (APG) dan

merupakan salah satu pengembang real estate terbesar di Indonesia. APLN

didirikan pada tanggal 30 Juli 2004 dengan nama PT Tiara Metropolitan Jaya.

Pada 11 November 2010 APLN melakukan penawaran umum perdana dan

14.350.000.000 saham APLN milik pendiri perusahaan dicatatkan di Bursa Efek

Indonesia. Jumlah Saham yang ditawarkan pada saat perdagangan umum perdana

adalah 6.150.000.000 (enam miliar seratus lima puluh juta). Nilai nominal

sahamnya adalah Rp100 (seratus rupiah) dengan harga penawaran sebesar Rp365

(tiga ratus enam puluh lima rupiah) sehingga nilai emisinya adalah

Rp2.244.750.000.000 (dua triliun dua ratus empat puluh empat miliar tujuh ratus

lima puluh juta rupiah).

Masa penawaran umum tersebut yaitu pada tanggal 3 – 5 November 2010

dan pencatatan di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 11 November 2010. Dengan


(48)

beredar yang telah ditempatkan dan disetor penuh pada 31 Desember 2011 adalah

sebanyak 20.500.000.000 saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

Saham-saham yang ditawarkan dalam rangka penawaran umum perdana ini seluruhnya

adalah saham baru yang dikeluarkan dari portepel.

2. PT Bumi Citra Permai Tbk.

Perjalanan PT Bumi Citra Permai Tbk. (BCIP) dimulai sejak didirikan

dengan akta Pendirian Perseroan Terbatas PT Bumi Citra Permai Tbk No. 2

Tanggal 3 Mei 2000. Perusahaan bergerak dalam pengembangan kawasan industri

dan pergudangan dengan luas area yang dimiliki seluas ± 310 Ha, bernama

Millennium Industrial Estate yang terletak di Kabupaten Tangerang. Millennium

Industrial Estate terletak di Km 36 dari pusat Jakarta tepatnya di Cikupa

Tigaraksa, Tangerang, Banten yang dapat diakses melalui jalan tol Jakarta–Merak,

dan dapat dengan mudah dicapai dari Bandara Internasional dan Pelabuhan Laut.

Perusahaan melakukan Penawaran Umum Perdana (Initial Public

Offering/IPO) pada tanggal 11 Desember 2009, dengan mencatatkan sahamnya

pada Bursa Efek Indonesia. Adapun jumlah saham yang ditawarkan sebanyak

500.000.000 lembar saham dengan harga penawaran Rp 110 per lembar saham.

3. PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk.

Perseroan didirikan pada tanggal 24 Agustus 1989, berkedudukan di

Kabupaten Bekasi, dengan menjalankan kegiatan usahanya di bidang

pengembangan, pembangunan, dan pengelolaan kawasan industri beserta sarana

dan prasarananya. Bersama dengan Marubeni Corporation (Jepang), Perseroan


(49)

Industrial Development (“MMID”), mengembangkan dan merintis kawasan

industri di daerah Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, yang dikenal dengan Kota

Industri MM2100 (“MM2100”). Perseroan menjual kepemilikan saham MMID

kepada PT Jatiwangi Utama pada tahun 2011, setelah seluruh pembangunan

MM2100 oleh MMID selesai. Sejak didirikan, Perseroan fokus pada bidang

properti yang kegiatan utamanya adalah pengembangan, pembangunan, dan

pengelolaan kawasan industri termasuk pembangunan serta pengelolaan fasilitas,

sarana dan prasarana pendukung di kawasan industri.

Perseroan terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai Perusahaan Terbuka

pada tanggal 10 April 2012 dengan kode saham (ticker code) 'BEST', seiring

dengan Surat Pernyataan Efektif tanggal 29 Maret 2012 dan Sertipikat Pencatatan

tanggal 10 April 2012. Saham yang ditawarkan seluruhnya terdiri dari saham baru

yang berasal dari portepel Perseroan, serta akan memberikan kepada

pemegangnya hak yang sama dan sederajat dalam segala hal dengan saham

lainnya dari Perseroan.

4. PT Megapolitan Developments Tbk.

PT Megapolitan Developments Tbk. (EMDE) adalah pengembang properti

di Indonesia yang memfokuskan usahanya pada pengembangan, manajemen, dan

investasi dari bisnis properti. Memiliki sejarah dan pengalaman yang panjang,

Perseroan memiliki portofolio proyek yang meliputi pengembangan kawasan

hunian untuk segmen pasar menengah hingga atas, skala kota terpadu, multifungsi


(50)

Para pendiri meyakini bahwa pemilihan nama harus mencerminkan mimpi

yang akan dicapai di masa mendatang. Nama “Megapolitan” lahir sebagai wujud dari besarnya mimpi para pendiri untuk membangun kota yang lebih dari sebuah

kota metropolitan Jakarta dan pada tahun 1979 Perseroan meningkatkan usahanya

menjadi pengembang properti. Perjalanan panjang Perseroan yang disertai

pencapaian yang sukses dalam mengembangkan proyek – proyek inilah yang

akhirnya memicu manajemen untuk meningkatkan kinerja dan strategi usaha,

sehingga pada 12 Januari 2011 Perseroan tercatat dan diperdagangkan sahamnya

di Bursa Efek Indonesia melalui Penawaran Umum Saham Perdana (IPO).

Dengan profi l keuangan yang sehat, portofolio bisnis yang beragam, dan

cadangan lahan strategis yang luas, Megapolitan akan terus bertumbuh seiring

dengan pengembangan proyeknya di tahun-tahun mendatang. Penawaran Umum

Saham Perdana pada tanggal 12 Januari 2011 dengan saham terakumulasi

3.350.000.000 dan nominal saham terakumulasi adalah 335.000.000.000.

5. PT Gading Development Tbk.

PT Gading Development Tbk. (GAMA) “Perusahaan” atau Entitas Induk

didirikan berdasarkan akta No. 45 tanggal 18 Desember 2003. Ruang lingkup

kegiatan perusahaan adalah menjalankan usaha dalam bidang pembangunan, jasa,

perdagangan, industri dan investasi. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial

pada tahun 2009. Bersamaan dengan pencatatan sebanyak 4 milyar lembar saham

baru yang berasal dari portepel atau sebanyak 39,98% (tiga puluh sembilan koma

sembilan delapan persen) dari modal ditempatkan dan disetor dalam Penawaran


(51)

mencatatkan juga sejumlah 6,005 miliar lembar saham atau 60,02% (enam puluh

koma nol dua persen). Saham tersebut adalah milik PT Gading Investment

sebanyak 3,603 milyar lembar saham dan saham milik PT Multi Daya Industri

sebanyak 2,402 milyar lembar saham

Pada tanggal 29 Juni 2012 Perseroan memperoleh pernyataan efektif dari

Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK)

dengan Surat Keputusan No.S-8146/BL/2012 untuk melakukan penawaran umum

saham kepada masyarakat sebanyak 4 milyar lembar saham dengan nilai nominal

Rp.100 (seratus rupiah) per lembar saham dengan harga pelaksanaan sebesar

Rp.105 (seratus lima rupiah) dan disertai 2 milyar waran seri I (satu) yang

diberikan secara cuma-cuma, dimana setiap pemegang dua saham biasa berhak

memperoleh satu waran seri I (satu) yang dapat dikonversi menjadi saham baru

mulai tanggal 13 Januari 2013 sampai dengan 16 Juli 2015 dengan harga

pelaksanaan sebesar Rp.105 (seratus lima rupiah) per lembar saham.

6. PT Greenwood Sejahtera Tbk.

PT Greenwood Sejahtera Tbk. (GWSA) telah terdaftar di Bursa Efek

Indonesia sebagai Perusahaan Terbuka pada tanggal 23 Desember 2011, dengan

kode saham (ticker code) GWSA. Pada tanggal 14 Desember 2011, Perusahaan

memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Bapepam (sekarang Badan Pengawas

Pasar Modal dan Lembaga Keuangan atau Bapepam-LK) dalam Surat Keputusan

No. S-13404/BL/2011 untuk menjual sahamnya sejumlah 1.600.000.000 saham

yang bernilai nominal Rp 100 per saham dengan harga penawaran sebesar Rp 250


(52)

Saham yang ditawarkan seluruhnya terdiri dari saham baru yang berasal dari

portepel Perseroan, serta akan memberikan kepada pemegangnya hak yang sama

dan sederajat dalam segala hal dengan saham lainnya dari Perseroan yang telah

ditempatkan dan disetor penuh, termasuk antara lain hak atas pembagian dividen,

hak untuk mengeluarkan suara dalam RUPS, hak atas pembagian saham bonus

dan hak memesan Efek terlebih dahulu. Saham-saham perusahaan ini telah

tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 23 Desember 2011. Dengan visi

Perseroan menjadi pemimpin dalam industri pengembangan properti melalui

inovasi dan perbaikan secara terus menerus, dengan menghadirkan proyek-proyek

baru dan menuntut manajemen untuk senantiasa melakukan berbagai terobosan

untuk menciptakan sejumlah produk yang berkualitas tinggi sehingga memberikan

nilai yang optimal bagi para investor.

7. PT Metropolitan Land Tbk.

Perusahaan yang didirikan pada tanggal 16 Februari 1994 dan mulai

beroperasi tepat tanggal 28 Oktober 1994. Kesuksesan dan pencapaian yang

berhasil diraih oleh Metland saat ini tidak dapat dipungkiri juga berkat dukungan

dari berbagai pihak, seperti konsumen, mitra kerja dan juga para karyawan beserta

jajaran Direksi Perusahaan. Untuk memuaskan konsumen, Metland selalu

menghadirkan produk-produk properti dengan konsep yang berkualitas dan ramah

lingkungan. Sebagai bukti kerja keras dan juga komitmen Metland dalam hal

peningkatan mutu, pada tahun 2009 sertifikasi yang diperoleh Metland menjadi

ISO 9001:2008. yang merupakan pengakuan resmi atas sistem manajemen mutu


(53)

PT Metropolitan Land Tbk. (MTLA) telah melaksanakan Penawaran

Umum Saham pada tanggal 9 Juni 2011 dengan jumlah hasil penawaran umum

mencapai Rp454.759.920.000. Kegiatan tersebut mencatat biaya pelaksanaan

Penawaran Umum mencapai Rp27.406.926.342 sehingga hasil bersih dana

perolehan Penawaran Umum Saham yang diperoleh Perusahaan adalah sebesar

Rp427.352.993.658.

8. PT Nirvana Development Tbk.

Perseroan didirikan berdasarkan hukum dan peraturan

perundang-undangan Republik Indonesia dengan nama “PT Adipura Artha Pratama”, yang

berkedudukan di Jakarta berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Nomor 43 tanggal

18 Desember 2003. Perseroan bergerak dalam bidang pembangunan, jasa,

perdagangan, industri, investasi. Untuk kegiatan perdagangan Perseroan

melakukan perdagangan berupa komoditi bahan baku material berupa batu kapur

untuk pengeras jalan (aspal), dimana batu kapur ini berfungsi sebagai penyerap

air. Perseroan dalam melakukan perdagangannya selama ini dilakukan secara cash

delivery dimana Perseroan mengambil bahan baku batu kapur dari pemasok dan

langsung mengirimkannya ke konsumen. Perseroan tidak mempunyai

ketergantungan kepada pelanggan dan pemasok tertentu. Perusahaan berdomisili

di Jakarta Selatan dan Entitas Anak berkedudukan di Jakarta, Cirebon, Sukoharjo,

Pangkalan Bun dan Sampit. Perusahaan mulai beroperasi komersial pada tahun

2009.

Pada tahun 2012 PT Nirvana Development Tbk. (NIRO) melaksanakan


(54)

2012, resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dengan jumlah saham

sebanyak 6.000.000.000 saham, yang merupakan saham baru dari portepel yang

ditawarkan ke pada masyarakat dengan nilai nominal Rp100,- per saham. Harga

penawaran sebesar Rp 105 per saham dan Pada tanggal 13 September 2012,

saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia.

9. PT PP (Persero) Tbk.

PT PP (Persero) Tbk telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai

Perusahaan Terbuka pada tanggal 9 Februari 2010, dengan kode saham (ticker

code) PTPP, seiring dengan Surat Pernyataan Efektif No. S.858/BL/2010 dari

Ketua Bapepam-LK tanggal 29 Januari 2010. Persetujuan tentang Perubahan

Struktur Kepemilikan Saham Negara Melalui Penerbitan Saham baru PT PP

(Persero) Tbk dilakukan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 76 tahun 2009,

tanggal 28 Desember 2009. Tahun 2010 menjadi momentum baru bagi

pertumbuhan dan prestasi Perseroan yang ditandai dengan pelaksanaan IPO dan

pencapaian kinerja usaha yang memuaskan.

Di tahun pertama sejak tanggal pencatatan saham umum perdananya,

Perseroan telah memberikan imbal hasil kepada Pemegang Saham, dengan nilai

kenaikan rata-rata sebesar 33,43%. Harga saham awal sebesar Rp560 kini naik

hingga mencapai harga rata-rata Rp747,22 dengan volume transaksi perdagangan

rata-rata sebesar Rp15.120.628,97 per tanggal 18 Februari 2011. Nilai Market

Capitalization hingga saat ini telah mencapai Rp3,15 triliun. Langkah korporasi

yang diikuti penerapan Shifting Strategy sebagai Perusahaan Konstruksi dan


(55)

pertumbuhan berkelanjutan sekaligus memperkuat posisinya sebagai Market

Leader.

10. PT Waskita Karya (Persero) Tbk.

Perusahaan didirikan pertama kali sebagai perusahaan asing dengan nama

“Volker Aanemin Maatschappij NV” yang kemudian dinasionalisasi menjadi

Perusahaan Negara (PN) Waskita Karja berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP)

No. 62 tahun 1961 pada tanggal 29 Maret 1961, serta diumumkan dalam

Lembaran Negara Republik Indonesia No. 83 tahun 1961 dan Tambahan

Lembaran Negara No. 2217, yang berlaku surut hingga tanggal 1 Januari 1961.

Pada saat itu, Perusahaan berkedudukan di Jakarta. Setelah dinasionalisasi,

Perusahaan kemudian berubah menjadi Perusahaan Terbatas dengan nama PT

Waskita Karya berdasarkan Akta Pendirian No. 80 tanggal 15 Maret 1973.

Untuk memenuhi rencana strategis perusahaan yang tertuang dalam

Rencana Kerja Jangka Panjang, yaitu melakukan pengembangan bisnis, maka

perusahaan memandang perlu untuk merevisi capital structure dengan

menerbitkan obligasi II, serta IPO di tahun 2012. Sebagai salah satu diantara

BUMN Konstruksi terbesar di Indonesia, PT Waskita Karya memutuskan untuk

mengambil langkah menawarkan sahamnya kepada publik melalui bursa.

Sejak tanggal 19 Desember 2012 PT Waskita Karya secara resmi listing di

Bursa Efek Indonesia dengan ticker “WSKT” dengan harga perdana Rp380,-.

Kehadiran saham PT Waskita Karya disambut dengan sangat antusias oleh pelaku

pasar. Hal ini dapat dilihat dari perubahan harga saham yang positif sejak awal


(56)

saham dijual dengan harga Rp380,- per lembar saham. Harga tersebut mengalami

kenaikan sebesar 18,42% atau menjadi Rp450,- per lembar saham pada hari

penutupan tanggal 28 Desember 2012.

4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.2.1 Hasil Analisis Deskriptif

Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk memperoleh gambaran umum

mengenai data penelitian. Statistik deskriptif data sampel keseluruhan dapat

dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1

Hasil Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Abnormal Return 120 -.5892 3.8491 .737165 1.0569677

Initial Return 120 -.1800 .6952 .257970 .3384206

Money Raised 120 55000000000 2244750000000 688266646000.00 588631627590.977

Market Return 120 -.0896 .4877 .110513 .1233506

Size of Firm 120 124143000 4125551000000 1012655870902.60 1350026853985.859

Age of firm 120 16 677 273.22 214.260

Valid N (listwise) 120

Sumber : Hasil Penelitian, 2015 ( Data Diolah)

Rata-rata abnormal return saham pada penelitian ini memiliki nilai

sebesar 0.7371 dengan nilai maksimum sebesar 3.8491, dan nilai minimum

sebesar -0.5892, serta standar deviasi nilai abnormal return saham sebesar 1.0569.

Hal ini menunjukkan abnormal return saham pada perusahaan sektor properti,

real estate, dan kontruksi bangunan periode 2008 sampai 2012 selama 12 bulan

IPO memiliki nilai tertinggi abnormal return saham sebesar 384,91% diatas


(57)

nilai terendah abnormal return saham sebesar -58,92% pada perusahaan PT PP

(Persero) Tbk. Dan rata-rata abnormal return saham yang menunjukkan kinerja

jangka panjang IPO setelah 12 bulan mengalami overperformed sebesar 73,71%.

Rata-rata Initial Return pada penelitian ini memiliki nilai sebesar 0.257970

dengan nilai maksimum sebesar 0.6952, nilai minimum sebesar -0.1800, dan

standar deviasi nilai initial return sebesar 0.3384206. Hal ini menunjukkan selisih

antara harga penutupan waktu hari pertama dipasar sekunder dengan harga

penawaran perdana setelah itu dibagi dengan harga penawaran perdana pada

perusahaan sektor properti, real estate, dan kontruksi bangunan periode 2008

sampai 2012 selama 12 bulan setelah IPO memiliki initial return tertinggi sebesar

69,52% pada perusahaan PT Gading Development Tbk., sedangkan nilai initial

return terendah sebesar -18,00% pada perusahaan PT Greenwood Sejahtera Tbk.,

dan rata-rata initial return dari seluruh sampel memiliki nilai sebesar 25.79%.

Rata-rata money raised pada penelitian ini memiliki nilai sebesar Rp

688.266.646.000. dengan nilai maksimum sebesar Rp 2.244.750.000.000 pada

perusahaan PT Agung Podomoro Land Tbk., nilai minimum sebesar Rp

55.000.000.000 pada perusahaan PT Bumi Citra Permai Tbk., dan standar deviasi

nilai money raised sebesar Rp 588.631.627.590.977. Money raised ini

menunjukkan perkalian antara harga penawaran umum dengan jumlah saham

yang diterbitkan pada perusahaan sektor properti, real estate, dan kontruksi

bangunan periode 2008 sampai 2012.

Rata-rata market return pada penelitian ini memiliki nilai sebesar 0.1105


(1)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -6.294 1.976 -3.186 .002

LnIR 1.597 .116 1.221 13.760 .000

LnMonraised .205 .089 .209 2.313 .025

LnMarReturn -.054 .063 -.052 -.854 .397

LnSize .002 .022 .007 .085 .933

LnAge .421 .075 .480 5.600 .000

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1

(Constant)

LnIR .438 2.285

LnMonraised .424 2.358

LnMarReturn .915 1.093

LnSize .449 2.227

LnAge .470 2.127

a. Dependent Variable: LnAbreturn

Coefficient Correlationsa

Model LnAge LnMarReturn LnMonraised LnSize

1

Correlations

LnAge 1.000 .013 -.061 .261

LnMarReturn .013 1.000 .190 .022

LnMonraised -.061 .190 1.000 -.687

LnSize .261 .022 -.687 1.000

LnIR .614 .110 .382 -.181

Covariances

LnAge .006 6.396E-005 .000 .000

LnMarReturn 6.396E-005 .004 .001 3.008E-005

LnMonraised .000 .001 .008 -.001

LnSize .000 3.008E-005 -.001 .000


(2)

Coefficient Correlations

Model LnIR

1

Correlations

LnAge .614

LnMarReturn .110

LnMonraised .382

LnSize -.181

LnIR 1.000

Covariances

LnAge .005

LnMarReturn .001

LnMonraised .004

LnSize .000

LnIR .013

a. Dependent Variable: LnAbreturn

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue Condition Index Variance Proportions

(Constant) LnIR LnMonraised

1

1 5.409 1.000 .00 .00 .00

2 .438 3.515 .00 .38 .00

3 .112 6.965 .00 .05 .00

4 .033 12.885 .00 .27 .00

5 .008 25.482 .04 .11 .01

6 .000 119.417 .96 .17 .99

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Variance Proportions

LnMarReturn LnSize LnAge

1

1 .00 .00 .00

2 .03 .00 .00

3 .91 .00 .01

4 .03 .12 .45

5 .00 .48 .53


(3)

a. Dependent Variable: LnAbreturn

Casewise Diagnosticsa

Case Number Std. Residual LnAbreturn Predicted Value Residual

97 -3.657 -4.78 -3.1465 -1.63300

a. Dependent Variable: LnAbreturn

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value -3.1656 1.1030 .0697 .93269 56

Std. Predicted Value -3.469 1.108 .000 1.000 56

Standard Error of Predicted Value .079 .258 .141 .039 56 Adjusted Predicted Value -3.6938 1.1032 .0683 .94176 56

Residual -1.63300 1.09700 .00000 .42577 56

Std. Residual -3.657 2.457 .000 .953 56

Stud. Residual -4.475 3.006 .001 1.079 56

Deleted Residual -2.44532 1.64200 .00137 .55082 56

Stud. Deleted Residual -5.722 3.287 -.019 1.208 56

Mahal. Distance .730 17.355 4.911 3.614 56

Cook's Distance .000 1.660 .059 .241 56

Centered Leverage Value .013 .316 .089 .066 56


(4)

(5)

NPAR TESTS

/K-S(NORMAL)=RES_1

/MISSING ANALYSIS.

NPar Tests

a. Based on availability of workspace memory.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 56

Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation .42576649

Most Extreme Differences

Absolute .165

Positive .099

Negative -.165

Kolmogorov-Smirnov Z 1.231

Asymp. Sig. (2-tailed) .096

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(6)