3.8 Pengamatan makroskopik
Semua kelompok kelinci di bunuh dengan menggunakan kloroform secara inhalasi dan dilakukan pembedahan untuk mengambil saluran cernanya.
Kemudian saluran cernanya di buka dan di cuci dengan larutan fisiologis, lalu difoto dengan kamera digital untuk melihat apakah ada luka pada saluran
cernanya. Kemudian organ tersebut direndam dalam larutan formalin 10.
3.9 Pengamatan mikroskopik
Lambung kelinci yang telah diamati secara makroskopik, kemudian diamati secara mikroskopik secara histologi.
3.10 Pembuatan Preparat Jaringan Organ Lambung
Organ lambung difiksasi dalam larutan formalin 10 selama 2 hari. Lalu didehidrasi dalam alkohol bertingkat dimulai dengan merendam di dalam alkohol
70 vv selama 30 menit, selanjutnya dalam alkohol 80 vv, 90 vv, 96 vv, dan alkohol absolut masing-masing selama 24 jam. Kemudian organ lambung
dijernihkan dalam xylol murni lebih kurang 2 x 30 menit. Lalu organ lambung tersebut dimasukkan ke dalam larutan toluol parafin yang telah mencair di dalam
oven dengan volume 1:1 selama 60 menit. Selanjutnya berturut-turut organ lambung tersebut dimasukkan dalam parafin murni I, II, III masing-masing 60
menit. Setelah organ lambung dimasukkan ke dalam cetakan yang berisi parafin cair dan dibiarkan mengeras. Blok parafin cair yang berisi organ lambung tersebut
diiris setebal 6 µ m dengan menggunakan mikrotom kemudian irisan tersebut diletakkan pada kaca objek yang telah diolesi dengan albumin meyer dan ditetesi
akuades, selanjutnya diletakkan pada meja pemanas sampai jaringan melekat pada
Universitas Sumatera Utara
kaca objek. Lalu jaringan dimasukkan ke dalam larutan xylol selama 15 menit. Setelah itu jaringan dicelupkan berturut-turut ke dalam alkohol absolut, 96 vv ,
90 vv, 80 vv, 70 vv, dan akuades. Kemudian dilakukan pewarnaan terhadap jaringan dengan memasukkannya ke dalam larutan erlich hematosiklin
selama 3-7 detik dan selanjutnya dicuci dengan air mengalir lebih kurang 10 menit. Setelah itu dilakukan lagi pewarnaan dengan memasukkannya ke dalam
larutan eosin 0,5 selama 3 menit dan dilanjutkan dengan pencelupan dalam alkohol 70 vv, 80 vv, 90 vv, 96 vv dan alkohol absolut, kemudian
dikeringkan dengan kertas penghisap, selanjutnya jaringan tersebut ditetesi dengan kanada balsem dan ditutup dengan gelas penutup. Jaringan diamati
dibawah mikroskop preparatif dengan perbesaran 40 kali Jones, 1950.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pembuatan Matriks Kalsium Alginat-Kitosan Yang Mengandung Aspirin
Matriks kalsium alginat-kitosan yang mengandung aspirin dibuat dengan cara mencampurkan aspirin dengan natrium alginat dan kitosan dengan jumlah
yang sama banyak perbandingan 1:1. Lalu ditambahkan mucilago amili sedikit demi sedikit. Penambahan mucilago amili 5
b v
berfungsi sebagai bahan pengikat untuk memperoleh massa yang kompak dan dapat dibentuk. Dari hasil
percobaan diketahui bahwa untuk membuat 10 matriks formula I diperlukan mucilago amili sebanyak 1,90 g, formula II sebanyak 2,.348 g, formula III
sebanyak 2,657 g. Massa yang telah dibulatkan menjadi butir- butir matriks kemudian direndam dalam larutan kalsium klorida 0,15 M selama 35 menit.
Perendaman selama 35 menit bertujuan agar ion Ca
2+
dari larutan CaCl
2
dapat bereaksi sempurna dengan natrium alginat-kitosan membentuk gel kalsium
alginat-kitosan dengan bentuk yang bulat, kuat dan keras. Setelah itu matriks dikeringkan pada suhu kamar selama 3 hari untuk memperoleh matriks dengan
berat yang sudah stabil. Gambar matriks kalsium alginat-kitosan dapat dilihat pada Gambar 6-8.
Gambar 6 Gambar 7
Matriks dengan Formula I Matriks dengan Formula II
alginat : kitosan 10 mg: 10 mg alginat : kitosan 30 mg: 30 mg
Universitas Sumatera Utara