Deparafinasi dan Pewarnaan Preparasi Jaringan .1 Fiksasi

2.10.3 Penjernihan clearing dan infiltrasi Parafin

Pada proses penjernihan digunakan xilol atau xylene. Proses ini dimaksudkan untuk menarik alkohol atau dehidran yang lain dalam jaringan, agar nantinya dapat digantikan oleh molekul parafin Jones,1985. Setelah proses penjernihan , selanjutnya dimulai proses infiltrasi parafin. Parafin yang digunakan adalah yang titik cairnya berkisar 50-56 ºC. Proses ini seluruhnya dikerjakan di dalam oven. Waktu yang diperlukan oleh suatu jaringan di dalam campuran zat parafin murni tidak terlalu lama cukup berkisar antara 60 menit. Jaringan dipindahkan mulai dari parafin I, parafin II, parafin III, hal ini dimaksudkan agar jaringan mendapatkan suatu lingkungan parafin yang betul- betul murni. Selain itu tingkatan parafin ini dimaksudkan untuk mencegah tertahannya sejumlah besar zat penjernih di dalam jaringan, karena akan melunakkan jaringan dan membuat jaringan sukar diiris. Setelah proses ini maka dibuatlah suatu blok jaringan sehingga diperoleh massa yang keras dan padat sehingga dapat di potong menjadi jaringan yang tipis Jones,1985.

2.10.4 Deparafinasi dan Pewarnaan

Deparafinasi adalah suatu proses menghilangkan parafin yang terdapat di dalam jaringan. Proses ini dimaksudkan untuk mempermudah proses masuknya zat warna ke dalam jaringan. Caranya adalah dengan merendam irisan jaringan ke dalam xylene sekurang-kurangnya 15 menit. Jones,1985. Setelah proses deparafinasi dilakukan proses pewarnaan. Kebanyakan jaringan tidak berwarna sehingga sulit memeriksa jaringan yang tidak di warnai di bawah mikroskop. Kebanyakan zat warna yang digunakan dalam pemeriksaan Universitas Sumatera Utara histologik bersifat seperti senyawa asam atau basa dan mempunyai kecenderungan membentuk ikatan garam dengan gugus-gugus jaringan yang dapat berionisasi. Zat warna yang paling sering digunakan adalah hematoksilin eosin Junqueira dan Carneiro, 2005. Jaringan tersebut tidak langsung dimasukkan ke dalam zat warna hematoksilin tetapi direndam dahulu dengan larutan alcohol bertingkat dari konsentrasi tinggi sampai ke konsentrasi rendah kemudian baru dicelupkan ke dalam larutan hematoksilin. Hal ini dilakukan karena pewarna hematoksilin adalah zat warna yang larut dalam air sehingga jaringan dari media xylene harus dibawa ke media aquosa. Kemudian jaringan akan diwarnai dengan eosin 0,5 dalam alkohol 70 yamg sebelumnya jaringan harus dimasukkan sebentar, berturut-turut dari alkohol 30, kemudian 50, dan 70 Jones,1985. Eosin banyak digunakan sebagai background stain atau disebut juga counterstain, yaitu zat warna yang berfungsi untuk memberikan warna yang kontras dengan zat warna yang diberikan oleh zat warna yang terdahulu jones, 1985. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat – Alat

Neraca listrik Mettler Toledo, alat disolusi metode dayumgveego, pH meter Hanna, Stop Watch, kandang kelinci, kamera digital Canon, jangka sorong, timbangan kelinci Warce-Liege, peralatan bedah, mikroskop cahaya dan alat – alat laboratorium yang biasa digunakan.

3.2. Bahan – Bahan

Natrium alginat 300-400 cp adalah produk Wako Pure Chemical industries, Ltd Japan, Kitosan diperoleh dari Funakoshi, Ltd Japan, kalsium klorida, asam klorida, formalin, kloroform, etanol,natrium klorida produk Merck KgA 6404, kalium dihidrogen fospat, natrium hidroksida produk Merck KgA 6404, kapsul gelatin diperoleh dari Brataco Chemica Medan .

3.3. Hewan percobaan yang digunakan pada uji iritasi

Kelinci sebanyak 17 ekor dengan perincian sebagai berikut : Kelompok I : tanpa pemberian obat kontrol : 1 ekor Kelompok II : pemberian aspirin dalam kapsul gelatin : 1 ekor Kelompok III : Formula I pemberian aspirin dengan alginat : kitosan 10mg : 10mg : 5 ekor Kelompok IV : Formula II pemberian aspirin dengan alginat : kitosan 30mg : 30mg : 5 ekor Kelompok V : Formula III pemberian aspirin dengan alginat : kitosan 60mg : 60mg : 5 ekor Universitas Sumatera Utara