Langkah-Langkah Pembuatan Lumpur Bor Pengaruh Limbah Lumpur Terhadap Kesehatan Masyarakat

1. Melumasi dan mendinginkan mata bor. Gesekan antara mata bor dengan formasi batuan akan menimbulkan panas, dengan aliran lumpur dapat menurunkan suhunya. 2. Memberikan tekanan hidrolik ke motor yang mendorong mata bor di dasar lubang. 3. Mengangkat serpihan batuan cutting ke permukaan. 4. Membawa semen dan bahan lainnya ke tempat yang dibutuhkan dalam sumur. 5. Menjaga cutting tidak jatuh kedasar lubang bor saat pemboran dihentikan sementara, 6. Menahan sebagian berat drill pipe dan casing: selama proses pemboran berlangsung berat drill pipe serta casing dapat menimbulkan efek penekanan terhadap formasi, lumpur akan mengurangi effek tersebut dengan memberiikan gaya angkat keatas 7. Mengurangi efek negatif pada formasi: saat pemboran berlangsung lumpur akan menjaga lubang bor terhadap tekanan yang diberikan oleh formasi. 8. Mendapatkan informasi mud log, sample log: dalam pemboran kadang- kadang lumpur dianalisa apakah mengandung hidrokarbon atau tidak, pemeriksaan cutting sampel pun dapat menentukan formasi apa yang sedang ditembus.

2.3.8. Langkah-Langkah Pembuatan Lumpur Bor

Adapun langkah-langkah pembuatan lumpur dalam proses pemboran minyak bumi adalah : 1.Tambahkan natrium hidroksida sebanyak 0.25 lbbbl dan 0.12 lbbbl kalium hidroksida untuk membuang ion kalsium dan magnesium dalam air. Akan tetapi bila air tidak mengandung magnesium, kalium hidroksida tidak perlu digunakan. 2. Larutkan bentonite dalam air, maksudnya adalah membuat larutan yang terdiri hanya dari bentonite tanpa ada campuran bahan lainnya. 3.Untuk mencampur polimer, mulai dengan mengencerkan polimer terlebih dahulu. Jika lumpur menjadi terlalu kental tambahkan kalium klorida guna effisiensi pemompaan, garam ini akan mengurangi viskositas, jaga batas pH antara 9.0 - 9.5. setelah viskositas telah dikurangi, tambahkan polimer yang tersisa. 4.Tambahkan barite dan mulailah mengaduk lumpur sampai setara kekentalannya, periksa viskositas dan densitas secara berkala karena viskositas mungkin akan menurun akibat pengadukan awal. Bila terus terjadi tambahkan polimer penambah viskositas atau prehidrat bentonite.

2.3.9. Pengolahan Limbah Lumpur Bor

Tujuan utama pengolahan limbah lumpur bor adalah menurunkan kadar zat- zat kimia yang terkandung dalam lumpur bor sampai pada tingkat yang diizinkan dilepas ke lingkungan setelah dibandingkan dengan angka baku mutu menurut PerMen LH No. 04 Tahun 2007. Lumpur sisa pemboran merupakan limbah yang memerlukan proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dilepas ke lingkungan setelah semua parameter pemeriksaan di bawah baku mutu baik yang ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan teori pengolahan limbah cair, ada lima langkah pengolahan untuk mengolah limbah lumpur bor ini, yaitu : 1 . Pre Treatment Pada tahap ini lumpur dari lokasi pemboran akan ditampung pada sebuah kolam yang disebut Pit. Pelakuan pertama di Pit ini adalah penyaringan menggunakan screen bar terhadap padatan-padatan kasar, seperti plastik, kayu, dedaunan yang ikut terbawa bersama lumpur ketika disedot dengan vaccum truck. Selain itu pada tahap Pre treatment dilakukan juga pemisahan minyak dari cairan menggunakan pelampung minyak yang dinamakan floating boom. Minyak yang memiliki berat jenis lebih ringan daripada air akan mengapung ke atas dan akan melekat pada pelampung minyak.

2. Primary Treatment

Tahap selanjutnya adalah tahap pengolahan pertama. Perlakuan pada tahap ini adalah pemisahan antara padatan dan cairan dengan menginjeksikan bahan kimia. Tahap ini disebut juga Chemical Treatment. Zat kimia yang diinjeksi memiliki fungsi untuk mempercepat proses pengendapan di tangki sedimentasi. Zat kimia yang diinjeksi pertama kali adalah Aluminium sulfat Al 2 SO 4 berfungsi sebagai flokulan yang membentuk flok-flok sehingga terpisah padatan dengan cairan. Selanjutnya injeksi coastic soda NaOH yang berfungsi menetralkan pH setelah pemberian Al 2 SO 4 . Berikutnya injeksi koagulan berupa polimer untuk membentuk flok-flok yang lebih besar sehingga mempercepat proses pengandapan secara gravitasi. Setelah penginjeksian ketiga zat kimia ini limbah akan diendapkan untuk memisahkan padatan dan cairannya.

3. Secondary Treatment

Pada tahap ini dilakukan filtrasi menggunakan saringan pasir dan saringan karbon. Fungsi dari keduanya berbeda, saringan pasir berfungsi menyaring padatan yang masih terdapat dalam cairan sedangkan saringan karbon berfungsi sebagai penangkap atau penyerap zat-zat organik yang terlarut dalam cairan.

4. Tertiery Treatment

Pada tahap ini cairan akan ditampung pada sebuah Pit untuk di aerasi dengan aerator. Fungsi aerasi ini adalah menyuplai O 2 untuk pengolahan secara biologi oleh bakteri aerobik untuk penurunan kadar COD dalam limbah. Kemudian limbah akan dialirkan ke dalam multimedia filter yang terdiri dari pasir silika, zeolit dan kerikil. Berikutnya limbah akan disaring dengan ultra filtrasi dan reverse osmosis.

5. Ultimate Treatment

Pada tahap ini merupakan pengolahan lanjutan dari serangkaian pengolahan limbah lumpur. Pengolahan lanjutan terhadap limbah lumpur bor adalah pengolahan padatan yang telah dipisahkan dari cairan, dikumpulkan pada sebuah tanki khusus yang disebut solid tank. Padatan ini akan dipress terlebih sehingga benar-benar kering dan dimanfaatkan menjadi bahan baku batako yang dicampur dengan bahan lain, pasir dan semen.

2.3.10. Parameter Air Olahan Lumpur Bor 1.

Chemical Oxygen Demand COD COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan agar limbah organik yang ada dalam air limbah dapat teroksidasi melalui reaksi kimia. Penetapan COD berfungsi untuk mengukur banyaknya oksigen setara dengan bahan organik dalam sampel air, yang dioksidasi oleh senyawa oksidator kuat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa COD adalah oksidator kuat yang dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa organik dalam air Sunu, 2001.

2. pH Derajat Keasaman

Pengukuran pH berkaitan dengan proses pengolahan biologis karena pH yang kecil akan lebih menyulitkan, disamping akan mengganggu kehidupan dalam air bila dibuang ke perairan terbuka.

3. Gas

Gas H 2 S dan NH 3 yang ditemukan dalam lumpur berasal dari proses dekomposisi air buangan.

4. Phenol.

Salah satu komponen anorganik yang terkandung dalam limbah lumpur adalah Phenol. Phenol dengan konsentrasi 0.005liter dalam air minum menimbulkan rasa dan bau bereaksi dengan khlor yang membentuk khlorophenol Ginting, 2007.

5. Oil dan Grease

Minyak dan lemak dan merupakan bahan organis bersifat tetap dan sukar diuraikan bakteri. Limbah ini membuat lapisan pada permukaan air sehingga membentuk selaput. Berat jenisnya yang lebih kecil dari air maka minyak tersebut berbentuk lapisan tipis di permukaan air dan menutup permukaan yang mengakibatkan terbatasnya oksigen masuk dalam air.

6. Temperatur

Limbah yang mempunyai temperatur panas yang akan mengganggu pertumbuhan biota tertentu. Temperatur yang dikeluarkan suatu limbah cair harus merupakan temperatur alami. Suhu berfungsi memperlihatkan aktifitas kimiawi dan biologis. Pada suhu tinggi pengentalan cairan berkurang dan mengurangi sedimentasi. Tingkat zat oksidasi lebih besar pada suhu tinggi dan pembusukan jarang terjadi pada suhu rendah.

2.3.11. Pengaruh Limbah Lumpur Terhadap Kesehatan Masyarakat

Keberadaan limbah lumpur pengeboran di lingkungan apabila tidak dilakukan pengolahan sebelumnya dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia, khususnya yang bermukim di sekitar pembuangan limbah lumpur dan berhubungan langsung dengan limbah lumpur. Gangguan dapat bersifat akut dan kronis. Hal ini disebabkan oleh kandungan dalam lumpur yang berbahaya bagi manusia jika terkontaminasi. Beberapa parameter lumpur bor yang diperiksa dan dinilai berbahaya bagi kesehatan manusia adalah Phenol, Khlorida, Fluorida dan Logam berat. Efek yang ditimbulkan masing-masing kandungan tersebut adalah sebagai berikut : a. Karakteristik dari senyawa Phenol merupakan senyawa berwarna merah muda yang mudah masuk dalam kulit sehat dan menimbulkan rasa terbakar. Keracunan akut menyebabkan gejala gastro-intestinal, sakit perut, kelainan koordinasi bibir, mulut dan tenggorokan. Dapat pula terjadi perforasi usus. Keracunan khronis menimbulkan gejala gastro-intestinal, sulit menelan dan hipersalivasi, kerusakan ginjal dan hati dan dapat pula diikuti kematian. b. Dalam industri perminyakan Khlorida adalah konstituen yang dipantau ketat dari sistem lumpur. Kenaikan khlorida dalam sistem lumpur dapat mengindikasikan kemungkinan pengeboran ke dalam formasi air asin bertekanan tinggi. Efek buruk Khlorida terhadap manusia adalah penyakit ginjal dan overactivity dari kelenjar paratiroid Hiperparatiroidisme, mengakibatkan kelebihan produksi hormon paratiroid PTH dalam mengatur kadar kalsium dan fosfat sehingga terjadi kelebihan kalsium dan fosfat dalam tubuh yang berakibat pada ginjal. c. Ditemukannya Fluorida yang melebihi ambang batas dalam tubuh dapat berpotensi osteoporosis, kerusakan otak, kemandulan dan keretakan tulang pinggul. Kadar 0.1 ppm pun tetap saja menunjukkan kenaikan angka statistik keretakkan tulang pinggul yang signifikan. d. Masukknya logam berat dalam tubuh seperti Arsen, Timbal, Boron, Kobalt, Merkuri dan lainnya menyebabkan efek kronis pada tubuh yaitu karsinogenik dan cacat bawaan.

2.3.12. Pengaruh Limbah Lumpur Terhadap Lingkungan