pendidikan dikarenakan pendidikan tidak secara langsung berdampak terhadap pengetahuan, karena pengetahuan adalah aspek kognitif pada diri manusia, sebelum
menjadi suatu kegiatan yang sifatnya motorik yang akan memengaruhi sisi afektif atau sikap pada diri manusia, oleh karena itu PUS dengan pendidikan yang tinggi belum
tentu baik pengetahuannya di bidang KB, sehingga akan mengubah sikap dan prilaku PUS tersebut dalam hal keikutsertaan menjadi akseptor KB atau tidak.
5.2 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan PUS Menjadi Akseptor KB
Hasil analisis statistik memperlihatkan adanya hubungan pengetahuan dengan PUS menjadi akseptor KB. Dapat dilihat dari tingkat pengetahuan baik, sedang
maupun buruk lebih banyak dijumpai pada PUS yang tidak ikut menjadi akseptor KB. Dari 10 PUS yang ikut menjadi akseptor KB yang memiliki pengetahuan baik
sebanyak 6 42,9, memiliki pengetahuan sedang sebanyak 3 21,4 dan yang memilki pengetahuan buruk sebanyak 1 2,9 sedangkan dari 52 PUS yang tidak ikut
menjadi akseptor KB yang memilki pengetahuan baik sebanyak 8 57,1, memiliki pengetahuan sedang sebanyak 11 78,6 dan yang memiliki pengetahuan buruk
sebanyak 33 97,1. Hasil uji pearson chi-square diperoleh bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan PUS menjadi akseptor KB
dengan nilai p= 0,002 α=0,05 sehingga Ho ditolak menunjukkan adanya korelasi
positif yang signifikans. Artinya, bahwa pengetahuan responden sangat berpengaruh untuk mendukung PUS menjadi akseptor KB.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Choiriah 2010 bahwa terdapat hubungan tingkat pengetahuan dengan keikutsertaan PUS dalam pemanfaatan alat
kontrasepsi dengan hasil uji nilai p α=0,05. Hal ini juga sejalan dengan study yang
dilakukan BKKBN pusat di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang menunjukkan rendahnya pengetahuan menjadi salah satu faktor rendahnya keikutsertaan PUS dalam
ber-KB BKKBN, 2006. Pengetahuan berperan besar dalam memberikan wawasan kepada PUS dalam hal pembentukan sikap terhadap informasi tentang KB yang
didapat. Sikap tersebut akan diikuti dengan tindakan dalam melakukan usaha-usaha untuk ikut serta menjadi akseptor KB. Sebaliknya PUS yang tidak mempunyai
pengetahuan yang luas tentang KB tidak akan termotivasi untuk mengikuti program KB Notoatmojo, 2003.
Menurut Green pengetahuan sebelum melakukan tindakan itu adalah merupakan hal yang penting Smet, 1994. Adanya pengetahuan akan menimbulkan
kesadaran seseorang yang akhirnya memicunya untuk berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya tersebut. Semakin baik pengetahuan seseorang tentang
suatu objek maka akan semakin tinggi kesadarannya untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan pengetahuannya tersebut. Menurut Gergan 2001, semakin tinggi
tingkat pengetahuan jelas akan memengaruhi secara pribadi dalam berpendapat, berpikir, bersikap rasional mengambil suatu keputusan dan tindakan. Hal ini juga akan
memengaruhi secara langsung seseorang dalam hal pengetahuan hidupnya termasuk dalam hal merencanakan keluarganya.
Dari hasil penelitian yang didapat untuk meningkatkan prevalensi akseptor KB di Kelurahan Babura Kecamatan Sunggal dapat dilakukan dengan meningkatkan
pengetahuan mereka tentang KB dan manfaat yang didapat dari mengikuti program
KB karena terbukti bahwa mereka yang berpengetahuan baik memiliki peluang besar untuk mengambil keputusan ber-KB.
5.3 Hubungan Paritas dengan PUS Menjadi Akseptor KB