ini digunakan peneliti untuk melihat profil kemampuan kerjasama yang terjadi pada saat dilaksanakan pembelajaran berkelompok dengan
kriteria- kriteria mengenai kemampuan kerjasama.
Tabel 1. Kisi-Kisi Lembar Observasi Tentang Kemampuan Kerjasama Siswa dalam Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar KBM
No. Aspek kerjasama yang diukur
Nomor Item
1 Menggunakan kesepakatan
1 2
Menghargai kontribusi 2
3 Mengambil giliran dan berbagi tugas
3 4
Setiap anggota tetap berada dalam kelompok 4
5 Berada dalam tugas
5 6
Mendorong partisipasi 6
7 Mengundang orang lain
7 8
Menyelesaikan tugas dalam waktunya 8
9 Menghormati perbedaan individu
9 10
Musyawarah dalam kelompok 10
11 Peran ketua kelompok
11, 12 Sumber: Modifikasi dari soekanto 1990 dan Lungdren dalam Isjoni,
2013:65-66.
b. Angket
Angket merupakan suatu daftar pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden Sudaryono, dkk., 2013: 30. Angket yang
diberikan kepada siswa berkaitan dengan profil kerjasama siswa dalam kelompok, pertanyaan profil kerjasama siswa terdapat 9 butir
pertanyaan.
Tabel 2. Kisi-Kisi Angket Siswa Tentang KerjasamaSiswa dalam Pembelajaran IPA
No. Aspek kerjasama yang diukur
Nomor Item
1 Menggunakan kesepakatan
1 2
Menghargai kontribusi 2
3 Mengambil giliran dan berbagi tugas
3 4
Setiap anggota tetap berada dalam kelompok 4
5 Berada dalam tugas
5 6
Mendorong partisipasi 6
7 Mengundang orang lain
7 8
Menyelesaikan tugas dalam waktunya 8
9 Menghormati perbedaan individu
9 10
Musyawarah dalam kelompok 10
11 Peran ketua kelompok
11, 12 Sumber: Modifikasi dari soekanto 1990 dan Lungdren dalam Isjoni,
2013:65-66.
c. Wawancara
Teknik wawancara adalah teknik pengumpulan data kualitatif dengan menggunakan instrumen yaitu pedoman wawancara Sudaryono, dkk.,
2013: 35. Wawancara dilakukan untuk mengetahui tentang proses pembelajaran IPA. Peneliti menerima informasi dari guru secara
langsung dengan menggunakan pedoman wawancara yang berisikan beberapa pertanyaan.
Daftar pertanyaan: Tabel 3. Daftar pertanyaan wawancara
No Pertanyaan
1. Bagaimana caraBapak Ibu membentuk kelompok di dalam
kelas, berdasarkan: a. Gender homogen heterogen
b. Nilai siswa c. Absen siswa yang sesuai dengan abjad
d. Urutan nomer absen ganjil atau genap e. Kemauan siswa sendiri
f.
Sikap atau karakter siswa 2.
Berapa jumlah anggota dalam setiap kelompok yang BapakIbu buat?
3. Apakah dalam penilaian kelompok, BapakIbu memperhatikan
cara kerjasama dan aktivitas siswa saat diskusi? 4.
Apakah dalam diskusi BapakIbu mengatur jalannya diskusi pada masing-masing kelompok?
5. Bagaimana cara BapakIbu mendorong siswa untuk belajar
dalam kelompok? 6.
Bentuk tugas apa yang BapakIbu berikan dalam diskusi? 7.
Apakah BapakIbu mendorong siswa mendengarkan gagasan dan pikiran siswa lainnya?
8. Bagaimana BapakIbu mengigatkan siswa untuk berperan aktif
dalam diskusi? 9.
Apakah siswa menyenagi pembelajaran kelompok? 10.
Apakah siswa tertarik untuk belajar bersama dan saling belajar dari siswa lain?
11. Apakah siswa merasa senang bertukar pendapat dan pikiran
antar sesama mereka? 12.
Apakah siswa antusias mengerjakan tugas mata pelajaran IPA secara berkelompok?
d. Dokumentasi
Peneliti melakukan dokumentasi dalam proses pengumpulan data berupa rekaman video dan foto-foto Sudaryono, dkk., 2013: 41. Selain
itu peneliti meminta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP dan silabus untuk mengetahui benar tidak pembelajaran dilakukan.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Data-data yang ada adalah data kualitatif yang diubah menjadi data
kuantitatif kemudian dideskripsikan dengan mempersentasikannya. 1. Data Kualitatif
Dalam menganalisis data yang terkumpul dari lapangan, penulis menggunakan metode deskriftif kualitatif dimana data dan informasi
diperoleh dari lapangan dideskripsikan secara kualitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi berupa dafta rcek dan wawancara yang
dilakukan dengan guru kelas IV dan V SD unuk mengetahui tentang proses pembelajaran IPA. Adapun langkah-langkah analisis penelitian ini
sebagai berikut : a. Mengklasifikasikan skor 0 kurang, 1 cukup, dan 2 baik yang
diperoleh peneliti dari lembar observasi mengenai profil kerjasama siswa.
b. Menghitung skor yang diperoleh dari lembar observasi dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus analisis deskriptif persentase
menurut Ali 2013: 201 sebagai berikut: =
× 100 Keterangan :
n = nilai yang diperoleh responden N = nilai yang semestinya diperoleh responden
= persentase kemampuan kerjasama siswa kelas IV dan V
Hasil perhitungan dalam bentuk persentase kemudian diinterpretasikan dengan tabel kriteria tingkat kemampuan kerjasama siswa sebagai
berikut: Tabel 4. Kriteria Tingkat Kemampuan Kerjasama Siswa dalam
Pembelajaran IPA Kelas IV dan V No
Interval nilai Kriteria
1. 81 – 100
Sangat tinggi 2.
61 – 80 Tinggi
3. 41 – 60
Sedang 4.
21– 40 Rendah
5. 0-20
Sangat rendah Sumber : Riduwan, 2012: 89
c. Peneliti juga menggunakan angket untuk mengetahui profil kemampuan kerjasama siswa dalam pembelajaran dengan
mengklasifikasikan skor nilai 1 Ya dan 0 Tidak sedangkan untuk pertanyaan dengan kalimat negatif mengklasifikasikan skor nilai 1
Tidak dan 0 Ya. d. Menghitung skor dari angket dalam bentuk persentasi dengan
menggunakan rumus analisis deskriptif presentasi menurut Ali 2013: 201 sebagai berikut:
= × 100
Keterangan : = persentase pola dan profil kemampuan kerjasama siswa dalam
kelompok, n = skor yang diperoleh
N = jumlah skor
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan kerjasama pada pembelajaran IPA di SD Negei 1 Gedung Meneng,
Bandar Lampung sudah mencapai dalam kiteria “tinggi” dilihat dari hasil persentase berikut:
1. Profil kemampuan kerjasama pada lembar observasi kelas IV yakni pada aspek disiplin tergolong dalam kriteria “tinggi” dengan persentase 69 dan
profil kemampuan kerjasama pada kelas V yakni pada aspek respek dan taat aturan tergolong dalam kriteria “tinggi” dengan persentase 78. Profil
kemampuan kerjasama pada angket siswa kelas IV yakni pada aspek taat aturan tergolong dalam kriteria “tinggi” dengan persentase 79 dan profil
kemampuan kerjasama pada kelas V yakni pada aspek displin tergolong dalam kriteria “tinggi” dengan persentase 78.
2. Pola kerjasama siswa pada pembelajaran IPA di sekolah SD Negeri 1 gedung Meneng terbentuk 4 pola kerjasama. Pola kerjasama spontan,
kerjasama kontrak dan kerjasama langsung terbentuk pada masing-masing dua kelompok sedangkan pada pola kerjasama langsung terbentuk 3
kelompok dengan karakteristik yang berbeda. Sehingga pola yang lebih
menonjol pada sekolah ini adalah pola kejasama langsung Directed Cooperation.
B. Saran
Pada penelitian ini, peneliti menemukan kekurangan-kekurangan sehingga peneliti menyarankan sebaiknya:
1. Untuk penelitian deskriptif , diperlukan adanya referensi dari berbagai
sumber dan memerlukan bantuan dari observer lain, sehingga peneliti tidak merasakan kesulitan untuk menyatakan fakta-fakta yang terjadi
dilapangan. 2.
Kepada peneliti lain, sebelum melakukan observasi kemampuan kerjasama dalam pembelajaran IPA sebaiknya lebih banyak lagi dalam
pengambilan sampel agar data yang diperoleh dapat dibandingkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. 2013. Prosedur dan Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung. Anitah, S. 2009. Teknologi Pembelajaran. Inti Media. Surakarta.
Azaria Ina. Y. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Discovery Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Di Sekolah Dasar. JPGSD Volume 01
Nomor 02. Online http:jurnal.unnes.ac.idartikel_sjupdfupej764790, diakses pada tanggal 17 Desember 2015; Pukul 13.30 WIB.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2010. Paradigma Pendidikan Nasional Di Abad-21. BSNP. Jakarta.
BSNP. 2006. Panduan Penyusun KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.
Barkley, E Elizabert., K. P. Cross., dan C. H. Major. 2014. Collaborative Learning Techniques. Terjemahan Oleh Nurlita Yusron. Nusmed-Studio.
Bandung.
BPPTKPU. 2011. Lesson Study. Dinas Pendidikan Jawa Barat. Jawa Barat. Darmodjo, Hendro Jenny R.E. Kaligis. 1993. Pendidikan IPA II.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. Delors, Jacques. 1996. “Learning”: The Treasure Within, Report to UNESCO of
the International Commission on Education for the Twenty-First Century. Paris: UNESCO Publishing. Online .
http:ecampus.fkip.unja.ac.ideskripsidata 429.pdf, diaskes pada tanggal 02 Februari2016; Pukul 21.15 WIB.
Dimyati Dan Moejiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Djojosoediro, W. 2010. Hakikat IPA. Online http:pjjpgsd.unesa.ac.iddok1.Modul1Hakikat20IPA20dan20Pem
belajaran20IPA.pdf diunduh pada tanggal 24 Desember 2015; Pukul 10.00 WIB.
Eggen, P. dan Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Indeks. Jakarta. Funali, Mochamad. 2014.Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Ips Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kolaborasi Pada Siswa Kelas V Sdn I Siboang. Jurnal Kreatif Tadulako OnlineVol. 4,
No. 1. Online. http:jurnal.untad.ac.idjurnalindex.phpJKTOarticleview32662314
diakses pada tanggal 12 Desember 2015; Pukul 21.00 WIB.
Hamalik, O. 2001.Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Bandung. Ihsan, Fuad. 2005. Dasar-dasar Kependidikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Ihsan, Faris. 2014. Meningkatkan Keterampilan Kerjasama Peserta Diklat Melalui Pembelajaran Kolaboratif. Online.
http:bkddiklat.ntbprov.go.idwp- contentuploads201409Meningkatkan-Keterampilan-Kerjasama-Peserta-
Diklat-Melalui-Pembelajaran-Kolaboratif.pdf, diaskes pada 31 Januari 2016; Pukul 19.24 WIB.
Indriati, D. 2012. Meningkatkankan Hasil Belajar IPA Konse Cahaya Melalui Pembelajaran Science-Edutanment Berbantuan Media Animasi. Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia. JTII 1 2. 192. Online. http:ejournal.undiksha.ac.idindexs.phpscienceedutaimentarticledwon
load...2571, diakses pada tanggal 25 Januari 2014; 13.00 WIB.
Isjoni. 2013. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Pustaka Pelajar. Yokyakarta.
Iskandar, Sarin. 1997. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Depdikbud. Jakarta. Johnson, Elaine B. 2008. Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegia-
tan Belajar-MengajarMengasyikkan dan Bermakna. MLC. Bandung. Kurniasih, I. dan B. Sani. 2014. Perencanaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Kompas. 2015. Berawal dari Ejekan, Perkelahian Siswa Kelas 2 SD Itu Berujung Kematian. Online.
http:megapolitan.kompas.comread2015091917421981Berawal.dari. Ejekan.Perkelahian.Siswa.Kelas.2.SD.Itu.Berujung.Kematian, diakses
pada tanggal 15 Maret 2016; Pukul 21.45 WIB.