nilai supernormal dan distimulasi oleh anemia, juga distimulasi oleh hipoksia dan kenaikan pada jumlah sel darah merah yang bersirkulasi merupakan ciri umum
karena aklimatisasi ketinggian Ganong, 1979. Setiap eritrosit mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin, sejenis pigmen pernapasan yang mengikat
oksigen. Volume hemoglobin mencapai sepertiga volume sel. Hemoglobin adalah molekul yang tersusun dari suatu protein, globin. Di dalam globin terdapat hem
yang mengandung zat besi dan hem berperan dalam proses pewarnaan darah Sloane, 2003.
Menurut Patimah 2007 bahwa zat besi merupakan prekursor yang sangat diperlukan dalam pembentukan hemoglobin dan sel darah merah eritrosit.
Defisiensi zat besi penyebab utama anemia gizi dibanding dengan defisiensi zat gizi lain seperti asam folat, vitamin B12, protein, vitamin, dan
trace elements
lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari, anemia gizi zat besi disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: kandungan zat besi dalam makanan sehari-hari yang
kurang, penyerapan zat besi dari makanan yang sangat rendah, adanya zat-zat yang menghambat penyerapan zat besi, dan parasit di dalam tubuh seperti cacing
tambang atau cacing pita, diare, atau kehilangan banyak darah akibat kecelakaan atau operasi Wirakusumah, 1998.
2.5 Deskripsi umum hati
Hati adalah organ terbesar kedua di tubuh dan kelenjar terbesar, dengan berat sekitar 1,5 kg. Organ ini terletak dalam rongga perut di bawah diafragma. Hati
merupakan organ sensitif.Salah satu fungsinya yang penting adalah melindungi tubuh terhadap terjadinya penumpukan zat berbahaya yang masuk dari luar,
seperti obat tertentu. Sebagian besar obat masuk melalui saluran cerna, dan hati terletak diantara permukaan absortif dari saluran cerna dan organ target obat
dimana hati berperan sentral dalam metabolisme obat. Obat-obatan merupakan bahan kimia yang sangat mungkin mempengaruhi fungsi organ dalam tubuh,
terutama hati.Istilah yang digunakan untuk obat penyebab kerusakan hati disebut obat penginduksi kerusakan hati’
drug induced liver injury
, sedangkan efeknya disebut hepatotoksik atau toksik ke hati Julita, 2012 dalam Clarianta Fiana
2014.
Universitas Sumatera Utara
Semua bahan kimia yang dikonsumsi, akan mengalami berbagai proses dalam tubuh, di antaranya adalah proses metabolisme di hati. Jika sel-sel hati terpapar
oleh zat yang bersifat toksis dalam dosis dan waktu tertentu, maka sel-sel hati dapat mengalami kerusakan, sehingga enzim-enzim yang terdapat di dalam sel
akan terlepas dan kadarnya dalam darah akan meningkat. Perubahan kadar enzim- enzim hati ini dalam darah dapat digunakan sebagai suatu indikator untuk
mengetahui adanya kerusakan pada hati Arfeliana, 2010. Gangguan hati dapat ditandai dengan peningkatan kadar SGOT dan SGPT, laktat dehidrogenase, kadar
bilirubin serum, serta pepanjangan masa protombin Wilmana, 1995.
2.6
Serum Glutamic Piruvic Transaminase dan Serum Glutamic Oxaloacetik Transaminase
Hati merupakan organ pertama yang dicapai oleh obat-obatan dan zat lain yang diabsorbsi usus melalui vena porta, sehingga hepar adalah tempat utama
metabolisme dan detoksifikasi Minckler, 1991 dalam Lisdiana, 2004. Enzim SGPT merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif dalam
mendiagnosis kerusakan hepatoseluler. Kadar SGPT dapat lebih tinggi dari kadar sekelompok transaminase lainnya dalam kasus kerusakan hati akibat penggunaan
obat atau zat kimia Surya, 2009. Enzim SGOT SGPT merupakan dua enzim transaminase yang dihasilkan oleh sel-sel hati dalam peningkatan SGOT dan
SGPT mengindikasikan adanya kerusakan sel-sel hati, karena kedua enzim ini meningkat terlebih dahulu dan meningkat drastis bila dibandingkan dengan
enzim-enzim lain ketika terjadi kerusakan sel-sel hepar Fajariyah dkk. 2010. Kadar enzim SGOT dan SGPT normal pada mencit yaitu SGOT 23,2 - 48,4
ULdan SGPT 2,1 – 23,8 UL Arfeliana, 2010, kadar normal SGOT tikus putih
adalah 141 ± 67,4 ULdan kadar normal SGPT tikus putih adalah 12,6 ±4,40 UL, Kadar enzim SGPT normal pada manusia yaitu berkisar antara 3 sampai dengan
45 UL, sedangkan SGOT yang dianggap normal adalah 8 sampai dengan 33 UL Fajariyah dkk. 2010. Radikal bebas akan menyebabkan gangguan integritas
membran hepatosit sehingga menyebabkan keluarnya berbagai enzim dari hepatosit, antara lain SGOT dan SGPT, sehingga dapat menjadi indikator
kerusakan hepar Handoko, 2005.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 BAHAN DAN METODE