21 g. Lebih mudah melihat tren sebuah bank serta melakukan prediksi di masa
yang akan datang
2.2.3 Aspek-aspek Penilaian Kesehatan Bank
Menurut Slamat Riyadi 2003:185, Tingkat Kesehatan Bank adalah penilaian suatu kondisi laporan keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai dengan
standar Bank Indonesia. Penilaian untuk menentukan kondisi suatu bank, biasanaya menggunakan berbagai alat ukur. Salah satu alat ukur yang utama yang
digunakan untuk menentukan kondisi suatu bank dikenal dengan nama analisis CAMEL. Menurut Kasmir 2008, analisis ini terdiri dari:
a. Aspek Permodalan Capital Penilaian didasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh bank yang
didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum. Salah satu penilaian adalah dengan menggunakan rasio CAR capital adequacy ratio,
yaitu dengan cara membandingkan modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko ATMR
Modal CAR =
x 100 ATMR
b. Aspek Kualitas Aset Asset Penilaian didasarkan kepada kualitas aktiva yang dimiliki bank. Dalam
menilai kualitas aset ada dua rasio yang digunakan yaitu rasio kredit yang diberikan bermasalah dengan total kredit atau disebut juga dengan Non
Performing Loans NPL dan kualitas aktiva produktif KAP. Indikasi
Universitas Sumatera Utara
22 penilaian aset yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio kualitas
produktif bermasalah dengan aktiva produktif NPL yang diperoleh dengan rumus:
Kredit Non Lancar NPL =
x 100 Total Kredit
NPL Non Performing Loan merupakan rasio yang menunjukan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang
diberikan oleh bank. NPL dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah kredit yang bermasalah dibandingkan dengan total kredit.
Besarnya NPL yang diperbolehkan oleh Bank Indonesia saat ini adalah maksimal 5
jika melebihi 5 maka akan mempengaruhi penilaian Tingkat Kesehatan Bank yang bersangkutan. Semakin besar tingkat NPL ini menunjukkan bahwa
bank tersebut tidak profesional dalam pengolahan kreditnya, sekaligus memberikan indikasi bahwa tingkat risiko atas pemberian kredit pada bank
tersebut cukup tinggi searah dengan tingginya NPL yang akan dihadapi bank.
c. Aspek Kualiatas Manajemen Management Penilaian didasarkan pada manajemen permodalan, manajemen aktiva,
manajemen rentabillitas, manajemen likuiditas, dan manajemen umum. Manajemen bank dinilai atas dasar 250 pertanyaan yang diajukan.
d. Aspek Earning Penilaian didasarkan pada rentabilitas suatu bank yang dilihat kemampuan
suatu bank dalam menciptakan laba. Penilaian dalam unsur ini didasarkan kepada dua macam, yaitu rasio laba terdapat total aset Return on Asset
Universitas Sumatera Utara
23 dan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional BOPO.
Indikasi penilaian dalam aspek earning yang digunakan adalah rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional yang diperoleh dengan
rumus: Beban Operasional
BOPO = x 100
Pendapatan Operasional
Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Artinya, semakin rendah BOPO berarti semakin
efisien kinerja bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan
semakin besar.
e. Aspek Liquidity
Suatu bank dapat dikatakan likuid apabila bank dapat memenuhi semua kewajibannya, khususnya kewajiban jangka pendek yang berkaitan dengan
simpanan masyarakat simpanan, tabungan, giro dan bank mampu memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Dalam rasiolikuiditas, rasio
yang dapat diukur antara lain: Quick Ratio, Loan to Deposit Ratio LDR, dan Loans to Assets Ratio.
Kredit LDR =
x 100 Dana Pihak Ketiga
Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank untuk membayar kembali kewajiban para deposannya dengan menarik kembali kredit-kredit
yang telah diberikan kepada debitur Mulyono,1999.
Universitas Sumatera Utara
24
2.3 Laba