Pengaruh Capital Adequwacy Ratio (CAR),Retrn On Asset (ROA), Retrn On Equwacy (ROE), Loan To Deposit Ratio (LDR), Dan Price EarningRatio (PER) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei
SKRIPSI
PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), RETURN ON ASSET (ROA), RETURN ON EQUITY (ROE), LOAN TO
DEPOSIT RATIO (LDR), DAN PRICE EARNING RATIO (PER) TERHADAP RETUR N SAHAM
PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI
OLEH :
JULIA R. SIDAURUK 090503103
PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Capital Adequacy
Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Loan to Deposit
Ratio (LDR), dan Price Earning Ratio (PER) terhadap Return Saham pada
Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI” adalah benar hasil karya tulis saya
sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban
akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya dengan jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Januari 2013
Yang Membuat Pernyataan,
Julia R. Sidauruk
(3)
KATA PENGANTAR
Segala pujian syukur dan hormat hanya bagi Tuhan Yesus Kristus yang
senantiasa melimpahkan berkat dan anugerah dalam kehidupan penulis bahkan
memberikan kekuatan dan tuntunan dalam setiap proses pengerjaan skripsi ini
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu.
Adapun judul dari skripsi ini adalah : “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Price Earning Ratio (PER) terhadap Return Saham pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI” yang disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas
Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
Secara khusus, penulis ingin mengucapkan terima kasih untuk kedua orang
tua penulis tercinta, Ayahanda Bahtiar Sidauruk, S.Pd, M.Pd dan Ibunda Rasminta
Sihaloho, BSc serta keempat saudara penulis : Heriady Sidauruk, Reondo
Sidauruk, Sephian Sidauruk dan Yudika Sanjay Sidauruk. Terima kasih yang tulus
atas setiap doa, semangat, dukungan, kepercayaan dan cinta kasih yang telah
diberikan dan yang selalu ada untuk penulis.
Penulis banyak memperoleh bimbingan, pemikiran, motivasi, serta bantuan
baik doa dan dana dari berbagai pihak dalam menjalani studi di Fakultas Ekonomi
bahkan dalam masa-masa pengerjaan skripsi ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini
(4)
1. Bapak Drs. H. Arifin Lubis, MM, Ak selaku Plt. Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua
Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak selaku
Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program
Studi S1 Akuntasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, CPA, Ak selaku Dosen Pembimbing
yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan evaluasi dan
saran dalam pengerjaan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Syahrul Rambe, MM, Ak selaku Dosen Pembaca Penilai yang
telah memberikan saran dan masukan kepada penulis.
6. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai Fakultas Ekonomi terutama
Departemen Akuntansi yang telah berbagi ilmu pengetahuan dan membantu
penulis selama penulis menjalani masa perkuliahan.
Penulis juga berterima kasih kepada teman-teman penulis di JFTLG,
keluarga besar Sidauruk dan Sihaloho, dan semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu penulis dalam pengerjaan
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna baik dalam
(5)
Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati penulis mengharapkan saran,
kritik dan segala bentuk pengarahan dari semua pihak untuk perbaikan skripsi ini.
Akhir kata, kiranya skripsi ini menjadi bahan acuan yang bermanfaat bagi
pembaca dan peneliti lainnya.
Medan, Januari 2013
Julia R. Sidauruk
(6)
ABSTRAK
PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), RETURN ON ASSET
(ROA), RETURN ON EQUITY (ROE), LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR), DAN
PRICE EARNING RATIO (PER) TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Price Earning Ratio (PER) terhadap return saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio
(CAR), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio
(LDR), dan Price Earning Ratio (PER), sementara return saham sebagai variabel dependen.
Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada periode 2007-2011. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dan diperoleh 18 perusahaan sampel yang menjadi objek penelitian dengan 90 unit analisis. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda dengan menggunakan
Software SPSS 17.0 (Statistic Product and Services Solution) for Windows dimana sebelumnya data telah diuji dengan menggunakan uji asumsi klasik.
Hasil analisis menunjukkan bahwa baik secara simultan maupun parsial, seluruh variabel independen dalam penelitian ini yaitu CAR, ROA, ROE, LDR dan PER tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Kemampuan prediksi dari kelima variabel independen tersebut terhadap return saham adalah sebesar 2,1% sedangkan sisanya sebesar 97.9% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model regresi.
Kata kunci : Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR), Price Earning Ratio
(7)
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), RETURN ON ASSET (ROA), RETURN ON EQUITY (ROE), LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR), AND PRICE EARNING RATIO (PER) TOWARDS STOCK RETURN
ON BANKING COMPANIES LISTED IN BEI
The purpose of this research is to find out the influence of Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR), and Price Earning Ratio (PER) towards stock return on banking companies listed in Indonesia Stock Exchange. The independence variables in this research are Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR), and Price Earning Ratio (PER), while stock return as dependent variable.
The object of this research is banking companies listed in BEI from 2007 to 2011. Sampling method that used is purposive sampling and there are 18 sample companies that will be research objects with 90 unit analysis. Analytical techniques used in this research is multiple regression analysis by using Software SPSS 17.0 (Statistic Product and Services Solution) for Windows where previously the data was tested using the classical assumptions.
The results of this research show that simultaneously and partially, all of independent variables in this research (CAR, ROA, ROE, LDR and PER) don’t have significant effect to the stock return. Prediction capability from these five variables towards stock return is 2,1% where the balance 97.9% is affected to other factors which was not to be entered to regression model.
Keywords : Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR), Price Earning Ratio (PER), Stock Return, Banking Companies.
(8)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 9
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 9
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 11
2.1.1 Saham ... 11
2.1.1.1 Pengertian Saham ... 11
2.1.1.2 Jenis-jenis Saham ... 12
2.1.1.3 Manfaat Kepemilikan Saham ... 17
2.1.1.4 Resiko Kepemilikan Saham ... 18
2.1.1.5 Harga Saham ... 21
2.1.1.6 Return Saham ... 24
2.1.2 Capital Adequacy Ratio (CAR) ... 27
2.1.3 Return on Asset (ROA) ... 30
2.1.4 Return on Equity (ROE) ... ... 32
2.1.5 Loan to Deposit Ratio (LDR) ... 33
2.1.6 Price Earning Ratio (PER) ... 36
2.2 Review Penelitian Terdahulu ... 38
2.3 Kerangka Konseptual ... 41
2.4 Hipotesis ... 44
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 46
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 46
3.3 Batasan Operasional ... 47
3.4 Definisi Operasional ... 48
3.4.1 Variabel Independen ... 48
3.4.2 Variabel Dependen ... 50
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 52
(9)
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 55
3.8 Teknik Analisis ... 55
3.8.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 57
3.8.1.1Uji Normalitas Data ... 57
3.8.1.2Uji Multikolinearitas ... 58
3.8.1.3Uji Heteroskedastisitas ... 59
3.8.1.4Uji Autokorelasi ... 60
3.8.2 Pengujian Hipotesis ... 60
3.8.2.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 61
3.8.2.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 61
3.8.2.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ... 62
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Data penelitian ... 64
4.2 Analisis Hasil Penelitian ... 68
4.2.1 Statistik Deskriptif ... 68
4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 70
4.2.2.1 Uji Normalitas ... 70
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas ... 73
4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 75
4.2.2.4 Uji Autokorelasi ... 76
4.2.3 Pengujian Hipotesis ... 76
4.2.3.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 77
4.2.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 78
4.2.3.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) ... 79
4.2.3.4 Analisis Persamaan Regresi ... 82
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 83
4.3.1 Pengaruh CAR terhadap Return Saham ... 84
4.3.2 Pengaruh ROA terhadap Return Saham ... 85
4.3.3 Pengaruh ROE terhadap Return Saham ... 87
4.3.4 Pengaruh LDR terhadap Return Saham ... 88
4.3.5 Pengaruh PER terhadap Return Saham ... 89
BAB V METODE PENELITIAN 5.1 Kesimpulan ... 90
5.2 Keterbatasan ... 91
5.3 Saran ... 91
(10)
DAFTAR TABEL
No. Judul Tabel Halaman
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 40
3.1 Waktu Penelitian ... 47
3.2 Variabel dan Defenisi Operasional ... 51
3.3 Perusahaan Perbankan yang Dijadikan Sampel ... 53
4.1 Daftar Sampel Perusahaan Perbankan ... 65
4.2 Daftar Variabel Penelitian ... 66
4.3 Descriptive Statistics ... 69
4.4 Pengujian Normalitas 1 ... 71
4.5 Pengujian Multikolinearitas ... 74
4.6 Pengujian Autokorelasi ... 76
4.7 Pengujian Goodness of Fit ... 77
4.8 Hasil Uji F ... 78
(11)
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Gambar Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 42
4.1 Pengujian Normalitas 2 ... 72
4.2 Pengujian Normalitas 3 ... 72
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Lampiran Halaman
Lampiran i Daftar Perusahaan Perbankan yang Menjadi Sampel ... 96 Lampiran ii Hasil Pengolahan SPSS ... 97
(13)
ABSTRAK
PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), RETURN ON ASSET
(ROA), RETURN ON EQUITY (ROE), LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR), DAN
PRICE EARNING RATIO (PER) TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Price Earning Ratio (PER) terhadap return saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio
(CAR), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio
(LDR), dan Price Earning Ratio (PER), sementara return saham sebagai variabel dependen.
Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada periode 2007-2011. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dan diperoleh 18 perusahaan sampel yang menjadi objek penelitian dengan 90 unit analisis. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda dengan menggunakan
Software SPSS 17.0 (Statistic Product and Services Solution) for Windows dimana sebelumnya data telah diuji dengan menggunakan uji asumsi klasik.
Hasil analisis menunjukkan bahwa baik secara simultan maupun parsial, seluruh variabel independen dalam penelitian ini yaitu CAR, ROA, ROE, LDR dan PER tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Kemampuan prediksi dari kelima variabel independen tersebut terhadap return saham adalah sebesar 2,1% sedangkan sisanya sebesar 97.9% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model regresi.
Kata kunci : Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR), Price Earning Ratio
(14)
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), RETURN ON ASSET (ROA), RETURN ON EQUITY (ROE), LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR), AND PRICE EARNING RATIO (PER) TOWARDS STOCK RETURN
ON BANKING COMPANIES LISTED IN BEI
The purpose of this research is to find out the influence of Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR), and Price Earning Ratio (PER) towards stock return on banking companies listed in Indonesia Stock Exchange. The independence variables in this research are Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR), and Price Earning Ratio (PER), while stock return as dependent variable.
The object of this research is banking companies listed in BEI from 2007 to 2011. Sampling method that used is purposive sampling and there are 18 sample companies that will be research objects with 90 unit analysis. Analytical techniques used in this research is multiple regression analysis by using Software SPSS 17.0 (Statistic Product and Services Solution) for Windows where previously the data was tested using the classical assumptions.
The results of this research show that simultaneously and partially, all of independent variables in this research (CAR, ROA, ROE, LDR and PER) don’t have significant effect to the stock return. Prediction capability from these five variables towards stock return is 2,1% where the balance 97.9% is affected to other factors which was not to be entered to regression model.
Keywords : Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR), Price Earning Ratio (PER), Stock Return, Banking Companies.
(15)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Awal tahun 1997 sampai tahun 2000 merupakan kehancuran dunia
perbankan di Indonesia baik bank milik pemerintah maupun bank milik swasta
nasional. Pada saat krisis tersebut banyak sekali bank yang tidak mampu bertahan
akibat mengalami negative spread yang parah hingga meminuskan modal bank.
Puncaknya adalah ketika pemerintah membuat kebijaksanaan pada tanggal 13
Maret 1999 yang menetapkan bahwa sebanyak tujuh puluh empat bank dapat
beroperasi tanpa rekapitulasi, sembilan bank beroperasi dengan rekapitulasi, tujuh
bank diambil alih oleh pemerintah, dan tiga puluh delapan bank ditutup.
Kebobrokan dunia perbankan Indonesia tersebut adalah akibat kesalahan dalam
pengelolaannya.
Pada pertengahan tahun 2008, Indonesia kembali mengalami krisis ekonomi
yang berawal dari permasalahan kegagalan pembayaran kredit perumahan
(subprime mortgage default) di Amerika Serikat (AS). Krisis kemudian
menggelembung merusak sistem perbankan bukan hanya di AS namun meluas
hingga ke Eropa lalu ke Asia. Secara beruntun krisis ekonomi tersebut
menyebabkan effect domino terhadap solvabilitas dan likuiditas lembaga-lembaga
keuangan di negara-negara tersebut, antara lain menyebabkan kebangkrutan
(16)
Krisis tersebut kemudian merambat ke belahan Asia terutama negara-negara
Asia seperti Jepang, Korea, China, Singapura, Hongkong, Malaysia, Thailand
termasuk Indonesia yang sudah lama memiliki surat-surat berharga
perusahaan-perusahaan tersebut (sumber : www. bekasijakarta.blogspot.com).
Krisis ekonomi tersebut kembali membawa kehancuran pada sektor
perusahaan perbankan di Indonesia, dimana banyak sekali bank yang tidak
mampu bertahan akibat mengalami negative spread yang parah hingga
meminuskan modal bank. Berdasarkan krisis ekonomi yang terjadi saat itu,
kepercayaan masyarakat terhadap bank mengalami penurunan. Ini ditandai dengan
penarikan dana masyarakat secara besar-besaran (bank rush). Implikasi yang
muncul adalah menurunnya minat calon investor terhadap saham perbankan.
Pada saat itu, perusahaan perbankan banyak memiliki utang yang melebihi
asetnya sehingga ekuitas perusahaan menjadi negatif. Keadaan ini menyebabkan
investor tidak kebagian apa-apa. Belajar dari pengalaman krisis perbankan
tersebut, akhirnya investor harus hati-hati dan teliti dalam menganalisis dan
memperhatikan aspek fundamental untuk menilai ekspektasi imbal hasil (return)
yang akan diperoleh di masa mendatang. Faktor-faktor fundamental perusahaan
secara umum dapat diartikan sebagai faktor internal perusahaan yang
digambarkan sebagai kinerja keuangan perusahaan yang dituangkan dalam bentuk
laporan keuangan. Faktor-faktor fundamental mampu menggambarkan struktur
keuangan perusahaan dan mengidentifikasi prospek perusahaan untuk dapat
(17)
Belajar dari krisis ekonomi yang pernah terjadi tersebut, pada era ekonomi
modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan tambahan modal
untuk mendorong kinerja operasional perusahaan agar dapat bertahan jika terjadi
krisis ekonomi. Salah satu cara bagi perusahaan untuk mendapatkan tambahan
modal adalah dengan menawarkan kepemilikan perusahaan tersebut kepada
masyarakat atau publik (go public) di pasar modal.
Pasar modal merupakan pasar yang memperdagangkan instrumen keuangan
(sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentuk modal sendiri (saham) maupun
utang (obligasi), baik yang diterbitkan pemerintah (public authorities) maupun
oleh perusahaan swasta (private sectors). Pasar modal merupakan pasar tempat
pertemuan dan melakukan transaksi antara pihak-pihak pencari dana (emiten)
dengan pihak yang kelebihan dana (surplus fund). Perusahaan yang membutuhkan
dana dapat menjual surat berharganya di pasar modal.
Pasar modal juga merupakan bagian dari indikator perekonomian suatu
negara. Keberadaan pasar modal diharapkan dapat menjadi alternatif pendanaan
bagi perusahaan untuk mendapatkan dana guna menjalankan dan mengembangkan
usahanya selain melalui lembaga keuangan (perbankan) dan lembaga non
keuangan lainnya. Selain itu, pasar modal juga menjadi suatu mata pencarian
sampingan atau mata pencarian alternatif bagi masyarakat yang memiliki
kelebihan dana untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. Saat ini
pasar modal di Indonesia telah menjadi suatu lembaga investasi yang berperan
(18)
Salah satu instrumen pasar modal yang banyak dikenal oleh masyarakat
adalah saham. Saham (stock atau share) merupakan tanda penyertaan atau
pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas
(Darmadji dan Fakhruddin, 2006:6). Perusahaan terbuka (go public) adalah
perusahaan yang telah menerbitkan sahamnya di pasar modal. Perusahaan-
perusahaan go public terdiri dari berbagai jenis perusahaan yang dikelompokkan
berdasarkan bidang usahanya masing-masing ke dalam berbagai sektor dimana
salah satunya adalah sektor perbankan.
Investasi pada hakikatnya adalah penempatan sejumlah dana pada saat ini
dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Dalam
melakukan investasi, investor perlu mempertimbangkan tiga hal yaitu tingkat
pengembalian yang diharapkan (expected rate of return), tingkat resiko (rate of
risk), dan ketersediaan jumlah dana yang akan diinvestasikan (Halim, 2005:4).
Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi saham. Return
dapat berupa return realisasi (realized return) yang sudah terjadi atau return
ekspektasi (expected return) yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan
terjadi di masa mendatang (Jogiyanto, 2000:107). Tujuan investor
menginvestasikan dananya di pasar modal adalah selain untuk dapat turut
memiliki suatu perusahaan, juga untuk dapat menikmati dividen yang dibagikan
perusahaan. Selain itu juga terdapat kemungkinan untuk memperoleh keuntungan
modal (capital gain) dan juga resiko mengalami kerugian modal (capital loss).
(19)
keuntungan atau kerugian bagi investor yang diperoleh dari selisih antara harga
jual dan harga beli saham (Halim, 2005:34).
Sebelum seorang investor melakukan investasi, seorang investor
membutuhkan informasi tentang kondisi dan kinerja keuangan suatu perusahaan.
Analisis laporan keuangan perlu dilakukan untuk mengetahui dan memahami
laporan keuangan. Analisis laporan keuangan didasarkan pada data keuangan
historis suatu perusahaan untuk memprediksi dan memberi suatu indikasi terhadap
kinerja suatu perusahaan di masa mendatang. Rasio keuangan dirancang untuk
membantu investor menganalisis dan mengidentifikasi beberapa kekuatan dan
kelemahan keuangan perusahaan. Dengan menggunakan rasio keuangan, maka
akan diperoleh informasi mengenai penilaian kinerja perusahaan di masa lampau,
saat ini, dan untuk memprediksikan kinerja perusahaan di masa mendatang.
Secara umum, semakin baik kinerja suatu perusahaan semakin tinggi laba
usahanya dan semakin banyak keuntungan yang dapat dinikmati oleh pemegang
saham, serta semakin memperbesar peluang bahwa harga saham akan naik, dan
akan menghasilkan tingkat pengembalian (return) yang menguntungkan.
Rasio keuangan yang sering digunakan untuk menilai kinerja keuangan
suatu perusahaan diklasifikasikan ke dalam rasio solvabilitas, rasio profitabilitas,
rasio likuiditas, dan rasio nilai pasar (Brigham dan Houston, 2001:79).
Rasio solvabilitas merupakan ukuran kemampuan bank mencari sumber
dana untuk membiayai kegiataannya (Kasmir, 2004:275). Rasio ini merupakan
alat ukur untuk melihat tingkat efesiensi pihak manajemen bank tersebut dalam
(20)
kinerja keuangan perusahaan dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio
(CAR). Capital Adequacy Ratio adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh
seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga,
tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, di samping
memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana dari
masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain (Dendawijaya, 2005:121). Dengan
kata lain, CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang
dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan
resiko, misalnya kredit yang diberikan. Penelitian yang dilakukan oleh Wongso
(2012) menunjukkan bahwa secara parsial CAR berpengaruh signifikan terhadap
return saham, sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Marviana (2009)
menunjukkan bahwa CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Rasio profitabilitas mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam
membangkitkan laba, sehingga dapat terlihat perkembangan perusahaan dalam
rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari
penyebab perubahan tersebut (Kasmir, 2008:196). Rasio profitabilitas yang
digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan dalam penelitian ini adalah
Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). Return on Asset
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mengukur efektivitas kinerja
perusahaan dalam memperoleh laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki
(Brigham dan Houstan, 2001:90). Sedangkan Return on Equity adalah ukuran
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan tingkat kembalian perusahaan atau
(21)
ekuitas (shareholder’s equity) yang dimiliki oleh perusahaan. Penelitian yang
dilakukan oleh Suhairy (2006) menunjukkan bahwa secara parsial ROA dan ROE
berpengaruh signifikan terhadap return saham, sedangkan pada penelitian yang
dilakukan oleh Ikhsan (2011) menunjukkan bahwa ROA dan ROE tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya, baik kepada pihak luar perusahaan
(likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan).
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kegunaan rasio ini adalah untuk
mengetahui kemampuan perusahaaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban
(utang) pada saat ditagih (Kasmir, 2008:138). Rasio likuiditas yang digunakan
untuk menilai kinerja keuangan perusahaan dalam penelitian ini adalah Loan to
Deposit Ratio (LDR). Loan to Deposit Ratio menyatakan seberapa jauh
kemampuan bank untuk membayar kembali penarikan dana yang dilakukan
deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber
likuiditasnya. Penelitian yang dilakukan oleh Marviana (2009) menunjukkan
bahwa secara parsial LDR berpengaruh signifikan terhadap return saham,
sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Kuspita (2011) menunjukkan
bahwa LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Rasio nilai pasar (market value ratio) menghubungkan harga saham
perusahaan terhadap laba, arus kas, dan nilai buku per lembar sahamnya sehingga
memberikan petunjuk kepada manajemen mengenai apa yang dipikirkan oleh para
(22)
masa mendatang (Brigham dan Houstan, 2001:91). Rasio nilai pasar yang
digunakan untuk mengukur kinerja keuangan dalam penelitian ini adalah Price
Earning Ratio (PER). Price Earning Ratio merupakan rasio yang digunakan
mengukur seberapa banyak para investor bersedia membayar untuk rupiah dari
laba yang dilaporkan. PER menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba. Penelitian yang dilakukan oleh
Tampubolon (2009) menunjukkan bahwa secara parsial PER berpengaruh
signifikan terhadap return saham, sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh
Sonya (2009) menunjukkan bahwa PER tidak berpengaruh signifikan terhadap
return saham.
Bertolak dari permasalahan, hasil penelitian yang tidak konsisten dan
keinginan untuk mencari pengetahuan yang lebih baik, maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap return saham. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya meliputi jenis variabel, periode tahun penelitian, dan jenis perusahaan yang digunakan dalam penelitian. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti dan memilih judul “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Price Earning Ratio (PER) terhadap Return Saham pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI”.
(23)
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
peneliti merumuskan beberapa masalah yang menjadi pokok permasalahan pada
penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), Return on
Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Price Earning Ratio (PER)
secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return
saham pada perusahaan perbankanyang terdaftar di BEI?
2. Faktor mana sajakah yang secara parsial mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap return saham pada perusahaan perbankanyang terdaftar
di BEI?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on
Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR)
dan Price Earning Ratio (PER) secara simultan mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap return saham pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di BEI.
2. Untuk mengetahui faktor manakah yang secara parsial mempunyai
pengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan perbankan
(24)
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan dan pemahaman mengenai
Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), Return on
Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Price Earning Ratio
(PER) dan pengaruhnya terhadap return saham.
2. Bagi peneliti lainnya, dapat menjadi bahan referensi dan dasar
pengembangan penelitian selanjutnya yang sifatnya sejenis.
3. Bagi emiten, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan
atau referensi bagi pihak perusahaan untuk meningkatkan kinerja
perusahaan dalam rangka untuk meningkatkan return saham perusahaan.
4. Bagi investor dan calon investor, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai
salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi di pasar
(25)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Saham
2.1.1.1 Pengertian Saham
Saham dalam bahasa Belanda disebut andeel, yang berarti
andil, sero atau penyertaan modal dalam suatu perusahaan. Dalam
Black’s Law Dictionary, 6th Edition, dijelaskan pemahaman mengenai
saham (share) adalah : share means the unit into which the
proprietary in a corporation are divided (dalam Sutedi, 2009:33).
Dari dua defenisi tersebut dapat dilihat bahwa saham berkaitan erat
dengan pembentukan modal dan adanya badan hukum perusahaan.
Saham (stock atau share) dapat didefinisikan sebagai tanda
penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu
perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas
yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik
perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut (Darmadji dan
Fakhruddin, 2006:6). Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa
besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut, artinya jika
seseorang membeli saham suatu perusahaan berarti dia telah
menyertakan modal ke dalam perusahaan tersebut sebanyak jumlah
(26)
2.1.1.2 Jenis – jenis Saham
Terdapat berbagai jenis saham yang dikenal di bursa dan yang
diperdagangkan, yaitu:
1. Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa adalah saham yang tidak memperoleh hak
istimewa. Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk
memperoleh dividen sepanjang perseroan memperoleh
keuntungan. Pemilik saham mempunyai hak suara pada RUPS
(Rapat Umum Pemegang Saham) sesuai dengan jumlah saham
yang dimilikinya (one share one vote). Pada likuidasi perseroan,
pemilik saham memiliki hak memperoleh sebagian dari kekayaan
setelah semua kewajiban dilunasi (Anoraga dan Pakarti, 2006:54).
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:10), karakteristik
saham biasa :
a. Deviden dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba.
b. Memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham (satu
saham satu suara atau one share one vote).
c. Memiliki hak terakhir (junior) dalam hal pembagian kekayaan
perusahaan jika perusahaan tersebut dilikuidasi (dibubarkan)
setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi.
d. Memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain
(27)
e. Hak untuk memiliki saham baru yang diterbitkan oleh
perusahaan terlebih dahulu (preemptive right)
2. Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham preferen merupakan saham yang diberikan atas hak
untuk mendapatkan dividen dan/atau bagian kekayaan pada saat
perusahaan dilikuidasi lebih dahulu dari saham biasa, di samping
itu mempunyai preferensi untuk mengajukan usul pencalonan
direksi atau komisaris. Saham preferen mempunyai ciri-ciri yang
merupakan gabungan dari utang dan modal sendiri (debt and
equity) (Anoraga dan Pakarti, 2006:55).
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:10), karakteristik
saham preferen :
a. Memiliki hak lebih dahulu memperoleh dividen.
b. Memiliki hak pembayaran maksimum sebesar nilai nominal
saham lebih dahulu setelah kreditor, apabila perusahaan
tersebut dilikuidasi (dibubarkan).
c. Kemungkinan dapat memperoleh tambahan dari pembagian
laba perusahaan di samping penghasilan yang diterima secara
tetap.
d. Dalam hal perusahaan dilikuidasi, memiliki hak memperoleh
pembagian kekayaan perusahaan di atas pemegang saham
(28)
3. Saham Treasuri (Treasury Stock)
Saham treasuri (treasury stock) merupakan saham milik
perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar yang
kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk disimpan sebagai
treasuri yang nantinya dapat dijual kembali (Jogiyanto, 2000:76).
Alasan-alasan perusahaan emiten membeli kembali saham beredar
sebagai saham treasuri adalah sebagai berikut:
a. Akan digunakan dan diberikan kepada manajer-manajer atau
karyawan-karyawan di dalam perusahaan sebagai bonus dan
kompensasi dalam bentuk saham.
b. Meningkatkan volume perdagangan di pasar modal dengan
harapan meningkatkan nilai pasarnya.
c. Menambah jumlah lembar saham yang tersedia untuk
digunakan menguasai perusahaan lain.
d. Mengurangi jumlah lembar saham yang beredar untuk
menaikkan laba per lembarnya.
e. Alasan khusus lainnya yaitu dengan mengurangi jumlah saham
yang beredar sehingga dapat mengurangi kemungkinan
perusahaan lain untuk menguasai jumlah saham secara
mayoritas dalam rangka pengambilan alih tidak bersahabat
(29)
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:8), dilihat dari cara
peralihannya saham dapat dibedakan atas:
1. Saham atas unjuk (bearer stock), artinya pada saham tersebut tidak
tertulis nama pemiliknya agar mudah dipindahtangankan dari satu
investor ke investor lainnya. Secara hukum, siapa yang memegang
saham tersebut, maka dialah yang diakui sebagai pemiliknya dan
berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.
2. Saham atas nama (registered stock), merupakan saham dengan
nama pemilik yang ditulis secara jelas dan cara peralihannya
harus melalui prosedur tertentu.
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:8), ditinjau dari
kinerja perdagangan maka saham dapat dikategorikan atas:
1. Saham unggulan (blue-chip stock), yaitu saham biasa dari suatu
perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai pemimpin
(leader) di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan
konsisten dalam membayar dividen.
2. Saham pendapatan (income stock), yaitu saham dari suatu emiten
yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari
rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten
seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih
tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten ini
tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi
(30)
3. Saham pertumbuhan (growth stock – well-known), yaitu
saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang
tinggi, sebagai pemimpin di industri sejenis yang mempunyai
reputasi tinggi. Selain itu, terdapat juga growth stock (
lesser-known), yaitu saham dari emiten yang tidak berperan sebagai
leader dalam industri, namun memiliki ciri growth stock.
Umumnya, saham ini berasal dari daerah dan kurang populer di
kalangan emiten.
4. Saham spekulatif (speculative stock), yaitu saham suatu
perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh
penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi memiliki
kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang
meskipun belum pasti.
5. Saham siklikal (cyclical stock), yaitu saham yang tidak
terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis
secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap
tinggi, di mana emitennya mampu memberikan dividen yang
tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh
penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Emiten seperti ini
biasanya bergerak dalam produk yang sangat dan selalu
dibutuhkan masyarakat, seperti rokok dan barang-barang
(31)
2.1.1.3 Manfaat Kepemilikan Saham
Investor yang melakukan pembelian saham otomatis akan
memperoleh hak kepemilikan atas perusahaan sesuai dengan
persentase saham yang dimilikinya. Semakin besar persentase
kepemilikan saham yang dimilikinya, maka semakin besar juga
persentase hak kepemilikan atas perusahaan yang menerbitkan saham.
Secara umum terdapat dua manfaat yang bisa diperoleh dari
pembelian saham, yaitu manfaat ekonomis dan manfaat non ekonomis
(Anoraga, 2006:60).
a. Manfaat ekonomis, meliputi :
1. Dividen (dividend)
Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan
perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang
dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat
persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Dividen yang
dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai (cash
dividend), yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan
dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk
setiap saham, atau dapat pula berupa dividen saham (stock
dividend), yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan
dividen dalam bentuk saham sehingga jumlah saham yang
dimiliki investor akan bertambah dengan adanya pembagian
(32)
2. Capital gain
Capital gain adalah keuntungan yang diperoleh investor dari
hasil jual beli saham, berupa selisih antara nilai jual yang lebih
tinggi dibandingkan nilai beli yang lebih rendah.
b. Manfaat non-ekonomis
Manfaat non-ekonomis yang bisa diperoleh pemegang saham
adalah kepemilikan hak suara dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) untuk menentukan jalannya perusahaan. Semakin
besar jumlah saham yang dimiliki investor, maka semakin besar
pula hak suaranya dalam RUPS.
2.1.1.4 Resiko Kepemilikan Saham
Sebaliknya, disamping manfaat yang akan diperoleh dari
kepemilikan saham, terdapat beberapa resiko yang dihadapi pemodal
dengan kepemilikan sahamnya (Sutedi, 2009:39) antara lain :
1. Tidak mendapatkan dividen
Perusahaan akan membagikan dividen jika operasi perusahaan
menghasilkan keuntungan. Dengan demikian, perusahaan tidak
dapat membagikan dividen jika perusahaan tersebut mengalami
kerugian, oleh sebab itu potensi keuntungan pemodal untuk
(33)
2. Capital loss
Dalam aktivitas perdagangan saham, tidak selalu pemodal
mendapatkan capital gain atau keuntungan atas saham yang
dijualnya. Ada kalanya pemodal harus menjual saham dengan
harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian, seorang
pemodal akan mengalami capital loss.
3. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi
Jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak
secara langsung kepada saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan
peraturan pencatatan saham di bursa efek, jika suatu perusahaan
bangkrut atau dilikuidasi, maka secara otomatis saham perusahaan
tersebut akan dikeluarkan dari bursa atau di-delist. Dalam kondisi
perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan menempati
posisi lebih rendah dibanding kreditor atau pemegang obligasi,
artinya setelah semua aset perusahaan tersebut dijual, terlebih
dahulu dibagikan kepada para kreditor atau pemegang obligasi dan
jika masih sisa, baru kemudian dibagikan kepada pemegang
saham.
4. Saham dihapuscatatkan dari bursa efek (delisting)
Resiko lain yang dihadapi oleh para pemodal adalah jika saham
perusahaan dikeluarkan dari pencatatan di bursa efek atau
di-delist. Suatu saham perusahaan di-delist dari bursa umumnya
(34)
tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa
tahun, tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama
beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan
peraturan pencatatan efek di bursa. Saham yang telah di-delist
tentu saja tidak lagi diperdagangkan di bursa, namun tetap akan
diperdagangkan di luar bursa dengan konsekuensi tidak terdapat
patokan harga yang jelas dan jika terjual, biasanya dengan harga
yang jauh dari harga sebelumnya.
5. Saham diberhentikan sementara (suspensi)
Resiko lain yang juga menggangu para investor untuk melakukan
aktivitasnya adalah jika suatu saham di-suspend atau dihentikan
perdagangannya oleh otoritas bursa efek, yang menyebabkan
investor tidak dapat menjual sahamnya hingga suspensi tersebut
dicabut. Suspensi biasanya berlangsung dalam waktu singkat,
misalnya satu sesi perdagangan, dua sesi perdagangan, namun
dapat pula berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari
perdagangan. Hal tersebut dilakukan otoritas bursa jika suatu
saham mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu
perusahaan dipailitkan oleh kreditornya, atau berbagai kondisi
lainnya yang mengharuskan otoritas bursa menghentikan
perdagangan saham tersebut untuk sementara sampai perusahaan
yang bersangkutan memberikan konfirmasi atau kejelasan
(35)
tidak menjadi ajang spekulasi. Jika telah didapatkan suatu
informasi yang jelas, maka suspensi atas saham tersebut dapat
dicabut oleh bursa dan saham dapat diperdagangkan lagi seperti
semula.
2.1.1.5 Harga Saham
Menurut Weston dan Brigham (1993), harga
saham didefinisikan sebagai: “the price at which stock sells in the
market.” Dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu:
nilai buku, nilai pasar dan nilai intrinsik. Nilai buku merupakan nilai
yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham
(emiten). Nilai pasar merupakan nilai saham di pasar, yang
ditunjukkan oleh harga saham tersebut di pasar. Sedangkan nilai
intrinsik adalah nilai saham yang sebenarnya atau seharusnya terjadi
(Tandelilin, 2001:183).
Pedoman yang digunakan untuk menilai harga saham adalah :
a. Bila nilai intrinsik (NI) lebih besar dari harga pasar saat ini, maka
saham tersebut dinilai undervalued (harganya terlalu rendah), dan
karenanya layak dibeli atau ditahan apabila saham tersebut telah
dimiliki.
b. Bila nilai intrinsik (NI) lebih kecil dari harga pasar saat ini, maka
saham tersebut dinilai overvalued (harganya terlalu tinggi), dan
(36)
c. Bila nilai intrinsik (NI) sama dengan harga pasar saat ini, maka
saham tersebut dinilai wajar harganya dan berada dalam kondisi
keseimbangan.
Proses terbentuknya harga saham dapat dibedakan menjadi 3
(tiga), yaitu :
a. Demand to buy schedule
Investor yang hendak membeli saham akan datang ke pasar saham.
Biasanya mereka akan memakai jasa para broker atau pialang
saham. Investor dapat memilih saham mana yang akan dibeli dan
bisa menetapkan standar harga bagi investor itu sendiri.
b. Supply to sell schedule
Investor juga dapat menjual saham ke pasar saham. Investor
tersebut dapat menetapkan pada harga berapa saham yang mereka
miliki akan dilepas ke pasaran. Biasanya harga yang tinggi akan
lebih disukai para investor.
c. Interaction of schedule
Pertemuan antara permintaan dan penawaran menciptakan suatu
titik temu yang biasa disebut sebagai titik ekuilibrium harga. Pada
awalnya perusahaan yang mengeluarkan saham akan menetapkan
harga awal untuk sahamnya. Saham tersebut kemudian akan dijual
ke pasar untuk diperdagangkan. Saat di pasaran, harga saham
tersebut akan berubah karena permintaan dari para investor.
(37)
pergerakan harga saham yang pada awalnya telah ditawarkan oleh
pihak seller. Saat terjadi pertemuan harga yang ditawarkan oleh
seller dan harga yang diminta oleh buyer, maka akan tercipta
harga keseimbanga
Menurut Sawidji Widoatmojo (1996:46) harga saham dapat
dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu :
a. Harga nominal
Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh
emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan.
Besarnya harga nominal memberikan arti penting bagi saham
karena dividen minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai
nominal.
b. Harga perdana
Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut dicatat di
bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan
oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian
akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada
masyarakat untuk menentukan harga perdana.
c. Harga pasar
Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan
investor yang lama. Harga ini terjadi setelah saham tersebut
dicatatkan di bursa. Transaksi di sini tidak lagi melibatkan emiten
(38)
sekunder dan harga inilah yang benar-benar mewakili harga
perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder,
kecil sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan
penerbit. Dengan kata lain, harga pasar
sekuritas yang dapat diperoleh investor apabila investor menjual
atau membeli saham, yang ditentukan berdasarkan harga
penutupan atau closing price di bursa pada hari yang
bersangkutan.
2.1.1.6 Return Saham
Return saham merupakan hasil atau keuntungan yang
diperoleh pemegang saham sebagai hasil dari investasinya (Jogiyanto,
2000:107). Return merupakan salah satu dasar yang digunakan oleh
investor dalam mengambil keputusan investasi karena return
merupakan tujuan utama seseorang berinvestasi. Dengan adanya
return, diharapkan seseorang akan termotivasi untuk berinvestasi.
Return juga merupakan imbalan yang diberikan oleh suatu perusahaan
kepada investor atas keberaniannya menanggung resiko atas investasi
yang dilakukannya.
Dalam melakukan investasi, investor dihadapkan pada
ketidakpastian (uncertainty) antara return yang akan diperoleh dengan
resiko yang akan dihadapinya. Semakin besar return yang diharapkan
(39)
dikatakan bahwa return ekspektasi memiliki hubungan positif dengan
resiko. Resiko yang lebih tinggi biasanya dikorelasikan dengan
peluang untuk mendapatkan return yang lebih tinggi pula (high risk -
high return, low risk - low return). Namun return yang tinggi tidak
selalu harus disertai dengan investasi yang beresiko. Hal ini bisa saja
terjadi pada pasar yang tidak rasional.
Jogiyanto (2000:107) membedakan return saham menjadi dua
jenis yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi
(expected return). Return realisasi merupakan return yang sudah
terjadi dan dihitung secara relatif. Return realisasi ini penting dalam
mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan
resiko mendatang. Sedangkan return ekspektasi merupakan return
yang diharapkan terjadi di masa mendatang dan bersifat tidak pasti.
Return yang diterima oleh investor di pasar modal dibedakan
menjadi dua jenis yaitu current income (pendapatan lancar) dan
capital gain/capital loss (keuntungan selisih harga). Return total
merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu
periode tertentu. Return total sering disebut return saham yaitu
perubahan kemakmuran dari perubahan harga saham dan perubahan
pendapatan dari dividen yang diterima. Perubahan kemakmuran ini
menunjukkan tambahan kekayaan sebelumnya. Pemegang saham
dalam investasinya dapat memperoleh return yang ditawarkan suatu
(40)
������=����������� (����) + �����
Capital gain atau capital loss merupakan selisih dari harga
saham sekarang relatif dengan harga saham periode yang lalu. Apabila
harga saham sekarang (Pt) lebih tinggi dari harga saham periode lalu
(��−1) maka terjadi keuntungan modal (capital gain), dan sebaliknya apabila harga saham sekarang (Pt) lebih rendah dari harga saham
periode lalu (��−1) maka terjadi kerugian modal (capital loss).
��������������������������= ��− ��−1
��−1
Sedangkan yield merupakan persentase penerimaan kas
periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi.
Yield (dividen) merupakan keuntungan perusahaan yang dibagikan
kepada pemegang saham. Biasanya tidak seluruh keuntungan
perusahaan dibagikan kepada pemegang saham, tetapi terdapat bagian
yang ditanam kembali. Biasanya dividen yang diterima ditentukan
dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) perusahaan tersebut.
Namun yang perlu diperhatikan adalah bahwa perusahaan tidak selalu
membagikan dividen kepada para pemegang saham tetapi bergantung
pada kondisi perusahaan itu sendiri. Ini berarti bahwa jika perusahaan
mengalami kerugian tentu saja dividen tidak akan dibagikan pada
tahun berjalan tersebut. Deviden yang dibagikan dapat berupa dividen
tunai maupun dividen saham. Untuk saham biasa yang membayar
(41)
�����= ��
��−1 Maka, return saham dapat dinyatakan sebagai :
������=����������� (����) + �����
��������ℎ��=��− ��−1
��−1 + �� ��−1
��������ℎ��=��− ��−1+��
��−1
Namun mengingat tidak selamanya perusahaan membagikan
dividen kas secara periodik kepada pemegang sahamnya, maka return
saham dapat dihitung sebagai berikut:
��������ℎ��= ��− ��−1
��−1 Dengan :
�� = harga saham pada periode t ��−1 = harga saham pada periode t-1
2.1.2 Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan salah satu dari rasio
solvabilitas. Rasio solvabilitas merupakan ukuran kemampuan bank mencari
sumber dana untuk membiayai kegiatannya (Kasmir, 2004:275). Rasio ini
merupakan alat ukur untuk melihat tingkat efesiensi pihak manajemen bank
(42)
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan indikator yang digunakan
untuk mengukur kecukupan modal suatu bank. Menurut Dendawijaya
(2005:121) Capital Adequacy Ratio adalah “rasio yang memperlihatkan
seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana
modal sendiri bank, di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber
di luar bank, seperti dana dari masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain”.
Dengan kata lain, Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk
mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva
yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang
diberikan.
Capital Adequacy Ratio menunjukkan sejauhmana modal pemilik
dapat menutupi aktiva beresiko (Harahap, 2008:307). Rasio ini dihitung
dengan rumus :
���= �����ℎ�����′�������
�������������ℎ��������� (����) � 100%
Modal terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. ATMR adalah
nilai total masing aktiva bank setelah dikalikan dengan
masing-masing bobot resiko aktiva tersebut. Aktiva yang paling tidak beresiko
diberi bobot 0% dan aktiva yang paling beresiko diberi bobot 100%. ATMR
menunjukkan nilai aktiva beresiko yang memerlukan antisipasi modal
dalam jumlah yang cukup. ATMR merupakan penjumlahan dari ATMR
(43)
Bank Indonesia menetapkan CAR sebagai kewajiban penyediaan
modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai
suatu proporsi tertentu dari aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR).
Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei
2004, rasio CAR cukup baik berkisar antara 8% dan semakin tinggi rasio ini
maka semakin baik kesehatan bank tersebut.
Kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam
rangka pengembangan usaha dan menampung resiko kerugian. Modal bukan
saja sebagai salah satu sumber penting dalam memenuhi kebutuhan dana
bank, tetapi juga posisi modal akan mempengaruhi keputusan-keputusan
manajemen dalam pencapaian laba dan kemungkinan timbulnya resiko.
Modal yang terlalu besar misalnya akan dapat mempengaruhi jumlah
perolehan laba bank, sedangkan modal yang terlalu kecil di samping akan
membatasi kemampuan ekspansi bank, juga akan mempengaruhi penilaian
khusus para deposan, debitur, dan para pemegang saham bank. Dengan
demikian, fungsi utama modal bank adalah untuk menjaga kepercayaan.
Besar kecilnya permodalan bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap kemampuan keuangan bank yang bersangkutan
(Siamat, 2005:288).
Permasalahan modal umumnya adalah berapa modal yang harus
disediakan oleh pemilik sehingga keamanan pihak ketiga dapat terjaga.
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kecukupan modal yang
(44)
bank. Dengan CAR yang tinggi berarti bank tersebut semakin solvable,
dimana bank memiliki modal yang cukup guna menjalankan usahanya
sehingga akan meningkatkan keuntungan karena semakin tinggi CAR maka
semakin baik kinerja dan kemampuan bank tersebut untuk menanggung
resiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang beresiko. Jika nilai CAR
tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas. Hal ini akan
memberikan keuntungan yang tinggi kepada investor dalam bentuk dividen.
Oleh karena itu, Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap
return saham yang akan diterima oleh investor.
2.1.3 Return on Asset (ROA)
Dari sudut pandang calon investor, indikator penting untuk menilai
prospek perusahaan di masa yang akan datang adalah dengan melihat
sejauhmana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat
penting diperhatikan untuk mengetahui sampai sejauh mana investasi yang
akan ditanamkan investor di suatu perusahaan mampu memberikan return
yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan investor.
Salah satu rasio yang sering digunakan untuk mengukur profitabilitas
suatu perusahaan adalah Return on Asset (ROA). ROA merupakan salah
satu rasio rentabilitas atau sering juga disebut profitabilitas usaha. Rasio ini
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang
(45)
Return on Asset (ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
mengukur efektivitas kinerja perusahaan dalam memperoleh laba dengan
memanfaatkan aktiva yang dimiliki (Brigham dan Houstan, 2001:90).
Dalam perbankan, Return on Asset merupakan salah satu rasio kunci
kemampulabaan. Rasio ini merupakan indikator utama untuk melihat
managerial efficiency yang mengindikasikan seberapa mampu manajemen
bank dapat menggunakan kekayaan institusi untuk menghasilkan
pendapatan bersih. Return on Asset (ROA) dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
���= ���������
����������� � 100%
Laba bersih (net income) merupakan ukuran pokok keseluruhan
keberhasilan perusahaan. Laba atau kurangnya laba mempengaruhi
kemampuan perusahaan untuk mendapat pinjaman dan pendanaan ekuitas,
posisi likuiditas perusahaan dan kemampuan perusahaan.
Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal
31 Mei 2004, ROA bank ditetapkan minimal 1,25% dan juga merupakan
indikator kepercayaan masyarakat kepada perbankan terhadap pengelolaan
aset bank.
Menurut Dendawijaya (2005:118), semakin besar Return on Asset
(ROA) suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai
bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi
penggunaan aset. Semakin tinggi rasio ini berarti perusahaan semakin
(46)
pencapaian laba yang tinggi, maka investor mengharapkan keuntungan yang
tinggi dari dividen yang akan diperoleh karena pada hakekatnya dalam
ekonomi konvensional, motif investasi adalah untuk memperoleh
keuntungan atau tingkat pengembalian (return) yang tinggi dari investasi
yang dilakukan. Apabila suatu saham menghasilkan dividen yang tinggi
maka ketertarikan investor juga akan meningkat akan saham tersebut. Oleh
karena itu, Return on Asset (ROA)berpengaruh terhadap return saham yang
akan diterima oleh investor.
2.1.4 Return on Equity (ROE)
Selain Return on Asset (ROA), rasio lain yang digunakan untuk
mengukur profitabilitas suatu perusahaan adalah Return on Equity (ROE).
ROE merupakan salah satu rasio profitabilitas yang menggambarkan
kemampuan bank untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham.
Return on Equity adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di
dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas
(shareholder’s equity) yang dimiliki oleh perusahaan. Return on Equity
(ROE) merupakan salah satu alat utama investasi yang paling sering
digunakan dalam menilai sebuah perusahaan
Return on Equity merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam mengelola capital yang ada untuk mendapatkan net
(47)
��� = ��������� ��������
�ℎ���ℎ�����′������� � 100%
Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal
31 Mei 2004, batas bawah rasio ROE berkisar antara 5% sampai 12,5% dan
semakin tinggi rasio ini maka bank tersebut semakin baik.
Return on Equity merupakan indikator yang amat penting bagi para
pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank
dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran dividen.
Return on Equity digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal
sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik
saham biasa maupun saham preferen. Semakin tinggi ROE maka kinerja
perusahaan semakin efektif. Semakin tinggi nilai ROE menggambarkan
semakin tinggi kemampuan modal sendiri bank menghasilkan laba untuk
pemegang saham. Oleh karena itu, Return on Equity (ROE) berpengaruh
terhadap return saham yang akan diterima oleh investor.
2.1.5 Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan salah satu dari rasio
likuiditas. Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya
pada saat ditagih (Kasmir, 2004:268). Dengan kata lain, bank dapat
membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat
mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. Semakin besar rasio
(48)
Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit
yang diberikan bank dengan dana yang diterima bank (Dendawijaya,
2005:116). LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank untuk
membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Loan to Deposit Ratio merupakan rasio untuk mengukur komposisi
jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat
dan modal sendiri yang digunakan (Kasmir, 2004:272). LDR dapat dihitung
dengan rumus :
���= ����������
������������+������ � 100%
Tujuan penting dari perhitungan LDR adalah untuk mengetahui serta
menilai sampai seberapa jauh bank memiliki kondisi sehat dalam
menjalankan operasi atau kegiatan usahanya. LDR digunakan sebagai suatu
indikator untuk mengetahui tingkat kerawanan suatu bank. Loan to Deposit
Ratio (LDR) pada saat ini berfungsi sebagai indikator intermediasi
(perantara) perbankan antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang
kekurangan dana.
Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari LDR
suatu bank adalah sekitar 85%. Namun batas toleransi berkisar antara
85%-100% atau menurut batas aman untuk LDR menurut peraturan pemerintah
adalah maksimum 110%. Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia
No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, Bank Indonesia menetapkan kriteria
(49)
1. Untuk Loan to Deposit Ratio yang berada diantara 50% - 75% atau
50% < Rasio ≤ 75% artinya likuiditas bank tersebut sangat likuid.
2. Untuk Loan to Deposit Ratio yang berada diantara 75% - 85% atau
75% < Rasio ≤ 85% artinya likuiditas bank tersebut likuid.
3. Untuk Loan to Deposit Ratio yang berada diantara 85% - 100% atau
85% < Rasio ≤ 100% atau rasio ≤ 50% artinya likuiditas bank tersebut cukup likuid.
4. Untuk Loan to Deposit Ratio yang berada diantara 100% - 120% atau
100% < Rasio ≤ 120% artinya likuiditas bank tersebut kurang likuid. 5. Untuk Loan to Deposit Ratio yang lebih besar dari 120% atau Rasio
≥ 120% artinya likuiditas bank tersebut tidak likuid.
Semakin tinggi rasio LDR semakin rendah kemampuan likuiditas
bank sehingga resiko dalam berinvestasi menjadi tinggi karena perusahaan
perbankan tidak memiliki kemampuan untuk membayar kembali kewajiban
atas dana nasabah atau pihak ketiga. Dengan likuiditas bank yang rendah
maka hal tersebut akan berdampak pada hilangnya kepercayaan investor
pada bank tersebut. Apabila masyarakat sudah kehilangan kepercayaan pada
suatu bank, maka investor pun tidak berminat untuk membeli saham
perusahaan yang bersangkutan. Dengan terjadinya hal tersebut maka akan
berdampak pada menurunnya harga saham perusahaan tersebut.
Sebaliknya semakin rendah LDR menunjukkan kurangnya efektifitas
bank dalam menyalurkan kredit. Dengan demikian, rasio LDR bank harus
(50)
diperoleh oleh bank tersebut akan meningkat dengan asumsi bank tersebut
mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif. Meningkatnya LDR berarti
meningkat pula pendapatan bunga yang diperoleh oleh bank. Meningkatnya
LDR berarti profitabilitas meningkat yang mengindikasikan pertumbuhan
laba yang semakin besar, sehingga keuntungan investor pun meningkat yang
diperoleh dalam bentuk dividen. Oleh karena itu, Loan to Deposit Ratio
(LDR) berpengaruh terhadap return saham yang akan diterima oleh
investor.
2.1.6 Price Earning Ratio (PER)
Keinginan investor melakukan analisis kesehatan suatu saham melalui
Price Earning Ratio (PER) dikarenakan adanya keinginan investor atau
calon investor akan hasil yang layak dari suatu investasi saham. Price
Earning Ratio merupakan rasio yang digunakan mengukur seberapa banyak
para investor bersedia membayar untuk rupiah dari laba yang dilaporkan
(Brigham dan Houstan, 2001:92). PER menggambarkan apresiasi pasar
terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Darmadji dan
Fakhruddin, 2006:198).
Price Earning Ratio merupakan perbandingan antara harga per lembar
saham dengan pendapatan per lembar saham. PER dapat dirumuskan
sebagai berikut :
���= ������������
(51)
Kegunaan PER adalah untuk melihat bagaimana pasar menghargai
kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh Earning per Share (EPS). PER
menunjukkan hubungan antara pasar saham biasa dengan EPS. PER yang
tinggi menunjukkan bahwa investor bersedia untuk membayar dengan harga
saham premium untuk perusahaan. Kecenderungan PER sebuah perusahaan
adalah sebuah indikasi dari potensi pertumbuhan jangka panjangnya.
Perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi (high growth) biasanya
memiliki PER yang tinggi. Sebaliknya, perusahaan dengan pertumbuhan
yang rendah, cenderung memiliki PER yang rendah pula.
Semakin besar PER suatu saham maka harga saham tersebut akan
semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya. Angka rasio ini
biasanya digunakan investor untuk memprediksi kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba di masa yang akan datang. Semakin kecil nilai
PER maka semakin murah saham tersebut untuk dibeli dan semakin baik
pula kinerja per lembar saham dalam menghasilkan laba bagi perusahaan.
Semakin baik kinerja per lembar saham akan mempengaruhi banyak
investor untuk membeli saham tersebut. Oleh karena itu, Price Earning
Ratio (PER) berpengaruh terhadap return saham yang akan diterima oleh
(52)
2.2 Review Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Tampubolon (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Kinerja Keuangan terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitian menyatakan bahwa hasil uji F
menunjukkan bahwa variabel EPS, PER, DER, ROI, ROE secara simultan
berpengaruh terhadap return saham. Sedangkan hasil uji parsial (uji-t),
menunjukkan bahwa variabel EPS, PER dan ROI memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap return saham, sedangkan variabel DER dan ROE tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.
Marviana (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Faktor
Fundamental terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.” Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa secara
simultan faktor fundamental dengan indikator melalui Capital Adequacy Ratio
(CAR), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin
(NIM), Debt to Equity Ratio (DER), Loan to Deposit Ratio (LDR), Earning per
Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Burden Ratio (BR) berpengaruh
signifikan terhadap return saham. Sedangkan secara parsial hanya Net Interest
Margin (NIM), Loan to Deposit Ratio (LDR), Earning per Share (EPS), Price
Earning Ratio (PER) yang memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham.
Sonya (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Kinerja
Keuangan terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
(53)
menunjukkan bahwa variabel bebas (EPS, DER, PER, ROI, ROE) terhadap
variabel terikat (return saham perusahaan manufaktur) tidak terdapat pengaruh
yang signifikan baik secara simultan maupun parsial.
Ikhsan (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Return
on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER) terhadap
Return Saham pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI.” Hasil analisis
menunjukkan bahwa rasio keuangan yang terdiri dari rasio ROA, ROE dan DER
tidak berpengaruh secara simultan maupun parsial terhadap return saham
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Kuspita (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Capital
Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposite Ratio (LDR), Non Performing Loan
(NPL), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Return on
Asset (ROA) dan Deviden per Share (DPS) terhadap Return Saham Perusahaan
Perbankan yang Terdaftar di BEI.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
simultan CAR, LDR, NPL, BOPO, ROA dan DPS berpengaruh signifikan
terhadap return saham. Sedangkan secara parsial variabel BOPO dan DPS
berpengaruh signifikan terhadap return saham bank, sementara untuk variabel
CAR, LDR, NPL dan BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Berikut ini disajikan tabel penelitian terdahulu yang membahas tentang
(54)
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti Judul
Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
Rizki Tampubolon
(2009)
Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap
Return Saham Perusahaan Perbankan
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Variabel independen: EPS, PER, DER, ROI, ROE Variabel dependen: Return Saham
Secara simultan EPS, PER, DER, ROI, ROE berpengaruh terhadap return saham. Secara parsial EPS, PER dan ROI memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return
saham. Ratna Dina Marviana (2009) Pengaruh Faktor Fundamental terhadap
Return Saham Perusahaan Perbankan
yang Terdaftardi Bursa Efek Indonesia
Variabel independen:
CAR, ROA, ROE, NIM, DER, LDR, EPS, PER, BR
Variabel dependen: Return Saham
Secara simultan CAR, ROA, ROE, NIM, DER, LDR, EPS, PER, BR berpengaruh signifikan terhadap return
saham. Secara parsial hanya NIM, LDR, EPS, PER yang memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham.
Sonya (2009)
Analisis Kinerja Keuangan terhadap
Return Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Variabel Independen: EPS, DER, PER, ROI, ROE Variabel dependen: Return Saham
Baik secara simultan maupun parsial EPS, DER, PER, ROI, ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap return
saham .
M. Ikhsan (2011)
Analisis Pengaruh
Return on Assets
(ROA), Return on Equity (ROE), Debt to
Equity Ratio (DER) terhadap Return
Saham pada Perusahaan Perbankan
yang Terdaftar di BEI
Variabel independen: ROA, ROE DER Variabel dependen: Return Saham
Baik secara simultan maupun parsial ROA, ROE dan DER tidak berpengaruh terhadap
(55)
Sumber : Hasil Olahan Peneliti (2012)
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui
dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara
teoritis antara varibel-variabel penelitian yaitu varibel bebas dengan variabel
terikat. Kerangka konseptual merupakan dasar pemikiran peneliti untuk
dikomunikasikan dengan orang lain sehingga hasilnya dapat dimengerti oleh
orang lain dan memungkinkan untuk direplikasi atau diekstensi oleh peneliti yang
lain.
Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan pustaka dan hasil penelitian
terdahulu, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut ini : Maya
Kuspita (2011)
Pengaruh Capital Adequacy Ratio
(CAR), Loan to Deposite Ratio (LDR),
Non Performing Loan
(NPL), Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO),
Return on Asset
(ROA) dan Deviden per Share (DPS)
terhadap Return
Saham Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI
Variabel Independen: CAR, LDR, NPL, BOPO,ROA dan DPS Variabel dependen: Return Saham
Secara simultan, CAR, LDR, NPL, BOPO, ROA dan DPS berpengaruh terhadap return
saham. Sedangkan secara parsial, variabel BOPO dan DPS berpengaruh signifikan terhadap return saham bank, sementara untuk variabel CAR, LDR, NPL dan BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham
(56)
H1
H2
H3
H4
H5
H6 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Dari kerangka konseptual di atas, dapat diketahui bahwa dalam penelitian
ini, yang merupakan variabel independen adalah Capital Adequacy Ratio (CAR),
Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR),
dan Price Earning Ratio (PER); sedangkan variabel dependennya adalah Return
Saham. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen baik secara parsial maupun secara simultan.
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio solvabilitas yang
mengukur kemampuan bank mencari sumber dana untuk membiayai
kegiataannya. Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kinerja bank untuk
mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang
mengandung atau menghasilkan resiko. Dengan CAR yang tinggi berarti bank
tersebut semakin solvable, dimana bank memiliki modal yang cukup guna
Return Saham (Y)
CAR (X1)
ROA (X2)
ROE (X3)
LDR (X4)
(57)
menjalankan usahanya sehingga akan meningkatkan keuntungan karena semakin
tinggi CAR maka semakin baik kinerja dan kemampuan bank tersebut untuk
menanggung resiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang beresiko. Jika
nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas. Hal ini akan
memberikan keuntungan yang tinggi kepada investor dalam bentuk dividen.
Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) merupakan rasio
profitabilitas yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan
profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Return on Asset (ROA)
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mengukur efektivitas kinerja
perusahaan dalam memperoleh laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki.
Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi
penggunaan aset. Semakin tinggi rasio ini berarti perusahaan semakin efektif
dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih sehingga semakin
tinggi return saham yang diperoleh investor dalam bentuk dividen.
Return on Equity (ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholder’s equity)
yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi ROE maka kinerja perusahaan
semakin efektif. Semakin tinggi nilai ROE menggambarkan semakin tinggi
(1)
LAMPIRAN
Lampiran 1
Daftar Perusahaan Perbankan yang Menjadi Sampel
NO.
Nama Perusahaan
Kode
Kriteria Penentuan
Sampel
Sampel
1
2
3
1.
Bank Arta Niaga Kencana Tbk.
ANKB
-
2.
Bank Agroniaga Tbk.
AGRO
-
3.
Bank Artha Graha Internasional Tbk.
INPC
Sampel 1
4.
Bank Bukopin Tbk.
BBKP
Sampel 2
5.
Bank Bumi Artha Tbk.
BNBA
Sampel 3
6.
Bank Capital Indonesia Tbk.
BACA
-
7.
Bank Central Asia Tbk.
BBCA
Sampel 4
8.
Bank CIMB Niaga Tbk.
BNGA
Sampel 5
9.
Bank Danamon Indonesia Tbk.
BDMN
Sampel 6
10.
Bank Ekonomi Raharja Tbk.
BAEK
-
11.
Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk.
SDRA
-
12.
Bank ICB Bumiputera Tbk.
BABP
-
13.
Bank Internasional Indonesia Tbk.
BNII
-
14.
Bank Kesawan Tbk.
BKSW
Sampel 7
15.
Bank Lippo Tbk.
LPBN
-
16.
Bank Mandiri (Persero) Tbk.
BMRI
Sampel 8
17.
Bank Mayapada Tbk.
MAYA
Sampel 9
18.
Bank Mega Tbk.
MEGA
Sampel 10
19.
Bank Mutiara Tbk.
BCIC
-
20.
Bank Negara Indonesia Tbk.
BBNI
Sampel 11
21.
Bank Nusantara Parahyangan Tbk.
BBNP
Sampel 12
22.
Bank OCBC NISP Tbk.
NISP
Sampel 13
23.
Bank Pan Indonesia Tbk.
PNBN
Sampel 14
24.
Bank Permata Tbk.
BNLI
Sampel 15
25.
Bank Pundi Indonesia Tbk.
BEKS
-
26.
Bank Rakyat Indonesia Tbk.
BBRI
Sampel 16
27.
Bank Sinarmas Tbk.
BSIM
-
28.
Bank of India Indonesia Tbk.
BSWD
Sampel 17
29.
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
BBTN
-
30.
Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk.
BTPN
-
31.
Bank Victoria International Tbk.
BVIC
Sampel 18
32.
Bank Windu Kentjana Int'l Tbk.
MCOR
-
33.
BPD Jawa Barat dan Banten Tbk.
BJBR
-
(2)
Lampiran 2
HASIL PENGOLAHAN SPSS
1.
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Return Saham 90 -77.78 191.18 18.0701 52.57225
Capital Adequacy Ratio 90 9.92 46.49 17.2377 6.11946
Return on Asset 90 .17 4.93 2.0128 1.05165
Return on Equity 90 .72 43.83 16.0838 9.32925
Loan to Deposit Ratio 90 40.22 103.88 73.7099 14.29632
Price Earning Ratio 90 3.10 498.19 24.9914 54.83624
Valid N (listwise) 90
2.
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 90
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation 52.02844117
Most Extreme Differences Absolute .103
Positive .103
Negative -.044
Kolmogorov-Smirnov Z .982
Asymp. Sig. (2-tailed) .290
a. Test distribution is Normal.
(3)
(4)
3.
Uji Multikolinearitas
4.
Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 62.174 40.976 1.517 .133
Capital Adequacy Ratio -1.072 1.301 -.125 -.824 .412 .508 1.967
Return on Asset 1.266 14.885 .025 .085 .932 .132 7.604
Return on Equity -.136 1.681 -.024 -.081 .936 .131 7.636
Loan to Deposit Ratio -.361 .413 -.098 -.875 .384 .923 1.083
Price Earning Ratio .027 .129 .028 .205 .838 .640 1.561
(5)
5.
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .143a .021 -.038 53.55453 1.559
a. Predictors: (Constant), Price Earning Ratio, Loan to Deposit Ratio, Return on Asset, Capital Adequacy Ratio, Return on Equity
b. Dependent Variable: Return Saham
6.
Uji Koefisien Determinasi (R
2)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .143a .021 -.038 53.55453
a. Predictors: (Constant), Price Earning Ratio, Loan to Deposit Ratio, Return on Asset, Capital Adequacy Ratio, Return on Equity
b. Dependent Variable: Return Saham
7.
Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 5062.605 5 1012.521 .353 .879a
Residual 240919.323 84 2868.087
Total 245981.928 89
a. Predictors: (Constant), Price Earning Ratio, Loan to Deposit Ratio, Return on Asset, Capital Adequacy Ratio, Return on Equity
(6)
8.
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 62.174 40.976 1.517 .133
Capital Adequacy Ratio -1.072 1.301 -.125 -.824 .412
Return on Asset 1.266 14.885 .025 .085 .932
Return on Equity -.136 1.681 -.024 -.081 .936
Loan to Deposit Ratio -.361 .413 -.098 -.875 .384
Price Earning Ratio .027 .129 .028 .205 .838