20
Berat kering udara g Kerapatan kering udara gcm
3
= Volume cm
3
b. Kadar air
Contoh uji yang digunakan sama dengan contoh uji kerapatan. Contoh uji dikering udarakan kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu 103 ± 2
o
C hingga mencapai berat konstan. Kadar air dihitung dengan rumus:
berat kering udara g – berat kering oven g Kadar air = x 100
berat kering oven g
c. Pengembangan tebal
Contoh uji diukur tebal awalnya menggunakan mikrometer, kemudian direndam secara horizontal dalam air selama 24 jam. Setelah itu contoh uji diukur
kembali tebalnya. Pengembangan tebal contoh uji dihitung dengan rumus: tebal akhir – tebal awal
Pengembangan tebal = x 100 tebal awal
d. Daya serap air
Contoh uji ditimbang untuk mengetahui berat awalnya, kemudian direndam dalam air selama 24 jam. Setelah itu ditimbang kembali beratnya. Besarnya daya
serap air dihitung dengan rumus: berat akhir - berat awal
Daya serap air = x 100
berat awal
e. Keteguhan patah MOR dan keteguhan lentur MOE
Lebar contoh uji dibuat sebesar 5 cm sedangkan panjangnya disesuaikan dengan tebal papan dan jarak sangga yang digunakan. Jarak sangga yang
digunakan adalah 15 kali tebal papan dan minimal 15 cm. Sehingga dengan tebal 1 cm maka jarak sangga yang digunakan adalah 15 cm. Panjang contoh uji dibuat
21
dengan ukuran 20 cm jarak sangga + 5 cm. Skema pengujian disajikan pada Gambar 8.
Contoh uji diukur lebar dan tebalnya tepat ditengah ditempat yang akan diberikan beban, kemudian diuji dengan alat UTM Instron. Dari hasil pengujian
diperoleh beban dan defleksi papan. Besarnya MOR dan MOE dihitung dengan rumus:
3PL MOR kgfcm
2
= 2bt
2
∆PL
3
MOE kgfcm
2
= 4
∆Ybt
3
dimana:
∆P : Besar
perubahan beban
kgf ∆Y
: Besar perubahan defleksi akibat perubahan beban cm L
: Panjang bentang contoh uji cm P
: Beban maksimum pada saat contoh uji mengalami kerusakan kgf b
: Lebar penampang contoh uji cm t
: Tebal penampang contoh uji cm
Gambar 8. Ilustrasi pengujian keteguhan patah dan lentur
e. Keteguhan rekat internal bond