20
selamanya guru dapat memberikan semua pengetahuannya, oleh karenanya siswa harus mengkostruksikan pengetahuan dibenaknya sendiri.
Dengan demikian pembelajaran dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Siswa membangun sendiri
pengetahuannya melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajarnya, siswa menjadi pusat kegiatan bukan guru.
2.1.5.2. Pendekatan konstruktivisme
Pandangan konstruktivisme filosofis pendidikan sains modern menganggap semua peserta didik mulai dari usia TK sampai dengan
perguruan tinggi memiliki gagasanpengetahuan tentang lingkungan dan peristiwagejala alam disekitarnya, meskipun gagasanpengetahuan kadang
naif dan miskonsepsi. Mereka berusaha mempertahankan gagasanpengetahuan naïf ini secara kokoh sebagai suatu kebenaran dan
berlangsung karena gagasanpengetahuan yang dimiliki siswa terkait dengan gagasanpengetahuan awal lain yang sudah terbangun dalam wujud
“Schemata” struktur kognitif dalam benak siswa. Guru tidak dapat mengindoktrinasi gagasan saintifik supaya siswa mau mengganti dan
memodifikasi gagasannya yang non-saintifik menjadi kegiatanpengetahuan saintifik, guru hanya berperan sebagai fasilisator
penyedia “kondisi” supaya proses belajar untuk memperoleh konsep yang benar dapat berlangsung dengan baik dan siswanyalah sendiri yang
menjadi arsitek pengubah gagasannya. Ratna Wilis 1989 menjelaskan tentang teori kostruktivisme,
bahwa siswa harus menemukan konsep-konsep dan mentransformasikan
21
informasi baru dalam memahami dan menerapkan pengetahuan. Kondisi belajar yang sesuai dengan filosofi konstruktivisme antara lain adalah
diskusi yang menyediakan kesempatan siswa untuk mau mengemukakan gagasan, pengujian dan penelitian sederhana, demonstrasi dan peragaan
prosedur ilmiah dan kegiatan lain yang memberi peluang untuk mempertanyakan, memodifikasi dan mempertajam gagasannya.
2.1.5.3. Pembelajaran kooperatif
Pelajaran dimulai dengan penyampaian tujuan pelajaran dan pemberian motivasi siswa untu belajar, diikuti dengan penyajian informasi
yang biasanya dengan bahan bacaan dari pada secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokan ke dalam tim-tim belajar, yang diikuti bimbingan
oleh guru ketika siswa bekerja bersama menyelesaikan tugas mereka. Sebagai tahap akhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil
akhir kerja kelompok. Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division
STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, yang mengacu pada belajar kelompok siswa, yaitu menyajikan informasi dengan
jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Dalam satu kelas siswa dipecah menjadi kelompok-kelompok yang beranggota antara 4-5 siswa
terdiri dari laki-laki dan perempuan tanpa memandang perbedaan suku kalau ada, kemampuan tinggi, sedang atau rendah.
Dengan menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain melalui diskusi, tutorial, kuis untuk memahami materi
pembelajaran. Secara induvidual setiap minggu atau setiap pokok bahasan
22
dianggap cukup diadakan kuis yang di nilai dan siswa siswa diberi skor perkembangan. Sehingga nilai atau skor perkembangan berdasarkan pada
seberapa jauh skor siswa melampaui rata-rata skor siswa lainnya dalam satu kelas.
Penilaian singkat dilakukan setiap minggu dicantumkan dalam lembar penilaian, dan untuk kelompok yang mendapatkan nilai paling
tinggi, dan siswa yang mencapai skor perkembangan tertinggi diumumkan, secara tidak langsung siswa mendapat penghargaan secara moril akan
meningkatkan sikap siswa terhadap pembelajaran IPA.
2.1.6. Implementasi pembelajaran terpadu model webbed