111
5.2.4. Keberlanjutan Ketersediaan Beras Dimensi Kelembagaan
Hasil analisis keberlanjutan ketersediaan beras dimensi kelembagaan menghasilkan indeks keberlanjutan ketersediaan beras tingkat nasional sebesar
91.70 kategori baik karena berada pada selang 75 – 100 Tabel 34 dan Gambar 23. Di tingkat regional hasil menunjukkan adanya keragaman yang cukup besar
dengan nilai indeks keberlanjutan ketersediaan beras yang berkisar antara 76.15 – 33.37. Ada 3 wilayah yang mempunyai indeks keberlanjutan ketersediaan
beras dimensi kelembagaan yang lebih besar dari 50 persen yaitu wilayah Jawa, Sumatera dan wilayah lain Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Irian Jaya, bahkan
wilayah Jawa nilainya lebih dari 75 persen atau kategori baik. Sedangkan wilayah Sulawesi dan Kalimantan masuk dalam kategori kurang berkelanjutan.
Tabel 34. Indeks dan Status Keberlanjutan Ketersediaan Beras Dimensi
Kelembagaan di Berbagai Wilayah Indonesia
Wilayah Indeks Keberlanjutan
Kategori Stress R
2
Nasional 91.70 Baik
0.124 0.951
Regional
0.137 0.919
1. Jawa 76.15
Baik 2. Sumatera
72.32 Cukup
3. Sulawesi 37.04
Kurang 4. Kalimantan
33.37 Kurang
5. Lain-lain 56.98
Cukup
Secara statistik hasil dari analisis keberlanjutan ketersediaan beras dimensi sosial budaya menunjukkan nilai Stress tingkat nasional dan regional Tabel 34
masing-masing sebesar 0.124 dan 0.137 0.25 dan koefisien determinasi R
2
sebesar 0.951 dan 0.919 mendekati 1. Dengan demikian dari kedua parameter ini menunjukkan bahwa seluruh atribut yang digunakan dalam analisis dimensi
keberlanjutan ketersediaan beras dimensi kelembagaan di tingkat nasional dan regional cukup baik
dalam menerangkan ketersediaan beras. Berdasarkan hasil analisis leverage Gambar 23 dapat diketahui bahwa
atribut atau faktor yang berpengaruh sensitif terhadap keberlanjutan ketersediaan beras dimensi kelembagaan ada 4 atribut yaitu: 1 keberadaan lembaga
pemerintah yang terkait dengan benih BPSBTPH, 2 keberadaan lembaga keuangan mikro, 3 keberadaan lembaga pemerintah BPTPH Balai Penelitian
Tanaman Pangan dan Hortikultura dan 4 keberadaan lembaga pemerintah BPTP Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
112
Gambar 23. Analisis Keberlanjutan Ketersediaan Beras Dimensi Kelembagaan dan Faktor Sensitif Yang Mempengaruhi Keberlanjutan
Ketersediaan Beras Dimensi Kelembagaan Keberadaan lembaga pemerintah yang terkait dengan benih seperti Balai
Pengawasan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura BPSBTPH sangat sensitif mempengaruhi indeks keberlanjutan, hal ini mudah dipahami
karena benih merupakan faktor produksi utama, baik buruknya hasil usahatani sangat dipengaruhi oleh baik buruknya benih yang digunakan. Kelembagaan
seperti BPSBTPH mempunyai tugas dalam mengawasi benih yang dipakai dan memberikan sertifikasi benih bila benih-benih tersebut memang layak atau
pantas untuk digunakan. Keberadaan lembaga keuangan mikro perlu mendapat perhatian karena
memang sangat diperlukan oleh petani sehingga petani tidak lagi terbebani oleh keterbatasan modal untuk menjalankan usahataninya. Lembaga keuangan mikro
ini dapat menyalurkan kredit seperti kredit agribisnis dan kredit ketahahan pangan.
Keberadaan lembaga Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura BPTPH juga merupakan lembaga yang penting untuk diperhatikan dan
dioptimalkan. Selama ini BPTPH bertugas mengawasi dinamika serangan hama penyakit di suatu daerah sampai ambang batas tertentu untuk melakukan
pemberantasan agar produksi dapat terselamatkan, dengan adanya lembaga ini diharapkan keberlanjutan sistem ketersediaan beras dapat dipertahankan.
Balai Pengkajian dan Teknologi Pertanian merupakan balai yang berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian BPTP yang tersebar di
Titik referensi utama Titik referensi tambahan
GOO D
-20 10
120
4 5
DOWN UP
BAD 20
40 60
80
RAPRICE Ordination
-60 -40
20 40
60 80
Sumbu X Setelah Rotasi: Skala Sustainability Su