Identifikasi Bahaya Kebakaran Upaya Penanggulangan dan Pencegahan Kebakaran

2. Detektor panas: mendeteksi kebakaran melalui panas yang diterimanya. Detektor panas cocok digunakanditempatkan di area dengan kelas kebakaran kelas B bahan cair dan gas; cairan dan gas mudah terbakar. 3. Detektor nyala api: mendeteksi kebakaran berdasarkan keberadaan radiasi sinar infra merah dan ultraviolet yang dilepaskan api. Dalam pemasangan detektor ini perlu dipertimbangkan mengenai sifat resiko kebakaran, jenis api dan kepadatan penghuninya, jenis bahankelas kebakaran yang mungkin terjadi. Menurut rencana tindak darurat kebakaran pada bangunan gedung Badan Litbang PU Departemen Pekerjaan Umum, 2006: 3, Setiap kotak Box Fire Hydrant yang ada selalu dilengkapi dengan lampu darurat Flash light emergency, Alarm Bell dan Manual Push Button Break Glass. Flash Light Visual Coverage, akan menyala apabila terjadi keadaan darurat. Alarm Bell AudiblecCoverage, akan berbunyi apabila terjadi keadaan darurat. Manual Push Button Break Glass, berupa kotak logam berwarna merah yang pada kacanya tertulis Break Glass, yang akan mengaktifkan alarm apabila kacanya dipecahkan. Apabila kaca salah satu kotak alarm tersebut dipecahkan, bel tanda bahaya kebakaran akan berbunyi. Bel tanda bahaya kebakaran tersebut juga akan berbunyi apabila heat detector, smoke detector atau sprinkle bekerja. Banyak cara untuk menginformasikan adanya kebakaran. Cara mudah yang bisa dilakukan adalah berteriak, namun cara tersebut kurang efektif. Secara lebih modern, dikembangkan sistem alram kebakaran yang biasanya sudah diintegrasikan dengan sistem deteksi kebakaran. Sistem alarm biasanya dilengkapi dengan tanda atau alarm yang memudahkan untuk dilihat atau didengar. Alarm kebakaran bekerja secara manual dengan menekan tombol alarm, dan bekerja secara otomatis bila terjadi kebakaran dan mengaktifkan sisitem penanggulangan kebakaran lainnya. Terdapat beberapa macam alarm kebakaran: 1. Bel: alarm yang akan berdering jika terjadi kebakaran. Bel cocok ditempatkan di dalam ruangan kantor karena keterbatasan suaranya. 2. Sirine: prinsip kerja yang sama dengan bel, namun mengeluarkan suara yang lebih keras sehingga cocok ditempatkan di area yang luas pabrik. 3. Pengeras suara: digunakan pada area yangmana penghuninya tidak dapat mengetahui suatu keadaan kedaruratan dengan cepat, maka diterapkan jaringan pengeras suara sebagai ganti bel, sirine yang memiliki keterbatasan kerasnya suara yang dihasilkan. Untuk penjelasan yang lebih lengkap mengenai alarm kebakaran dapat mengacu pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia nomor: PER.02MEN1983 tentang instalasi alarm kebakaran automatik. Tata cara pemasangan dan penempatan detektor, perawatan dan pemeliharaannya telah diatur secara jelas dalam Peraturan Menteri tersebut, agar dalam pelaksanaannya sistem deteksi kebakaran dapat digunakan secara optimal sebagai upaya pencegahan kebakaran. 2.1.6.5.1.2 Alat Pemadam Api Ringan APAR Menurut Permenakertrans No. PER.04MEN1980, alat pemadam api ringan APAR ialah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk