Pembinaan dan Pelatihan Upaya Penanggulangan dan Pencegahan Kebakaran
dengan tanda atau alarm yang memudahkan untuk dilihat atau didengar. Alarm kebakaran bekerja secara manual dengan menekan tombol alarm, dan bekerja
secara otomatis bila terjadi kebakaran dan mengaktifkan sisitem penanggulangan kebakaran lainnya.
Terdapat beberapa macam alarm kebakaran: 1.
Bel: alarm yang akan berdering jika terjadi kebakaran. Bel cocok ditempatkan di dalam ruangan kantor karena keterbatasan suaranya.
2. Sirine: prinsip kerja yang sama dengan bel, namun mengeluarkan suara yang
lebih keras sehingga cocok ditempatkan di area yang luas pabrik. 3.
Pengeras suara: digunakan pada area yangmana penghuninya tidak dapat mengetahui suatu keadaan kedaruratan dengan cepat, maka diterapkan
jaringan pengeras suara sebagai ganti bel, sirine yang memiliki keterbatasan kerasnya suara yang dihasilkan.
Untuk penjelasan yang lebih lengkap mengenai alarm kebakaran dapat mengacu pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia nomor:
PER.02MEN1983 tentang instalasi alarm kebakaran automatik. Tata cara pemasangan dan penempatan detektor, perawatan dan pemeliharaannya telah
diatur secara jelas dalam Peraturan Menteri tersebut, agar dalam pelaksanaannya sistem deteksi kebakaran dapat digunakan secara optimal sebagai upaya
pencegahan kebakaran. 2.1.6.5.1.2
Alat Pemadam Api Ringan APAR Menurut Permenakertrans No. PER.04MEN1980, alat pemadam api ringan
APAR ialah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk
memadamkan api pada mulai terjadi kebakaran. Jenis alat pemadam api ringan terdiri jenis cairan air, jenis busa, jenis tepung kering, dan jenis gas
hydrocarbon berhalogen dan sebagainya. Permenakertrans No. PER.04MEN1980, menjelaskan tentang ketentuan
pemasangan Apar sebagai berikut: 1.
Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta
dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan. 2.
Tanda pemasangan Apar berupa segitiga sama sisi dengan warna dasar merah, dengan ukuran sisi 35 cm, tinggi huruf 3 cm berwarna putih, dan
tinggi tanda panah 7,5 cm dengan warna putih seperti pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Tanda Pemasangan Apar
Sumber: http: qhsepromotions.files.wordpress.com201308logo-apar.jpg. 3.
Tinggi pemberian tanda pemasangan adalah 125 cm dari dasar lantai tepat diatas satu atau kelompok alat pemadam api ringan bersangkutan.
4. Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus sesuai dengan
jenis dan penggolongan kebakaran.
5. Penempatan antara alat pemadam api yang satu dengan lainnya atau
kelompok satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan Kerja.
6. Semua tabung alat pemadam api ringan sebaiknya berwarna merah.
7. Dilarang memasang dan menggunakan alat pemadam api ringan yang
didapati sudah berlubang-lubang atau cacat karena karat. 8.
Setiap alat pemadam api ringan harus dipasang ditempatkan menggantung pada dinding dengan penguatan sengkang atau dengan konstruksi penguat
lainnya atau ditempatkan dalam lemari atau peti box yang tidak dikunci. 9.
Pemasangan alat pemadam api ringan harus sedemikianrupa sehingga bagian paling atas puncaknya berada pada ketinggian 1,2 m dari permukaan lantai
kecuali jenis CO
2
dan tepung kering dry chemical dapat ditempatkan lebih rendah dengan syarat, jarak antara dasar alat pemadam api ringan tidak
kurang 15 cm dan permukaan lantai. 10.
Alat pemadam api ringan tidak boleh dipasang dalam ruangan atau tempat dimana suhu melebihi 49°C atau turun sampai minus 44°C
kecuali apabila alat pemadam api ringan tersebut dibuat khusus untuk suhu diluar batas tersebut diatas.
11. Alat pemadam api ringan yang ditempatkan di alam terkuka harus dilindungi
dengan tutup pengaman. Menurut Ramli 2010: 113, penggunaan APAR secara tepat dan efektif
sebagai upaya penanggulangan kebakaran yangmana mampu memadamkan nyala api dengan segera. Latihan penggunaan APAR harus direncanakan secara berkala
dan terus-menerus serta mempelajari teknik penggunaan APAR yang popular dikenal dengan teknik P.A.S.S., yaitu sebagai berikut:
1. Pull the pin menarikmencabut pengaman, apabila pengaman terpasang
maka katup APAR tidak bias digerakkan. 2.
Aim mengarahkan ke api, mengarahkan ke pangkal api dan memperhatikan arah angin, agar pemadaman dapat efektif serta tidak terkena semburan media
pemadam. 3.
Squezee the handle menekan katup, agar saluran media pemadam terbuka, dan bahan pemadan keluar dari ujung penyemprot.
4. Sweep mengayunkan, selang penyalur media pemadam diayunkan dari arah
kiri ke arah kanan ataupun sebaliknya, sesuai kobaran api dan dilakukan dari pangkal api.
2.1.6.5.1.3 Hidran
Hidran adalah alat yang dilengkapi dengan selang dan mulut pancar nozzle untuk mengalirkan air bertekanan yang digunakan bagi keperluan pemadaman
kebakaran. Instalasi hidran dalam bangunan dimaksudkan untuk menyediakan sarana bagi penghuni untuk melakukan pemadaman kebakaran pada tahap awal
dan sebelum membesarsebelum mencapai langit-langit ruanganatap bangunan Kepmen PU nomor: 10KPTS2000. Menurut Ramli 2010: 94 dan Anizar
2009: 31, menjelaskan mengenai jenis dan letak hidran. Terdapat 2 jenis hidran, yaitu bejana kering dan bejana basah. Pada bejana kering di dalamnya tidak berisi
air, walaupun telah dihubungkan dengan sumber air. Sedangkan pada bejana basah, di dalamnya berisi air yang siap disemprotkan ketika dibuka. Sedangkan