Misi 1 : Mengupayakan pelayanan kesehatan yang paripurna, merata, dan bermutu.

49 1 Angka Kematian Ibu AKI Pencapaian AKI pada tahun 2014 sebesar 104,7100.000 KH meningkat dibanding tahun 2013 sebesar 96,83100.000 KH dari target 75100.000 dengan nilai realisasi kinerja sebesar 60,40 dalam kategori predikat Rendah. Selanjutnya kecenderungan AKI pada lima tahun terakhir disajikan pada gambar 3.2. berikut ini. Gambar 3.2. Angka Kematian Ibu di Kabupaten Bantul Tahun 2010 - 2014 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, 2014 Gambar diatas menunjukkan kecenderungan AKI yang mengalami fluktuasi. Seluruh kasus kematian ibu telah dilakukan Audit Maternal Perinatal yang diselenggarakan untuk mengkaji hal – hal yang terkait dengan riwayat dan kondisi sejak ibu masih hamil, penatalaksanaan persalinan dan kronologis kasus sampai terjadinya kematian . Hasil audit penyebab kematian ibu tersebut sebagian besar disebabkan pengenalan resiko oleh masyarakat dan petugas kesehatan serta pemilihan fasilitas layanan persalinan pada ibu hamilbersalinnifas dengan komplikasi yang kurang tepat sehingga menyebabkan keterlambatan penatalaksanaan kasus emergency obstetric di rumah sakit rujukan dengan fasilitas yang memadai. Hasil kajian audit didapatkan kematian ibu dengan adanya penyakit penyerta seperti penyakit jantung, asma dan kanker sebanyak 7 kasus 50. 82,1 111,2 52,2 96,83 104,7 65 100 90 80 75 20 40 60 80 100 120 140 2010 2011 2012 2013 2014 AKI Bantul Target Bantul Target DIY Target Nasional 50 Penyebab kematian ibu sebesar 50 karena penyebab langsung yaitu perdarahan dan eclampsia, hal ini dapat menjadi petunjuk bagi perencanaan program di tahun yang akan datang agar lebih difokuskan kepada kegiatan yang ditujukan untuk peningkatan pengenalan dan kewaspadaan dini masyarakat terhadap tanda bahaya serta risiko. Selain itu juga dibutuhkan peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam hal teamwork yang solid serta response time yang cepat dalam hal pengenalan risiko, penegakan diagnosa dan ketepatan dalam pengambilan keputusan klinik untuk menghindari keterlambatan tindakan dan kesalahan intervensi sehingga kematian ibu dapat dicegah dan diturunkan. Kegiatan yang telah dilaksanakan guna menurunkan angka kematian ibu pada tahun 2014 adalah sebagai berikut: a. Peningkatan SDM Kesehatan: Sosialisasi pengenalan deteksi dini resiko ibu hamil resiko tinggi. b. Peningkatan Pelayanan Kesehatan: Fasilitasi Problem Solving, Review Maternal Perinatal, Disiminasi Hasil Rekomendasi Tk. Kabupaten, Review Deteksi Dini Ibu Hamil Beresiko, Sosialisasi Asuhan Persalinan Normal, Rakor Koordinator KIA, Rakor DTKB, Rakor KB, Rakor Bidan c. Kemitraan Lintas Sektor dan Lintas Program d. Pemantapan sistem rujukan e. Promosi kesehatan dan pemberdayaan kesehatan melalui program inovatif Dusun Bebas 4 Masalah Kesehatan DB4MK yang merupakan program penyelesaian masalah kesehatan secara komprehensif. Pelaksanaan program ini melibatkan seluruh komponen masyarakat disemua tingkatan dengan penekanan utama yaitu upaya penurunan kematian ibu, kematian bayi, balita gizi buruk, penanggulangan demam berdarah, dan pencegahan penyakit TBC. 2 Angka Kematian Bayi AKB AKB pada tahun 2014 sebesar 8,751000 KH dari target 7,51000 KH dengan nilai realisasi kinerja sebesar 83,33 termasuk kategori Tinggi, dan 51 mengalami penurunan dibandingkan dengan capaian pada tahun 2013 sebesar 9,391000 KH. Kecenderungan Angka Kematian Bayi pada lima tahun terakhir dari tahun 2010 - 2014 disajikan dalam gambar berikut ini. Gambar 3.3. Angka Kematian Bayi di Kabupaten Bantul Tahun 2010- 2014 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, 2014 Gambar ini memperlihatkan kecenderungan penurunan AKB dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kematian bayi AKB menurut penyebab kematian disajikan pada tabel 3.2 berikut ini. Tabel 3.4. Kematian Bayi Berdasarkan Penyebab Kematian Di Kabupaten Bantul Tahun 2014 NO PENYEBAB JUMLAH 1 Asphyxia 33 28,20 2 Kelainan bawaan 31 26,49 3 BBLR 30 25,64 4 Aspirasi 9 7,69 5 Pneumonia 3 2,56 6 Diare 2 1,71 7 Sepsis 1 0,85 8 Infeksi Usus 1 0,85 9 Kecelakaan 1 0,85 10 Lain – lain 3 2,56 Total 117 100,00 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, 2014 9,8 8,5 8,6 9,38 8,75 7 10 9 8 7,5 5 10 15 20 25 2010 2011 2012 2013 2014 AKB Target Bantul Propinsi Nasional 52 3 Status Gizi Buruk Balita Status gizi buruk Balita sebesar 0,38 dengan target 0,43 termasuk kategori Sangat Baik nilai 115,56. Status gizi buruk dari tahun ke tahun terus menurun sesuai harapan. Gambar 3.4. Angka Gizi Buruk Balita di Kabupaten Bantul Tahun 2010-2014 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, 2014 Mencermati grafik diatas, terdapat kecenderungan penurunan status gizi buruk pada Balita. Program perbaikan gizi mencakup beberapa kegiatan yaitu surveilans gizi, konsultasi, pemeriksaan balita oleh dokter ahli, pemantauan ASI Eksklusif dan Inisiasi Menyusu Dini IMDserta pemberdayaan masyarakat melalui Kelompok Pendukung Ibu KP-Ibu. Upaya lain yang dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Bantul adalah program Pemberian Makanan Tambahan PMT Balita Gizi Buruk berupa bantuan makanan tambahan selama 180 hari makan anak bagi 215 Balita serta kunjungan dan pemeriksaan oleh dokter ahli anak di Puskesmas. Pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 – 24 bulan dari keluarga miskin sudah tercapai 100. Selain itu, upaya perbaikan gizi juga dilakukan dengan PMT bagi 340 ibu hamil Kurang Energi Kronis KEK untuk 90 hari makan . 4 Umur Harapan Hidup Umur harapan hidup sebesar 71,62 dengan target 71,40 dan realisasi kinerja 100,34 termasuk kategori Sangat Baik. Umur harapan 0,58 0,52 0,44 0,42 0,38 0,2 0,4 0,6 0,8 2010 2011 2012 2013 2014 Balita Gizi Buruk Target Bantul 53 hidup UHH pada waktu lahir e o adalah rata-rata jumlah tahun yang akan dijalani oleh sekelompok orang yang dilahirkan pada suatu waktu tertentu jika pola mortalitas untuk kelompok umur tersebut bersifat tetap pada masa mendatang. UHH menjadi suatu indikator peningkatan derajat kesehatan. Gambar 3.5. Umur Harapan Hidup di Kabupaten Bantul Tahun 2010 – 2014 Sumber: BPS , 2014 Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa UHH Kabupaten Bantul terus mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2010 UHH Kabupaten Bantul 71,31 tahun meningkat menjadi 71,62 tahun pada tahun 2014. Untuk mencapai umur harapan hidup yang baik maka upaya-upaya telah dilakukan antara lain dengan memasyarakatkan pentingnya upaya kesehatan preventif kepada kelompok usia lanjut, upaya pemeliharaan kesehatan dengan melakukan olah raga yang teratur dan pentingnya konsumsi makanan yang seimbang bagi kelompok usia lanjut. 5. Penerapan Manajemen Mutu di Puskesmas Standarisasi pengembangan mutu pelayanan di Puskesmas sebesar 66,67 dengan target 90 dan nilai realisasi kinerja 74,08 termasuk kategori Sedang. Tabel 3.5. berikut ini menunjukkan upaya hasil standarisasi pengembangan mutu pelayanan di Puskesmas. 71,31 71,33 71,34 71,35 71,62 71 72 2010 2011 2012 2013 2014 54 Tabel 3.5 Puskesmas dengan Penerapan Manajemen Mutu Tahun 2014 No. Jenis Standarisasi Pengembangan Mutu Pelayanan Puskesmas 1 Pengembangan Manajemen Kinerja Klinis PMKK 1. Sewon I 2. Pajangan, 3. Imogiri II, 4. Jetis II, 5. Banguntapan II. 2 Sistem Manajemen Mutu SMM Berbasis ISO 1. Sanden, 2. Pandak I, 3. Pandak II 4. Sedayu II, 5. Bantul I, 6. Bantul II 7. Kasihan I 8. Kasihan II 9. Banguntapan I 10. Sedayu I 11. Piyungan 3 Akreditasi 1. Imogiri I, 2. Jetis I 3. Jetis II 4. Banguntapan II 5. Srandakan 6. Bambanglipuro Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, 2014 3.3.2. Misi 2 : Mengupayakan penanggulangan masalah kesehatan dan penyehatan lingkungan 1 Prevalensi HIV-AIDS Prevalensi HIV-AIDS sebesar 0,057 dengan target 0,5 dan nilai realisasi kinerja 190 termasuk kategori Sangat Tinggi. Akselerasi No Sasaran Indikator Kinerja Satuan Tar get Capai an Interval Realisasi Kinerja 50 50,1 - 65 65,1 - 75 75,1 -90 1 Menurun- nya angka kesakitan 1 Prevalensi HIV- AIDS 2 Angka kesakitan IR DBD 3 Penyembuhan kasus TB 4 Cakupan Desa UCI Persentase Persentase Per100.000 pddk Persentase 0,5 52 85 100 0,05 64,21 81,07 100 74,10 190,00 92,84 100,00 2 Meningkat- nya kualitas kesehatan lingkungan 5 Kualitas air minum 6 Jamban Sehat Persentase Persentase 81 75 97,60 82,11 130,13 102,64 55 pengendalian HIV-AIDS dilakukan melalui peningkatan akses pelayanan kesehatan pada kelompok kunci dan pada kelompok potensial umur 15-24 tahun, dengan cara intensifikasi konseling, penemuan dan pengobatan kasus, serta peningkatan pengetahuan komprehensif tentang HIV pada kelompok potensial. Hasil kegiatan pengendalian HIV-AIDS tahun 2014 antara lain cakupan KIE pada kelompok kunci kelompok pekerja seks dan pengguna Narkoba sebesar 100. Cakupan KIE pada kelompok rentan usia 15-24 tahun sebesar 100 dan cakupan VCT pada kelompok kunci sebesar 100. Kasus HIV-AIDS pada tahun 2014 sebanyak 538 kasus. Pencapaian kondisi ini dilakukan dengan peningkatan pelayanan Voluntary Consulting and Testing VCT dan Care Support and Treatment CST di RSUD Panembahan Senopati, klinik layanan Infeksi Menular Seksual IMS di Puskesmas Kretek, Imogiri I, Srandakan, Kasihan II, Dlingo I dan Sedayu I serta Klinik layanan terapi metadon bagi pemakai Narkoba suntik di Puskesmas Banguntapan II. Gambar 3.6. Penemuan kasus HIV AIDS di Kabupaten Bantul Tahun 2010-2014 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, 2014 Grafik diatas memperlihatkan kecenderungan peningkatan kasus HIV-AIDS. Peningkatan kasus ini menunjukkan keberhasilan program penjangkauan penderita HIV-AIDS. Penderita yang telah ditemukan kemudian diterapi, sehingga dapat memutus rantai penularan dan 38 54 312 473 508 100 200 300 400 500 600 2010 2011 2012 2013 2014 56 menurunkan angka prevalensi HIV-AIDS. Angka prevalensi HIV-AIDS sampai tahun 2014 sebesar 0,05, termasuk kategori endemis rendah 0,5. 2 Angka Kesakitan Demam Berdarah dengue DBD Angka kesakitan DBD pada tahun 2014 adalah 64,21 ‰ dengan target 51100.000 penduduk 622 kasus dengan kategori nilai capaian kinerja Sedang 74,10. Upaya yang telah dilakukan untuk menekan angka DBD adalah pemberdayaan masyarakat melalui Gertak PSN, pemberantasan vektor dan KIE yang terus-menerus dilakukan oleh jajaran kesehatan didukung lintas sektor, kecamatan dan kelurahan cukup memberikan dampak yang positif terhadap upaya penurunan angka kesakitan DBD di Kab Bantul. Grafik kecenderungan penurunan angka kesakitan DBD sebagai berikut: Gambar 3.7. Angka Kesakitan DBD Di Kabupaten Bantul Tahun 2010-2014 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, 2014

6. Angka kesembuhan TB

Angka kesembuhan pengobatan TBC dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah adalah peningkatan status gizi penderita TB, penerapan strategi DOTS, dan peningkatan jejaring TB dengan fasilitas kesehatan swasta dokter dan apotik. Kunci sukses pengobatan TB adalah kepatuhan dalam minum obat TB. 170 27 30 128 64 50 100 150 200 2010 2011 2012 2013 2014 Target IR Bantul 57 Gambar 3.8. Angka Kesembuhan TBC di Kabupaten Bantul Tahun 2010-2014 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, 2014 Grafik diatas memperlihatkan bahwa angka kesembuhan TBC cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 angka kesembuhan TBC Kabupaten Bantul sebesar 78,57 meningkat menjadi 81,7. 3.3.3 Misi 3 : Meningkatkan kemandirian masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan Pencapaian indikator terkait misi 3 Sangat Tinggi. Upaya yang dilakukan guna mendukung misi 3 ini melalui sarasehan, dan pertemuan tokoh masyarakat. Berbagai kegiatan dalam rangka Desa Siaga ini adalah pendataan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS pada tatanan rumah tangga, dan fasilitasi kegiatan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat UKBM. Kemandirian masyarakat di bidang kesehatan tampak dari indikator Desa Siaga aktif di Kabupaten Bantul, seperti pada grafik berikut: 78,57 86,4 86,12 79,75 81,7 70 74 78 82 86 90 2010 2011 2012 2013 2014 K e se m b u h a n Tahun Angka Kesembuhan Target Nasional No Sasaran Indikator Kinerja Satuan Tar- get Capai an Interval Realisasi Kinerja 50,1 - 65 65,1 -75 75,1 -90 1 Meningkatnya kemitraan di bidang kesehatan dan pemberdayaan masyarakat menuju Desa Siaga 1 Desa Siaga kategori baik Purnama dan Mandiri Persentase 80 80 100,00 58 Gambar 3.9. Strata Desa Siaga Di Kabupaten Bantul Tahun 2014 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, 2014 Gambar diatas menunjukkan bahwa strata Desa Siaga Aktif Purnama dan Mandiri telah meningkat, yang berarti bahwa masyarakat telah aktif dan mandiri di bidang kesehatan.

3.3.4. Misi 4 : Mengupayakan tersedianya pembiayaan jaminan kesehatan semesta

Pencapaian indikator terkait misi 4 yaitu tentang jaminan kesehatan semesta pada tahun 2014 sebesar 89,66 dengan target 80 dan realisasi capaian kinerja 89,66, termasuk alam kategori Sangat Baik. Program jaminan kesehatan yang dilaksanakan meliputi beberapa jenis dari berbagai penyelenggara jaminan kesehatan dan sumber biaya. Sejumlah 868.513 jiwa 89,66 penduduk telah mempunyai jaminan kesehatan, secara rinci tertera pada tabel berikut ini. 56,00 40,00 38,67 6,67 0,00 34,67 49,33 48,00 61,33 20,00 9,33 10,67 12,00 18,67 49,33 0,00 0,00 1,33 13,33 30,67 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 2010 2011 2012 2013 2014 Pratama Madya Purnama Mandiri No Sasaran Indikator Kinerja Satuan Tar get Capai an Interval Realisasi Kinerja 50,1 - 65 65,1 -75 75,1 - 90 1 Penduduk yang memiliki jaminan kesehatan 1 Persentase yang memiliki jaminan kesehatan Persentase 80 89,66 112,08 59 Tabel 3.6. Peserta Jaminan Kesehatan di Kabupaten Bantul Tahun 2013 No. Jenis Jaminan Jumlah Peserta jiwa Penyelenggara Sumber Biaya Premi 1 JKN - PBI 472.445 BPJS Kesehatan Pemerintah RI 2 Jamkesos 50.000 Pem. DIY Pemerintah DIY 3 Jamkesda 220.000 Pemkab Bantul Pemkab Bantul + Pemda DIY 4 JKN – PNS 94.062 BPJS Kesehatan PNS dan Pemerintah 5 JKN – TNIPOLRI 5.724 BPJS Kesehatan 6 JKN – Jamsostek 19.389 BPJS Kesehatan Pegawai danperusahaan 7 Askes Komersial 6.893 Asuransi Swasta Masyarakat Jumlah 868.513 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, 2014

3.3.5. Misi 5 : Mengupayakan ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan yang bermutu

Pencapaian indikator terkait misi 5 yaitu Penggunaan Obat Rasional pada kasus J00 pada Tahun 2014 sebesar 95,23 telah mencapai target 91 dan nilai realisasi kinerja 103,78 atau kategori Sangat Baik. Upaya yang telah dilakukan pada tahun 2013 terkait penyediaan obat esensial yang bersumber dari dana DAK maupun APBD II. Jumlah kecukupan obat esensial sudah tercapai, begitu juga dengan Penggunaan Obat Rasional POR sebesar 95,23. Penggunaan obat yang rasional akan mengurangi dampak negatif resistensi kuman terhadap antibiotik tertentu, sehingga menurunkan angka kesakitan dan kematian. Cakupan POR dari tahun ke tahun semakin meningkat, seperti terlihat pada grafik berikut. No Sasaran Indikator Kinerja Satuan Tar- get Capai an Interval Realisasi Kinerja 50,1 - 65 65,1 -75 75,1 - 90 1 Meningkatnya ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan secara merata dan bermutu 6 Penggunaan Obat Rasional pada kasus J00 Persentase 91 95,23 103,78