LAKIP TPSA BPPT 2014 LAKIP TPSA 2014
LAPORAN
AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
(LAKIP) TAHUN ANGGARAN 2014
DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA ALAM
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
Radio Modem
RS 232 / USB
Tidak Rusak Rusak Ringan Rusak Sedang Rusak Berat
Tidak Rusak Rusak Ringan Rusak Sedang Rusak Berat
DI PUSAT PEMANTAUAN DI TEMPAT JAUH
(2)
LAPORAN
AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI
PEMERINTAH (LAKIP)
TAHUN ANGGARAN 2014
DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI PENGEMBANGAN
SUMBERDAYA ALAM
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
(3)
LAKIP 2014 TPSA BPPT i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT, yang atas rahmat dan karunia Nya Kedeputian TPSA dapat menyelesaikan seluruh progam dalam pengkajian dan penerapan teknologi di bidang pengembangan sumberdaya alam Tahun Anggaran 2014, yang dirangkum dalam laporan akuntabilitas kinerja. Laporan Akuntabilitas Kinerja ini merupakan salah satu dari lima komponen dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Sistem AKIP) yang berlaku dan diwajibkan kepada seluruh instansi pemerintah secara nasional.
Kewajiban menyusun laporan akuntabilitas kinerja ini merupakan amanat pemerintah melalui Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan untuk menyusunnya didasarkan pada peraturan menteri PAN&RB No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Oleh karena itu Kedeputian TPSA menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja tahun 2014 ini sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban Kedeputian TPSA atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi melalui program dan kegiatan yang ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja Tahun 2014. Laporan Kinerja Tahun 2013 ini merupakan laporan kinerja TPSA yang kelima atau tahun terakhir dalam periode 2010-2014, berisi mengenai pencapaian sasaran strategis kinerja yanag berupa output di tingkat unit kerja yang merupakan outcome dari Kedeputian TPSA.
Kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung penyelesaian laporan ini. Untuk penyempurnaan penulisan LAKIP di masa dating, koreksi dan masukan sangat kami harapkan.
Jakarta Februari 2015
DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI PENGEMBANGAN SUMBERDAYA ALAM
DR. RIDWAN DJAMALUDDIN. M.Sc. NIP. 19630324 199001 1 001
(4)
LAKIP 2014 TPSA BPPT ii
IKHTISAR EKSEKUTIF
Dalam pelaksanaan Sistem AKIP, Kedeputian Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam memperhatikan dan mengikuti peraturan terkait sistem perencanaan pembangunan nasional (SPPN) dan sejumlah ketentuan/ pedoman terkait Sistem AKIP khususnya ketentuan/ pedoman yang diatur oleh Kementerian PAN dan RB.
Secara keseluruhan capaian kinerja Kedeputian TPSA tahun 2014 dapat tercapai/ terpenuhi dengan baik. Sasaran yang terdapat dalam penetapan kinerja menunjukkan hasil yang baik dengan tercapainya target sasaran sesuai yang ditetapkan sebelumnya.
Gambaran capaian kinerja masing-masing sasaran dapat diketahui sebagai berikut :
Sasaran Strategis 1 : Dimanfaatkannya rekomendasi penerapan teknologi bidang
sumberdaya alam oleh mitra, terdiri dari satu indikator sasaran strategis yaitu 1 rekomendasi pengembangan dan Pemanfaatan Satelit Observasi Kebumian Indonesia (INASAT), dengan capaian kinerja 100%.
Sasaran Strategis 2 : Diterapkannya teknologi SD Alam, SD mineral dan survei kelautan
oleh mitra, terdiri dari dua indikator yaitu 1 Teknologi Pengolahan untuk Peningkatan Nilai Tambah Mineral Nikel dengan capaian kinerja 100% dan 1 Rekomendasi Pembangunan Pusat Riset dan Inovasi Teknologi Kelautan dengan capaian kinerja 100%.
Sasaran Stretegis 3 : Diterapkannya teknologi reduksi risiko bencana oleh mitra, terdiri
dari 1 indikator sasaran strategis yaitu 1 Prototipe Teknologi Pengurangan Risiko Bencana Gagal Teknologi dengan capaian kinerja 100%.
Sasaran Strategis 4 : Diterapkannya teknologi lingkungan oleh mitra, terdiri dari dua
indikator sasaran strategis yaitu 1 Rekomendasi Monitoring Karbon dan Implementasi Kota Hijau dengan capaian kinerja 100% dan 1 Jumlah Rekomendasi Teknologi Remediasi Perairan Laut danPesisir Akibat Cemaran Minyak.
Hasil pengukuran realisasi anggaran, dari pagu akhir anggaran TPSA sebesar Rp. 81,563,205,960, realisasi anggaran mencapai Rp. 69,337,181,250 atau sebesar 85.01%. Realisasi anggaran pada tingkat unit eselon II memiliki tingkat capaian yang cukup tinggi, dari pagu anggaran akhir sebesar Rp. 15,765,972,000,- dapat direalisasikan sebesar Rp. 15,461,198,677,- atau mencapai 98,07%. Sedangkan realisasi anggaran pada tingkat satuan kerja UPT dan Balai, tingkat capaiannya tidak terlalu tinggi jauh di bawah tingkat capaian unit kerja eselon II yaitu dari pagu akhir yang dapat digunakan
(5)
LAKIP 2014 TPSA BPPT iii sebedar Rp. 65,797,233,960,- dapat direalisasikan sebesar Rp. 53,875,982,573,- atau mencapai 81,88%.
Berdasarkan hasil tersebut maka beberapa hal tindak lanjut yang harus dilakukan untuk pelaksanaan akuntabilita kinerja selanjutnya antara lain:
1) Mempertahankan capaian kinerja yang sudah baik dan memperbaiki capaiaan kinerja yang belum sempurna, yaitu dengan mendorong outcome secara terus menerus di gunakan oleh mitra pengguna.
2) Untuk meningkatkan capaian kinerja anggaran perlu lebih ketat lagi terhadap ketepatan waktu pencairan aggaran sesuai dengan rencana kegiatan yang telah ditetapkan.
(6)
LAKIP 2014 TPSA BPPT iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
IKHTISAR EKSEKUTIF ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
BAB I. PENDAHULUAN ... I-1
1.1. Latar Belakang ... I-1
1.2. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan ... I-2
1.3. Organisasi ... I-3
1.4. Sumber Daya Manusia ... I-5
1.5. Sistematika Penyajian ... I-6
BAB II. PERENCANAAN KINERJA ... II-1
2.1. Keterkaitan RPJMN, Renstra dan Perencanaan Kinerja ... II-1
2.2. Renstra TPSA Tahun 2010-2014 ... II-3
2.2.1. Visi dan Misi ... II-3 2.2.2. Tujuan ... II-4 2.2.3. Sasaran Strategis ... II-4 2.3. Keterkaitan Program TPSA dengan RPJMN 2010-2014 dan Proses
Bisnis TPSA ... II-4
2.3.1. Keterkaitan Program TPSA dengan RPJMN 2010-2014... II-4 2.3.2. Proses Bisnis Utama TPSA ... II-5 2.3.3. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) TPSA Tahun 2014 ... II-10 2.3.4. Penetapan Kinerja (PK) TPSA Tahun 2014 ... II-12
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA ... III-1
3.1. Capaian Kinerja Organisasi ... III-1
3.1.1.Sasaran Strategis 1 : Dimanfaatkannya rekomendasi penerapan
teknologi bidang sumberdaya alam oleh mitra. ... III-3
Indikator Sasaran Strategis 1.1 : Jumlah rekomendasi pengembangan
dan Pemanfaatan Satelit Observasi Kebumian Indonesia (INASAT). ... III-3 3.1.2.Sasaran Strategis 2 : Diterapkannya teknologi SD Alam, SD mineral
(7)
LAKIP 2014 TPSA BPPT v Indikator Sasaran Strategis 2.1 Jumlah Teknologi Pengolahan untuk
Peningkatan Nilai Tambah Mineral Nikel. ... III-11 Indikator Sasaran Strategis 2.2 : Jumlah Rekomendasi Pembangunan
Pusat Riset dan Inovasi Teknologi Kelautan. ... III-20 3.1.3.Sasaran Stretegis 3 : Diterapkannya teknologi reduksi risiko bencana
oleh mitra ... III-25
Indikator Sasaran Strategis 3.1 : Jumlah Prototipe Teknologi
Pengurangan Risiko Bencana Gagal Teknologi. ... III-25 3.1.4.Sasaran Strategis 4 : Diterapkannya teknologi lingkungan oleh mitra ... III-36
Indikator Sasaran Strategis 4.1 : Jumlah Rekomendasi Monitoring
Karbon dan Implementasi Kota Hijau. ... III-36 Indikator Sasaran Strategis 4.2 : Jumlah Rekomendasi Teknologi
Remediasi Perairan Laut danPesisir Akibat Cemaran Minyak. ... III-43 3.2. Realisasi Anggaran ... III-59
BAB IV. PENUTUP ... IV-62
(8)
LAKIP 2014 TPSA BPPT vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar I-1. Peran Kedeputian Teknologi Pengembangan Sumber Daya
Alam ... I-2 Gambar I-2. KedeputianTPSA dalam Struktur Organisasi BPPT ... I-4 Gambar I-3. Komposisi SDM TPSA berdasarkan Tingkat Pendidikan ... I-5 Gambar I-4. Distribusi SDM TPSA berdasarkan Jenis Jabatan Fungsional ... I-6 Gambar II-1. Posisi Pengembangan Sumber Daya Alam dalam Pentahapan
Pembangunan Dalam RPJPN 2005-2025 ... II-2 Gambar II-2. Alir Pikir Perencanaan Kinerja TPSA ... II-3 Gambar II-3. Posisi Sumber daya Alam dan Lingkungan dalam RPJMN 2010
2014 ... II-5 Gambar II-4. Tata Laksana Utama (Proses Bisnis Utama) di Kedeputian
Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam (L1) ... II-6 Gambar III-1. Proses Bisnis Pemanfaatan Data Satelit Inderaja (Sumber:
MRI) ... III-6 Gambar III-2. Konsorsium Nasional untuk Sistem Satelit Inderaja Indonesia ... III-6 Gambar III-3. Kemungkinan Solusi Jenis Sistem Satelit Inderaja ... III-7 Gambar III-4. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun Ini dengan Tahun Lalu
dan Beberapa Tahun Sebelumnya ... III-10 Gambar III-5. Analisis Program/Kegiatan yang Menunjang Keberhasilan
ataupun Kegagalan Pencapaian Pernyataan Kinerja Indikator
Sasaran Strategis 2 ... III-11 Gambar III-6. Diagram proses pirometalurgi dan produk sesuai Permen
ESDM no. 1 tahun 2014 ... III-13 Gambar III-7. Proses reduksi bijih nikel skala laboratorium ... III-14 Gambar III-8. Konstruksi tungku tunnel kiln di Laboratorium PTSDM
Ciampea Bogor ... III-14 Gambar III-9. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun Ini dengan Tahun Lalu
(9)
LAKIP 2014 TPSA BPPT vii Gambar III-10. Diagram analisis kegiatan yang menunjang/menghambat
pencapaian pernyataan kinerja ... III-19 Gambar III-11. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun Ini dengan Tahun Lalu
dan Beberapa Tahun Sebelumnya ... III-23 Gambar III-12. Pertemuan dengan Gubernur DKI Jakarta Basuki T. Purnama 2
Okt 2014 ... III-29 Gambar III-13. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2014 dengan Tahun
Lalu dan Beberapa Tahun Sebelumnya ... III-33 Gambar III-14. Analisis Program/Kegiatan yang Menunjang Keberhasilan
ataupun Kegagalan Pencapaian Pernyataan Kinerja Indikator
Sasaran Stategis 4 ... III-36 Gambar III-15. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2014 dengan Tahun
Lalu dan Beberapa Tahun Sebelumnya ... III-41 Gambar III-16. Uji kinerja dispersant kimia ... III-44 Gambar III-17. Uji kinerja biodispersant berbasis konsorsium bakteri
pendegradasi minyak ... III-45 Gambar III-18. Ujicoba prototype oil skimmer sekaligus ujicoba penggunaan oil
absorbent sebagai boom untuk menyerap dan mengantisipasi penyebaran tumpahan minyak di darmaga sandar Kapal
Baruna Jaya di Bojonegara ... III-45 Gambar III-19. Contoh beberapa limbah organik pertanian/perkebunan bahan
baku absorbent, contoh bahan setelah proses aktivasi daya
absorpsi, dan contoh produk absorbent. ... III-45 Gambar III-20. Ujicoba contoh produk oil absorbent berbahan baku serbuk
sabut kelapa (cocopeat). ... III-46 Gambar III-21. Ujicoba bioremediasi tumpahan minyak di pesisir Pantai Teluk
Penyu, Cilacap, bekerja sana dengan PT Pertamina UP IV
Cilacap dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cilacap ... III-46 Gambar III-22. Pemaparan hasil kerjasama dan penyerahan contoh produk oil
absorbent kepada HSE PT Pertamina UP IV Cilacap (kiri) dan pemaparan di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
(10)
LAKIP 2014 TPSA BPPT viii
Gambar III-23. Penerapan Teknologi Bioremediasi Tanah Tercemar Minyak dengan Teknik Biopile skala penuh bekerja sama dengan BOB
PT BSP – Pertamina Hulu di Siak, Riau ... III-49 Gambar III-24. Ujicoba Teknologi Bioremediasi Tanah Tercemar Minyak
dengan Teknik Pump and Biotreatment skala pilot bekerja sama
(11)
LAKIP 2014 TPSA BPPT ix
DAFTAR TABEL
Tabel I-1. Komposisi SDM TPSA berdasarkan Tingkat Pendidikan I-5 Tabel I-2. Distribusi SDM TPSA berdasarkan Jenis Jabatan Fungsional I-5 Tabel II-1. Rencana Kerja Tahunan Tingkat Eselon 1 II-11 Tabel II-2. Penetapan Kinerja Kinerja Tingkat Eselon 1 II-13 Tabel III-1 Capaian Kinerja Program Kedeputian TPSA Tahun 2014 III-2 Tabel III-2. Penetapan Kinerja Indikator Sasaran Strategis III-3 Tabel III-3. Ringkasan Uraian Kegiatan Sasaran Strategis 1.1 III-7 Tabel III-4. Rencana capaian tahun 2015-2019 III-13 Tabel III-5. Ringkasan Uraian Kegiatan Sasaran Strategis 2.1 III-15 Tabel III-6. Ringkasan Uraian Kegiatan Sasaran Strategis 2.2 III-21 Tabel III-7. Ringkasan Uraian Kegiatan Sasaran Strategis 3.1 III-28 Tabel III-8. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun Ini dengan Tahun Lalu
dan Beberapa Tahun Sebelumnya III-31
Tabel III-9. Perbandingan Realisasi Kinerja tahun 2014 dengan Standard
Nasional III-34
Tabel III-10. Ringkasan Uraian Kegiatan Sasaran Strategis 4.1 III-38 Tabel III-11. Upaya dan capaian bioremediasi III-43 Tabel III-12. Ringkasan Uraian Kegiatan Sasaran Strategis 4.2 III-47 Tabel III-13. Realisasi Anggaran Program/Kegiatan Tahun 2014 di
Kedeputian TPSA III-60
(12)
LAKIP 2014 TPSA BPPT I-1
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Teknologi merupakan faktor yang memberikan kontribusi yang penting dalam peningkatan kualitas hidup suatu bangsa. Fenomena ini tercermin pada terjadinya proses transisi perekonomian dunia yang semula berbasiskan pada sumber daya (Resource-Based Economy) menjadi perekonomian yang berbasiskan pengetahuan (Knowledge-Based Economy - KBE). Pada KBE, kekuatan bangsa diukur dari kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) sebagai faktor primer ekonomi menggantikan modal lahan sumberdaya alam dan energi dalam pembangunan nasional.
Kedeputian Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam sebagai salah satu struktur organisasi dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang merupakan lembaga pemerintah yang memiliki fungsi yang sangat penting dalam pembangunan Iptek di Indonesia. Fungsi penting tersebut tercermin dalam peran BPPT sebagai lembaga intermediasi, technology clearing house (TCH), pengkaji teknologi, pengaudit teknologi, dan memberikan solusi di bidang teknologi pengembangan sumber daya alam dalam mendukung pembangunan nasional agar mampu meningkatkan daya saing industri dan kemandirian bangsa Indonesia. Diagram hubungan lima peran tersebut dengan program/kegiatan dapat dilihat pada gambar berikut.
Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari BPPT, Deputi Bidang Pengembangan Sumberdaya Alam, membuat suatu rencana strategis untuk menjamin bahwa tugas pokok dan fungsi serta peran deputi bidang TPSA dilaksanakan dengan baik, serta mendukung kebijakan BPPT serta Kebijakan pembangunan nasional secara keseluruhan. Rencana Strategis tahun 2010 - 2014 Kedeputian TPSA merupakan turunan dari Rencana Strategis BPPT pada rentang waktu yag sama, yang selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Strategis Pusat dan Balai yang ada di Deputi Bidang TPSA.
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, BPPT telah berperan dalam 6+3 bidang fokus bidang iptek dalam kegiatan penelitian, pengembangan dan kerekayasaan. Dalam 6+3 bidang tersebut, BPPT memiliki peran yang sentral dalam pengembangan iptek yang disamping memiliki manfaat ekonomi yang tinggi, serta dapat mendorong penggunaan sumberdaya secara berkelanjutan, dengan mengembangkan teknologi yang juga bersifat berkelanjutan. Secara spesifik, Deputi Bidang TPSA memiliki kontribusi positif dalam bidang fokus Ilmu Kebumian, Kebencanaan dan Lingkungan Hidup.
(13)
LAKIP 2014 TPSA BPPT I-2 Gambar I-1. Peran Kedeputian Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam 1.2. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan
Berdasarkan SK Kepala BPPT Nomor 170/Kp/KA/BPPT/IV/2006, Tentang Organisasi dan Tata Kerja BPPT, tanggal 21 April 2006, pada Bab VI, pasal 110 sd 112 :
a. Kedudukan TPSA
1) Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam adalah unsur pelaksana yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala.
2) Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam dipimpin oleh Deputi .
b. Tugas TPSA
Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam mempunyai tugas pelaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi pengembangan sumberdaya alam.
c. Fungsi TPSA
Dalam melaksanakan tugas Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam menyelenggarakan fungsi:
8
P
ERANDANR
UANGL
INGKUPTPSA - BPPT
Intermediasi
Solusi TCH Pengkaji
Audit
TechState OftheArt
Kemandirian Bangsa DayaSaing Industri Kesejahteraan Rakyat Indonesia Rekomendasi Alih Tekn. Survey Pengujian Konsultansi Pilot Project Pilot Plant Prototype Jasa Opr. Advokasi KEDEPUTI AN TEKNOLOGI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA ALAM
YANTEK PERAN VALUE PROPOSITION Referensi Teknis Audit Teknologi PPBT
TC H : Te c hno lo g y C le a ring Ho use
(14)
LAKIP 2014 TPSA BPPT I-3
1) perumusan kebijakan teknis pelaksanaan, pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang pengkajian dan penerapan teknologiPengembangan Sumberdaya Alam; 2) pengendalian terhadap kebijakan teknis di bidang pengkajian dan penerapan
teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam;
3) pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Kepala.
d. Wewenang TPSA
Dalam menyelenggarakan fungsinya, Kedeputian TPSA mempunyai kewenangan :
1) Penyusunan rencana nasional secara makro di bidang teknologi pengembembangan sumber daya alam
2) Perumusan kebijakan di bidang teknologi pengembembangan sumber daya alam untuk mendukung pembangunan secara makro;
3) Penetapan sistem informasi di bidang teknologi pengembembangan sumber daya alam; dan
4) Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1.3. Organisasi
Berdasarkan SK Kepala BPPT Nomor 170/Kp/KA/BPPT/IV/2006, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Tanggal 21 April 2006, pada Bab VI, Bagian kedua, maka Kedeputian TPSA mempunyai struktur organisasi yang terdiri dari (seperti tergambar pada Gambar dibawah ini):
a. Empat Pusat setingkat eselon 2 yaitu :
1) Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam 2) Pusat Teknologi Sumber Daya Mineral
3) Pusat Teknologi Sumber Daya Lahan, Wilayah Dan Mitigasi Bencana 4) Pusat Teknologi Lingkungan
b. TPSA juga memiliki 3 unit organisasi non organik yang merupakan unit pelayanan teknis yang berfungsi untuk memberikan pelayanan teknologi tertentu kepada masyarakat. Unit organisasi non organik yang ada di lingkungan TPSA adalah sebagai berikut:
1) Unit Pelayanan Teknis Hujan Buatan (UPT-HB) 2) Balai Teknologi Survei Kelautan (BTSK)
(15)
LAKIP 2014 TPSA BPPT I-4
Gambar I-2. KedeputianTPSA dalam Struktur Organisasi BPPT
INSPEKTORAT
KEPALA
UPT Hujan
Buatan
Balai Teknologi
Survey Kelautan
Balai Teknologi Lingkungan
(16)
1.4. Sumber Daya Manusia
Kedeputian TPSA mempunyai aparatur / sumber daya manusia (SDM) per Desember 2014 secara keseluruhan berjumlah 445 atau 15,7% dari keseluruhan BPPT sebesar 2.833 orang yang disajikan dalam tabel 1.1 sebagai berikut :
Tabel I-1. Komposisi SDM TPSA berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Pendidikan Jumlah %
1 S3 53 11.91
2 S2 137 30.79
3 S1 176 39.55
4 <S1 79 17.75
Gambar I-3. Komposisi SDM TPSA berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel I-2. Distribusi SDM TPSA berdasarkan Jenis Jabatan Fungsional
No. Fungsional Jumlah %
1 Perekaya 115 53
2 Peneliti 58 26
3 Teknisi Litkayasa 35 16
4 Arsiparis 6 3
5 Pedal 5 2
S3 53 12%
S2 137 31% S1
176 39% <S1 79 18%
(17)
Gambar I-4. Distribusi SDM TPSA berdasarkan Jenis Jabatan Fungsional
1.5. Sistematika Penyajian
Sistematika laporan LAKIP 2014 Kedeputian TPSA disusun berdasarkan Keputusan Menteri PANRB Nomor 52 Tahun 2014, sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi (kedudukan tugas, fungsi, dan kewenangan, struktur organisasi dan Sumberdaya Manusia) serta permasalahan utama (strategic issued) yang sedang dihadapi organisasi.
BAB II. PERENCANAAN KINERJA
Pada bab ini diuraikan tentang keterkaitan RPJMN, Renstra TPSA 2010-2014 dengan perjanjian kinerja tahun ini, Keterkaitan Program dengan RPJMN 2010-2014; Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2014, dan Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2014.
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
Pada bab ini disajikan subbab capaian kinir organisasi dan realisasi anggaran. Pada subbab capaian kinerja organisasi disajikan capaian
(18)
LAKIP 2014 TPSA BPPT I-7
kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis orgnisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. Untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut dilakukan analisis capaian kinerja. Pada subbab realisasi anggaran diuraikan realisasi anggaran yang digunakan dan yang telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokmen Perjanjian Kinerja.
BAB IV. PENUTUP
PAda bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi TPSA untuk meningkatkan kinerjanya.
(19)
LAKIP 2014 TPSA BPPT II-1
BAB II.
PERENCANAAN KINERJA
2.1. Keterkaitan RPJMN, Renstra dan Perencanaan Kinerja
Pasal 31 Ayat 5 UUD 1945 hasil Amandemen ke-4 menyebutkan bahwa “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk memajukan peradaban serta kesejahteraan umat manusia”. sementara pada BAB X-A tentang Hak Asasi Manusia, pada Pasal 28C di sebutkan bahwa “setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pendidikan dam memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan manusia”. Oleh karena itu, sektor ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) mempunyai peran penting bagi upaya pencapaian kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat. Akan tetapi, pembangunan iptek hanya akan memberikan kontribusi nyata terhadap pembangunan nasional dalam upaya meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat jika produk yang dihasilkan bisa didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau dapat menjadi solusi bagi permasalahan nyata baik yang dihadapi pemerintah maupun masyarakat.
Dalam RPJMN 2010-2014 disebutkan bahwa dalam delapan misi pembangunan nasional antara lain : “Mewujudkan Indonesia asri dan lestari adalah memperbaiki pengelolaan pelaksanaan pembangunan yang dapat menjaga keseimbangan antara pemanfaaatan, keberlanjutan, keberadaan, dan kegunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga fungsi, daya dukung, dan kenyamanan dalam kehidupan pada masa kini dan masa depan, melalui pemanfaatan ruang yang serasi antara penggunaan untuk pemukiman, kegiatan sosial ekonomi, dan upaya konservasi; meningkatkan pemanfaatan ekonomi sumber daya alam dan lingkungan yang berkesinambungan; memperbaiki pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk mendukung kualitas kehidupan; memberikan keindahan dan kenyamanan kehidupan; serta meningkatkan pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan”.
Dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional 2009-2014, ditetapkan lima
agenda utama pembangunan nasional tahun 2009-2014, dimana dalam salah satu agenda I [Pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat] dinyatakan bahwa Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi diarahkan untuk tercapainya peningkatan kapasitas dan kemampuan bangsa dalam memadukan sumber daya alam (resource based), sumber daya pengetahuan (knowledge based) dan sumber
(20)
daya yang berasal dari warisan tradisi budaya bangsa (culture based). Dengan cara itu, maka akan diperoleh ranah pembangunan ekonomi produktif yang makin luas, antara lain, ekonomi kreatif (creative economy), yang dapat memberikan peran konstruktif untuk mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Demikian pula dalam dokumen RPJPN 205-2025, dimana didalam RPJMN 3 2015-2019 pembangunan akan ditekankan kepada pembangunan yang bertumpu kepada keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis Sumber daya Alam yang tersedia, SDM yang berkualitas serta kemampuan Iptek. Untuk itu program TPSA pada RPJMN 2 ini dipersiapkan untuk membangun kemampuan iptek dalam mengelola sumber daya alam untuk memperkuat daya saing perekonomian nasional. Seperti tergambar dalam Gambar dibawah ini.
Gambar II-1. Posisi Pengembangan Sumber Daya Alam dalam Pentahapan
Pembangunan Dalam RPJPN 2005-2025
Sebagai tindak lanjut dari amanat RPJPN dan RPJMN tersebut, maka Kedeputian TPSA telah membuat perencanaan strategis sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan kedeputian TPSA tahun 2010-2014
Terkait dengan perencanaan kinerja untuk memenuhi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, BPPT menggunakan Renstra sebagai acuan dalam membuat Rencana Kinerja Tahunan (RKT) seperti yang tercantum dalam lampiran. Alur pikir
BADANPENGKAJIANDANPENERAPANTEKNOLOGI
P
EN TAH APAN
P
EM BAN GU N AN
D
ALAM
R
PJ PN
2 0 0 5 - 2 0 2 5
2025 Memantapkan penataan kembali NKRI, meningkatkan kualitas SDM, membangun kemampuan iptek, memperkuat daya saing perekonomian. Memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif
perekonomian yang berbasis SDA yang tersedia, SDM yang berkualitas, serta kemampuan iptek.
Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur melalui percepatan pembangunan di segala bidang dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif. Menata kembali NKRI, membangun Indonesia yang aman dan damai, yang adil dan demokratis, dengan tingkat kesejahteraan yang lebih baik.
RPJM1
(2005‐2009)
RPJM2
(2010‐2014)
RPJM3
(2015‐2019)
RPJM4
(2020‐2024)
PENGUATANSISTEMINOVASIDALAMRANGKAMENDORONGPEREKONOMIANYANGBERBASIS PENGETAHUAN
(21)
LAKIP 2014 TPSA BPPT II-3 keterkaitan RPJMN, Renstra, Rencana Kerja (Renja), RKT dan Penetapan Kinerja (PK) dapat dilihat dari gambar berikut ini :
Gambar II-2. Alir Pikir Perencanaan Kinerja TPSA
2.2. Renstra TPSA Tahun 2010-2014
2.2.1. Visi dan Misi
Visi dan Misi TPSA mengacu kepada Visi dan Misi BPPT yang di landasi dari semangat RPJMN dan Tugas pokok yang telah diamanatkan. Visi dan misi BPPT diharapkan akan menjadi solusi dalam rangka pemecahan permasalahan bangsa melalui ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam
Visi BPPT
“Pusat Unggulan Teknologi yang mengutamakan kemitraan dan pemanfaatan hasil rekayasa teknologi secara maksimum di Bidang Teknologi Sumber Daya Alam”.
Misi BPPT
1) Memacu perekayasaan teknologi untuk meningkatkan daya saing industri sumber daya alam.
2) Memacu perekayasaan teknologi untuk meningkatkan pelayanan publik instansi pemerintah pada bidang sumber daya alam
RENSTRA TPSA
Renja
dan
RKT
DIPA
+
RKAKL
PK
Tugas
Pokok
RPJPN
&RPJMN
Visi
Misi
Tujuan
RENCANA
KINERJA 5 TAHUN (Anak Lampiran II dan
IV
Sasaran Strategis (IKU dan Target)
PROGRAM/ KEGIATAN
(22)
LAKIP 2014 TPSA BPPT II-4
3) Memacu perekayasaan teknologi untuk meningkatkan kemandirian bangsa di bidang sumber daya alam
2.2.2. Tujuan
Misi TPSA lebih difokuskan pada tujuan. sehingga setiap program yang ada dapat berjalan. Ada 4 (empat)) tujuan yang hendak dicapai oleh Kedeputian TPSA yakni : 1) Menyusun kebijakan dan rencana makro nasional di bidang teknologi pengembangan
sumber daya alam;
2) Melaksanakan pembinaan dan pelayanan administrasi umum yang akuntabel;
3) Memberikan pelayanan inovasi, difusi dan pengembangan kapasitas serta alih teknologi untuk meningkatkan daya saing industri dan pelayanan publik instansi pemerintahbidang teknologi pengembangan sumber daya alam;
4) Memberikan rekomendasi penerapan teknologi dan melaksanakan audit teknologibidang teknologi pengembangan sumber daya alam.
2.2.3. Sasaran Strategis
Sasaran strategis dibuat untuk dapat terukurnya pencapaian dari tujuan. Sasaran strategisKedeputian TPSA pada tahun anggaran 2014 adalah :
1) Terlaksananya rekomendasi penerapan teknologi yang dimanfaatkan untuk meningkatkan daya saing industri dan atau pelayanan publik instansi pemerintahdengan Indikator Kinerja jumlah industri/instansi pemerintah yang memanfaatkan rekomendasi teknologipengelolaan sumber daya alam dan kelautan, teknologi pengurangan resiko bencana, teknologi pengelolaan lingkungan sebanyak 7 (tujuh) industri/instansi pemerintah.
2) Terlaksananya pelayanan inovasi, difusi dan pengembangan kapasitas serta alih teknologi untuk meningkatkan daya saing industri dan atau pelayanan publik instansi pemerintah dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) Jumlah Pelayanan Teknologi Pengelolaan Sumber daya Alam, lingkungan dan Kebencanaan sebanyak 9 (sembilan) industri/instansi pemerintah
2.3. Keterkaitan Program TPSA dengan RPJMN 2010-2014 dan Proses Bisnis TPSA
2.3.1. Keterkaitan Program TPSA dengan RPJMN 2010-2014
Dalam melaksanakan amanat yang terkandung dalam RPJPN dan RPJMN 2010-2014 dan semangat dari tugas pokok yang diemban. Posisi Sumber daya Alam dalam RPJMN 2010 – 2014 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
(23)
Berlandaskan hal tersebut diatas maka TPSA menjalankan program yang terdiri dari program Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT) dengan indikator kinerja utama yang mempunyai keterkaitan erat dengan program yang diprioritaskan dalam RPJMN. Program TPSA tercakup pada bidang teknologi :
1. Bidang Teknologi Sumberdaya Alam dan Kelautan 2. Bidang Teknologi Kebencanaan
3. Bidang Teknologi Lingkungan
Gambar II-3. Posisi Sumber daya Alam dan Lingkungan dalam RPJMN 2010 2014
2.3.2. Proses Bisnis Utama TPSA
Sesuai dengan Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Proses Bisnis (Tata Laksana), BPPT sudah membuat Tata Laksana Utama (Proses Bisnis Utama) yang terdiri atas L0 (tingkat lembaga), L1 (unit organisasi), dan L2 (unit kerja) sebagaimana dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Layanan teknologi BPPT untuk mencapai sasaran strategis (pada tingkat L0/ tingkat lembaga) dilakukan dengan melaksanakan peran (pada tingkat L1/Eselon-1) sebagai tindak lanjut keluaran pada tingkat L2 (unit kerja).
• Peningkatan produksi dan nilai tambah produk pertambangan mineral dan batubara
• Pengurangan dampak negatif akibat kegiatan pertambangan dan bencana geologi
R P J M N buku II bab 10
• Pengembangan
(24)
Gambar II-4. Tata Laksana Utama (Proses Bisnis Utama) di Kedeputian Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam (L1)
Layanan Teknologi Kedeputian TPSA secar umum dapat dirinci sebagai berikut :
1. Rekomendasi
Rekomendasi adalah suatu tindakan untuk merekomendasikan atau sesuatu yang
perlu direkomendasikan dalam bentuk nasihat atau saran dalam hal ini berbentuk tertulis, dengan kriteria: ada permasalahan yang perlu dipecahkan; ada tindakan tindakan yang perlu dilakukan; ada alternatif alternatif yang harus dipilih; ada sumber sumber daya yang harus dimanfaatkan; ada data dan informasi yang harus diolah untuk dimanfaatkan; dan memberikan dampak yang lebih baik (efektif dan efisien).
2. Advokasi
Advokasi adalah proaktif memberi saran dan memberi pertimbangan kepada mitra/pengguna tentang penerapan, pemilihan, penggunaan suatu teknologi atau metodologi; dan proaktif melakukan langkah/upaya untuk merekomendasikan gagasan kepada mitra/pengguna tentang penerapan, pemilihan, penggunaan suatu teknologi atau metodologi.
Tata
Laksana BPPT
PEN E R A P A N SIS T EM INOV ASI MELA LU I 5 PERAN BPPT VA LU E PR OPOS ITION ‐ Te k n o lo g i S tate of the ar t ‐ D a y a S a ing Indus tri ‐ K e m a ndiri a n B a ng sa
SISTEM BISNIS
OUTPUT
T U P O K S I Teknologi
Awal
P R O S E S I N T I
R D E O
Layanan Teknologi PEREKAYASAAN TEKNOLOGI
INPUT PROSES
S U M B E R D A Y A P E N D U K U N G K O M P E T E N S I T E K N I S D U K U N G A N A D M I N I S T R A S I D A N S U M B E R D A Y A
P E R E K A Y A S A A N
Peningkatan Layanan Teknologi (Pematangan, ‘Komersialisasi’) Teknologi yang didifusikan ke pengguna/ ‘pasar’ ‘SISTEM PASAR’
INPUT PROSES
INPUT PROSES
(25)
LAKIP 2014 TPSA BPPT II-7
3. Alih Teknologi
Alih teknologi adalah pengalihan kemampuan memanfaatkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi antar lembaga, badan, atau orang, baik yang berada di lingkungan dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri ke dalam negeri dan sebaliknya.
4. Konsultansi (perumusan)
Konsultansi adalah memberikan suatu petunjuk, pertimbangan, pendapat atau nasihat dalam penerapan, pemilihan, penggunaan suatu teknologi atau metodologi yang didapatkan melalui pertukaran pikiran untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang sebaik-baiknya
5. Pengujian (pelaksanaan)
Pengujian adalah melakukan pengujian berdasarkan permintaan dalam rangka sertifikasi dan standardisasi yang dilakukan dengan Kontrak atau Kerjasama atau swakelola yang mengandung nilai tambah dalam bentuk dana, sharing budget,
kerjasama kegiatan (inkind/incash) pada unit kerja yang melaksanakan dan
dilaksanakan sesuai dengan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku
6. Jasa Operasional (pelaksanaan)
Jasa operasional adalah melakukan jasa operasional berdasarkan permintaan dalam rangka sertifikasi dan standardisasi yang dilakukan dengan kontrak atau kerjasama atau swakelola yang mengandung nilai tambah dalam bentuk dana, sharing budget,
kerjasama kegiatan (inkind/incash) pada unit kerja yang bersangkutan. 7. Pilot Project
Pilot project adalah pelaksanaan kegiatan proyek percontohan yang dirancang sebagai
pengujian atau percobaan (trial) dalam rangka untuk menunjukkan keefektifan suatu
pelaksanaan program, mengetahui dampak pelaksanaan program dan keekonomisannya.
8. Pilot Plant
Pilot plant adalah pabrik dalam skala kecil dengan kapasitas 10% dari pabrik pada
skala normal dan merupakan implementasi dari desain yang dibuat terdahulu. Pilot plant tidak cukup untuk skala ekonomi namun hanya digunakan untuk beberapa tahun
untuk mendapatkan data kinerja dan operasionalnya.
Demo Plant merupakan pabrik dengan skala kecil dengan kapasitas 33% dari pabrik
pada skala normal dan merupakan kelanjutan dari hasil yang diperoleh pada pilot plant, namun untuk beroperasi pada skala ekonomi masih belum mencukui masih perlu dukungan subsidi, Demo plant dioperasikan selama beberapa tahun sekaligus
(26)
LAKIP 2014 TPSA BPPT II-8
untuk dilakukan test terhadap pabrik tersebut berupa penggunaan bahan bakar yang berbeda, dan juga untuk mendemonstrasikan beberapa mode operasinya.
9. Prototype
Prototipe adalah bentuk fisik pertama dari satu objek yang direncanakan dibuat dalam
satu proses produksi, mewakili bentuk dan dimensi dari objek yang diwakilinya dan digunakan untuk objek penelitian dan pengembangan lebih lanjut. Kriteria dari
prototipe: bentuk awal dari objek yang akan diproduksi dalam jumlah banyak; prototipe dibuat berdasarkan pesanan untuk tujuan komersialisasi; belum pernah
dibuat sebelumnya; merupakan hasil penelitian dan pengembangan dari objek atau sistem yang direncanakan akan dibuat; serta mudah dipahami dan dianalisis untuk pengembangan lebih lanjut.
Model Fisik, bentuk model yang mewakili bentuk asli (geometris) dari satu objek atau sistem yang dibuat dalam skala kecil (miniatur) atau dalam skala besar (skala diperbesar) atau merupakan duplikat dari satu objek atau system.
10. Survey (pelaksanaan)
Survei adalah pengamatan langsung di lapangan atau observasi atau inspeksi berdasarkan permintaan dalam rangka pembuktian fakta, mendapatkan data kinerja dan operasional, dan pengujian suatu pernyataan
11. Referensi Teknis (perumusan)
Referensi Teknis adalah ketentuan terdokumentasi yang legal, dimana referensi teknis dapat berupa dokumen standar, norma, spesifikasi, pedoman, panduan, SOP, dan sebagainya. Referensi teknis merupakan suatu hasil studi multidimensi yang sistematis tentang suatu bidang tertentu yang menjadi acuan/referensi secara umum atau khusus.
12. Audit Teknologi (perumusan)
Audit Teknologi adalah dokumen hasil pelaksanaan peran dalam hal audit teknologi. Audit teknologi merupakan verifikasi dan klarifikasi terhadap suatu teknologi yang sudah digunakan oleh industri/instansi/ masyarakat terhadap suatu standar yang telah ditetapkan.
13. PPBT (Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi)
Teknoprener adalah perusahaan pemula berbasis teknologi yang
mengkomersialisasikan teknologi, baik yang berasal dari BPPT maupun luar BPPT, setelah melalui proses inkubasi. Merupakan suatu hasil dari inkubator teknologi sehingga bisa menghasilkan perusahaan-perusahaan pemula yang berbasis teknologi.
(27)
LAKIP 2014 TPSA BPPT II-9
Peran TPSA
1. Pengkajian Teknologi
Melakukan studi multidimensi yang sistematis tentang suatu teknologi untuk menghasilkan pemahaman tentang tingkat kesiapan/kematangan suatu teknologi (TRL-technology readiness level), perkiraan nilai (value) dari suatu teknologi sebagai
suatu asset intelektual (knowledge/intellectual asset) beserta peluang dan
tantangan/risikonya, perkiraan dampak teknologi yang telah diterapkan/jika (yang akan) diterapkan, dan/atau implikasi strategi/kebijakan atau advis/rekomendasi kebijakan pada tataran organisasional ataupun publik,
2. Audit Teknologi
Melakukan suatu studi yang sistematis dengan prosedur legal terstandar untuk mengevaluasi, membandingkan dan/atau memeriksa suatu teknologi atau suatu penerapan teknologi terhadap (berdasarkan) standar atau ketentuan persyaratan/kriteria tertentu;
3. Technology Clearning House
Melakukan “clearance test” bagi teknologi sebagai otoritas atau pendukung dalam
menyatakan bahwa suatu teknologi “laik” atau tidak untuk diterapkan di Indonesia atau untuk konteks tertentu di Indonesia (misalnya berdasarkan tujuan perlindungan kepentingan masyarakat dan lingkungan hidup dari segi keselamatan, kesehatan, keamanan bagi manusia/masyarakat dan/atau kelestarian lingkungan hidup);
4. Solusi Teknologi
Memberikan advis teknologi; memfasilitasi atau mengimplementasikan penerapan teknologi; memberikan pelayanan teknis di bidang teknologi; melaksanakan pembinaan teknologi
5. Intermediasi Teknologi.
Memfasilitasi hubungan, keterkaitan, jejaring, kemitraan antara dua pihak atau lebih dalam rangka pemanfaatan hasil perekayasaan teknologi. Memberikan akses bagi industri, instansi pusat / pemda dan masyarakat untuk memanfaatkan sumberdaya iptek dari BPPT atau lembaga iptek lainnya dari dalam dan luar negeri.
Struktur Outcome Kedeputian TPSA
Kinerja tingkat kedeputian adalah hasil (outcome) dan atau keluaran (output) yang setingkat lebih tinggi dari keluaran (output) unit kerja di bawahnya.
Outcome TPSAberasal dari output unit kerja dan satker yang berada dibawah TPSAyang dibentuk dari kontribusi beberapa output dan atau output yang berkinerja
(28)
LAKIP 2014 TPSA BPPT II-10
outcome. Untuk mengukur output atau outcome digunakan TRL (Technology Readiness Level) atau Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) (berdasarkan Kepka BPPT No. 58 Tahun
2012 Tentang Hasil Raker BPPT Tahun 2012).
Manfaat Evaluasi dengan menggunakan TKT (TRL) adalah memberikan suatu kerangka perencanaan dan koordinasi program dan prioritas pengembangan kapasitas, kapabilitas dan kesiapan (readiness) teknologi dalam pemanfaatan hasil litbang, sehingga
efisien dalam penggunaan sumber daya untuk investasi litbang (seleksi program, alokasi anggaran).
Kegiatan dengan nilai TRL 1-6 masih berupa Keluaran/ output, sedangkan nilai TRL 7, 8 dan 9 merupakan siap menjadi Hasil/ outcome.
2.3.3. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) TPSA Tahun 2014
Perencanaan Kinerja Tahunan merupakan penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam rencana strategis yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah melalui berbagai kegiatan tahunan. Rencana Kinerja TPSA Tahun 2014 disajikan pada tabel II-1 di bawah ini.
(29)
LAKIP 2014 TPSA BPPT II-11
Tabel II-1. Rencana Kerja Tahunan Tingkat Eselon 1
Unit Organisasi/Eselon I : Kedeputian Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam
Tahun Anggaran : 2014
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET
Dimanfaatkannya rekomendasi penerapan teknologi bidang sumberdaya alam oleh mitra
Jumlah Rekomendasi Pengembangan dan Pemanfaatan Satelit
Observasi Kebumian Indonesia (INASAT) 1
Diterapkannya teknologi SD Alam, SD Mineral dan Survei Kelautan oleh Mitra
Jumlah Teknologi Pengolahan untuk Peningkatan Nilai Tambahh
Mineral Nikel 1
Jumlah Rekomendasi Pembangunan Pusat Riset dan Inovasi
Teknologi Kelautan 1
Diterapkannya teknologi reduksi pengurangan resiko
bencana oleh mitra Jumlah Prototipe Teknologi Pengurangan Resiko Bencana Gagal
Teknologi 1
Diterapkannya teknologi lingkungan oleh mitra
Jumlah Rekomendasi Monitoring Karbon dan Implementasi Kota
Hijau 2
Jumlah Rekomendasi Teknologi Remediasi Perairan Laut dan Pesisir
Pantai Akibat Cemaran Minyak 1
(30)
LAKIP 2014 TPSA BPPT II-12
2.3.4. Penetapan Kinerja (PK) TPSA Tahun 2014
Dokumen Penetapan Kinerja (PK) merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja atau perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumberdaya yang dimiliki oleh instansi. Adapun fungsi dokumen Penetapan Kinerja selain digunakan sebagai alat komunikasi antara atasan dan bawahan yang bersifat top-down juga dijadikan sebagai alat untuk
menggabungkan pengukuran kinerja dengan strategi organisasi, KemenPAN dan RB mensyaratkan penambahan dua kolom yaitu: (1) Program dan (2) Anggaran, semula hanya tiga kolom yaitu: (1) Sasaran Strategis, (2) Indikator Kinerja dan (3) Target.
(31)
LAKIP 2014 TPSA BPPT II-13
Unit Organisasi/Eselon I : Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam
Tahun Anggaran : 2014
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET PROGRAM ANGGARAN
Dimanfaatkannya rekomendasi penerapan teknologi bidang sumberdaya alam oleh mitra
Jumlah Rekomendasi Pengembangan dan Pemanfaatan Satelit Observasi Kebumian Indonesia (INASAT)
1 PPT. Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan
644.880.000
Diterapkannya teknologi SD Alam, SD Mineral dan Survei Kelautan oleh Mitra
Jumlah Teknologi Pengolahan untuk Peningkatan Nilai Tambah Mineral Nikel
1 PPT. Bidang Sumberdaya
Alam dan Lingkungan 2.270.970.000 Jumlah Rekomendasi Pembangunan
Pusat Riset dan Inovasi Teknologi Kelautan
1 PPT. Bidang Sumberdaya
Alam dan Lingkungan 417.531.000 Diterapkannya teknologi
reduksi pengurangan resiko bencana oleh mitrA
Jumlah Prototipe Teknologi Pengurangan Resiko Bencana Gagal Teknologi
1 PPT. Bidang Sumberdaya
Alam dan Lingkungan 226.420.000 Diterapkannya teknologi
lingkungan oleh mitra
Jumlah Rekomendasi Monitoring Karbon dan Implementasi Kota Hijau
2 PPT. Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan
577.525.000
Jumlah Rekomendasi Teknologi Remediasi Perairan Laut dan Pesisir Pantai Akibat Cemaran Minyak
1 PPT. Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan
318.798.000
Jumlah Total Anggaran : Rp.104.695.239.000
(32)
LAKIP 2014 TPSA BPPT III-1
BAB III.
AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Capaian Kinerja Organisasi
Capaian Kinerja organisasi KedeputianTeknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA) Tahun 2014 merupakan pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. Pengukuran kinerja merupakan hasil dari suatu penilaian yang sistematik dan didasarkan pada kelompok indikator kinerja kegiatan yang telah ditetapkan. Setiap pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut dilakukan dengan menggunakan analisis capaian kinerja sebagai berikut:
1. Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini
2. Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir
3. Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis TPSA Tahun 2010-2014.
4. Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional jika memang sudah ada.
5. Menganalisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja serta alternative solusi yang telah dilakukan.
6. Menganalisis efisiensi penggunaan sumberdaya (SDM, Anggaran, Peralatan Mesin, dll)
7. Menganalisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan atapun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja.
Hasil pengukuran terhadap kinerja organisasi Kedeputian TPSA yang telah ditetapkan pada awal tahun pelaksanaan kegiatan, secara umum menunjukkan bahwa seluruh kinerja sasaran strategis TPSA secara kuantitas dapat dicapai dengan baik (100%). Namun demikian secara kualitas terdapat beberapa indikator yang perlu disempurnakan dan dilengkapi pada tahapan berikutnya. Rekapitulasi hasil pengukuran capaian kinerja program di Kedeputian TPSA Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
(33)
LAKIP 2014 TPSA BPPT III-2
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Capaian %
1 Dimanfaatkannya rekomendasi penerapan teknologi bidang
sumberdaya alam oleh mitra.
Jumlah rekomendasi pengembangan dan Pemanfaatan Satelit Observasi Kebumian Indonesia (INASAT)
1 1 100
2 Diterapkannya teknologi SD Alam, SD mineral dan survei kelautan oleh mitra.
Jumlah Teknologi Pengolahan untuk
Peningkatan Nilai Tambah Mineral Nikel.
1 1 100
Jumlah Rekomendasi Pembangunan Pusat Riset dan Inovasi Teknologi Kelautan
1 1 100
3 Diterapkannya teknologi reduksi risiko bencana oleh mitra.
Jumlah Prototipe Teknologi Pengurangan Risiko Bencana Gagal Teknologi.
1 1 100
4 Diterapkannya teknologi lingkungan oleh mitra.
Jumlah Rekomendasi Monitoring Karbon dan Implementasi Kota Hijau
1 1 100
Jumlah Rekomendasi Teknologi Remediasi Perairan Laut danPesisir Akibat Cemaran Minyak
1 1 100
Hasil analisis lengkap pada setiap indikator kinerja di masing-masing sasaran strategis tersebut berdasarkan criteria analisis seperti tersebut di atas, seperti diuraikan di bawah ini.
(34)
LAKIP 2014 TPSA BPPT III-3
3.1.1. Sasaran Strategis 1 : Dimanfaatkannya rekomendasi penerapan teknologi
bidang sumberdaya alam oleh mitra.
Indikator Sasaran Strategis 1.1 : Jumlah rekomendasi pengembangan dan
Pemanfaatan Satelit Observasi Kebumian Indonesia (INASAT).
1) Urian Kegiatan
Indikator sasaran strategis berupa 1 rekomendasi sistem satelit penginderaan jauh (inderaja) nasional. Indikator sasaran strategis dari kegiatan ini adalah mengidentifikasi tiga komponen utama dalam rencana realisasi sistem satelit inderaja yaitu: (1) komponen kebutuhan pengguna; (2) komponen sistem satelit teknologi inderaja yang tersedia; (3) sistem legalitas kelembagaan. Dari kegiatan ini telah dihasilkan output berupa1 dokumen yang berisi satu rekomendasi tentang sistem satelit penginderaan jauh Indonesia yang sesuai dengan kebutuhan Indonesia dan kemajuan teknologi satelit di dunia saat ini. Penjelasan indikator kinerja diperlihatkan pada tabel di bawah ini.
Tabel III-2. Penetapan Kinerja Indikator Sasaran Strategis
Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target Penjelasan
Dimanfaatkannya rekomendasi penerapan teknologi bidang
sumberdaya alam oleh mitra
Jumlah Rekomenasi pengembangan dan pemanfaatan satelit observasi kebumian
Indonesia (InaSat)
1 1 dokumen rekomendasi teknologi sistem satelit penginderaan jauh nasional
Pada tahun 2013 dan 2014, Pusat Teknologi Inventarisasi Sumberdaya Alam (PTISDA) – TPSA-Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi Inventarisasi Sumberdaya Alam menginisiasi kegiatan Pengembangan dan Pemanfaatan Satelit Observasi Kebumian Indonesia. Kegiatan ini dikenal dengan nama Ina-SAT sebagai perwujudan rencana nama pada satelit penginderaan jauh (inderaja atau remote sensing) tersebut.
Kegiatan ini didasarkan pada kebutuhan nasional tentang informasi geospasial yang dapat disediakan oleh satelit inderaja ini, serta kemandirian bangsa di bidang teknologi inderaja. Kebijakan pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ke-dua dan ke-tiga periode 2010 –
(35)
LAKIP 2014 TPSA BPPT III-4
(IPTEK). Teknologi inderaja, khususnya dengan menguasai komponen sistem satelit inderaja sangat sesuai dan dibutuhkan dalam melaksanakan pembangunan nasional untuk mencapai kesejahteraan rakyat.
Sebagai benua maritim, Indonesia sangat kaya akan sumberdaya alam yang membutuhkan upaya inventarisasi dan kebijakan pengelolaan yang tepat melalui informasi spasial untuk kemakmuran bangsa. Selain itu, tantangan dari bencana yang mungkin terjadi akibat letak negara di zona pertemuan lempeng tektonik dan jalur gunung api, juga membutuhkan informasi spasial dalam upaya pengurangan risiko bencana. Informasi spasial untuk wilayah yang luas dapat diperoleh secara efisien melalui data dari sistem satelit inderaja.Selain itu, sistem satelit inderaja sangat berperan dalam membantu upaya pertahanan negara.
Indonesia telah memanfaatkan teknologi inderaja berbasiskan satelit sejak tahun 1980-an dan terus berusaha untuk menguasai teknik dan metode akuisisi, analisis, pemodelan dan interpretasi data atau citra satelit.Tetapi sampai saat ini, posisi Indonesia masih dalam tahap penerima dan pengguna data, belum sebagai penyedia data (satellite data provider).
Hasil kegiatan PTISDA-TPSA tahun 2013 dan 2014 terkait dengan Ina-SAT adalah menghasilkan dokumen Technology Needs Assessment (TNA) Sistem Satelit Inderaja Nasional, dan dokumen Rekomendasi Pengembangan dan Pemanfaatan Satelit Observasi Kebumian Indonesia (Ina-Sat). Dokumen ini memuat hasil kajian dan analisis terhadap tiga komponen utama sistem satelit inderaja nasional yaitu: komponen kebutuhan pengguna (user requirement), komponen penyedia teknologi (technology provider), dan komponen aspek kebijakan, hukum dan kelembagaan (policy and legal aspects).
Secara umum, Indonesia membutuhkan sistem satelit pengindera bumi untuk tiga aplikasi utama yaitu: pemantauan pada saat terjadi keadaan darurat (emergency response); untuk pemetaan dan pemantauan permukaan bumi; dan pemantauan cuaca dan atmosferik. Untuk itu, Indonesia membutuhkan sistem sensor optik (multispectral and hyperspectral remote sensing) dan radar (microwave remote sensing).Sensor ini dapat diletakan pada sistem satelit kelas kecil - menengah (small to medium class satellite). Estimasi biaya pembangunan sistem satelit inderaja termasuk pembangunan fasilitas AIT (assembly, integration and test) dan penyiapan sumberdaya manusia adalah sekitar 150 juta US Dollar dengan jangka waktu pembangunan sekitar 3-5 tahun.
Indonesia saat ini sudah menguasai teknologi sistem satelit kelas mikro dan juga telah mempunyai infrastruktur sistem stasiun bumi sebagai penerima data satelit.Berbagai kajian aplikasi dan pemanfaatan data satelit telah dilaksanakan. Dengan
(36)
LAKIP 2014 TPSA BPPT III-5
meningkatkan nilai tambah dan pengelolaan proses bisnis data satelit yang terintegrasi, industri jasa penginderaan jauh akan tumbuh dan berkembang dan berkontribusi pada ekonomi nasional. Dari hasil studi kepustakaan, diskusi dan kunjungan ke berbagai industri satelit terlihat bahwa teknologi satelit inderaja terus berkembang ke arah peningkatan efisiensi dan berdampak pada bobot dan ukuran satelit.Hal ini membuat satelit dengan bobot di bawah 500kg menjadi operasional dengan kemampuan yang sangat baik dan tentu saja mengurangi biaya pembuatan. Karena biaya yang terus mengecil, maka konsep satu satelit dengan satu misi (satu sensor) juga akan berkembang.
Seiring dengan hal tersebut, maka arah sistem satelit inderaja nasional yang operasional sebaiknya mengarah ke satelit dengan bobot di bawah 500 kg tetapi dengan jumlah yang lebih dari satu, sehingga membentuk konstelasi. Misalnya satu satelit sistem optik-hyperspectral dengan orbit polar Sun-Synchronous, dan satu atau dua satelit radar yang salah satunya adalah orbit ekuator (near-equatorial orbit).
Dengan memiliki dan mengoperasikan sistem satelit Inderaja sendiri, memungkinkan Indonesia menjadi penyedia data satelit, khususnya untuk kawasan Asia Tenggara. Hal ini tentu saja berpotensi untuk menjadi salah satu sumber pendapatan negara dan akan berkali lipat apabila diberikan sentuhan analisis dan interpretasi sehingga informasi yang diberikan berbeda dengan yang lain. Potensi ini akan mendukung sistem ekonomi dalam persaingan global, utamanya dalam mengantisipasi gempuran gelombang ekonomi global yang bersifat kreatif. Gelombang ekonomi kreatif ini merupakan gelombang ekonomi keempat setelah gelombang ekonomi pertanian, gelombang ekonomi industri serta gelombang ekonomi informasi.
Dengan menguasai pangsa pasar dalam negeri dan kawasan regional dalam bidang data satelit, maka bangsa Indonesia tidak perlu khawatir untuk bersaing dan berdagang secara global di masa yang akan datang, seperti zona bebas ASEAN (ASEAN Free Trade Area, AFTA) tahun 2015; dan zona bebas Asia Pasifik. Dengan mengoperasikan dan memiliki sistem satelit Inderaja nasional akan mengangkat dan mensejajarkan posisi bangsa Indonesia dalam kancah internasional, khususnya dengan negara Asia Tenggara lainnya seperti Thailand, Vietnam, Singapura dan Malaysia yang telah memiliki dan mengoperasikan sistem satelit Inderaja mereka sendiri.
(37)
Gambar III-1. Proses Bisnis Pemanfaatan Data Satelit Inderaja (Sumber: MRI)
(38)
Gambar III-3. Kemungkinan Solusi Jenis Sistem Satelit Inderaja (Sumber: modifikasi dari Sumitomo Corp.)
Ringkasan uraian kegiatan dari sasaran strategis 1 terdiri dari Sasaran Strategis, Indikator Kinerja Utama (IKU), Target, Program/Kegiatan, Capaian Kinerja Output, dan Bukti Pendukung dirinci pada tabel berikut:
Tabel III-3. Ringkasan Uraian Kegiatan Sasaran Strategis 1.1
Sasaran Strategis 1:
Dimanfaatkannya rekomendasi penerapan teknologi bidang sumberdaya alam oleh mitra
Indikator Kinerja Utama (IKU):
Jumlah rekomendasi teknologi sistem satelit penginderaan jauh nasional Indonesia
Penjelasan IKU :
1 rekomendasi sistem satelit penginderaan jauh nasional
(39)
LAKIP 2014 TPSA BPPT III-8 PPT / PPT
Inventarisasi Sumberdaya Alam 2014
• 1 Rekomendasi Sistem Satelit Penginderaan Jauh Nasional
1 Dokumen
Rekomendasi sistem satelit Inderaja Nasional Indonesia
2) Perbandingan antara Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2014
Pengukuran tingkat capaian kinerja indikator sasaran strategis 2.2 tahun ini dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator sasaran strategis yang telah ditetapkan dengan realisasinya.
Hasil pengukuran kinerja indikator sasaran strategis tersebut diuraikan sebagai berikut:
Prosentase Capaian Kinerja = Realisasi x 100% Target
Prosentase Capaian Kinerja = 1 rekomendasi x 100% 1 rekomendasi
Indikator Kinerja Target Realisasi % Program/Kegiatan Mitra
Jumlah Rekomendasi Pengembangan dan Pemanfaatan Satelit Observasi Kebumian Indonesia (INASAT)
1 1 100 Pengkajian dan Penerapan Teknologi Inventarisasi Sumberdaya Alam
LAPAN, BIG, SWASTA, MAPIN
3) Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2014 dengan Tahun Lalu dan Beberapa Tahun Sebelumnya
Perbandingan realisasi kinerja tahun 2014 dengan tahun lalu dan beberapa tahun sebelumnya dijelaskan dalam gambar di bawah ini. Perbandingan dilakukan terhadap realisasi kinerja tahun 2012 dan 2013 sebagaimana diperlihatkan pada diagram perbandingan. Pada Tahun 2012 realisasi kinerja yang diperoleh berupa Prototipe dengan TRL 2. Selanjutnya tahun 2013 diperoleh prototipe dengan TRL 3. Selanjunya
(40)
LAKIP 2014 TPSA BPPT III-9
pada tahun 2014 diperoleh Prototipe dengan TRL 4 yang merupakan satu rangkaian proses sejak tahun 2012 hingga tahun 2013.
4) Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2014 dengan Target Jangka Menengah Realisasi kinerja hingga tahun 2014 berupa dokumen rekomendasi sistem satelit Inderaja nasional. Terkait dengan RPJM 2010-2014, realisasi ini sudah sesuai dan mendukung target tersebut. Dokumen rekomendasi ini siap digunakan sebagai acuan untuk memasuki tahap selanjutnya berupa realisasi sistem satelit dalam RPJMN
2015-2019
5) Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2014 dengan Standard Nasional
Tidak ada
6) Analisis Penyebab Keberhasilan/Kegagalan
Keberhasilan dalam pencapaian target berupa satu dokumen rekomendasi kebutuhan sistem satelit Inderaja Nasional Indonesia ini tidak terlepas dari kerja keras secara bersama-sama seluruh sumber daya manusia yang terkait dalam kegiatan ini.Selain itu, koordinasi yang baik antar instansi dan lembaga sangat berperan dalam kesuksesan ini.
Pemotongan dan penghematan anggaran pada tahun 2014 sempat mengganggu kegiatan ini secara signifikan, sehingga ada beberapa bagian yang belum detil dan dirasakan masih kurang, utamanya pada aspek kelembagaan yang mencakup rancangan proses bisnis pengelolaan sistem satelit Inderaja nasional.
7) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya
• Efisiensi Penggunaan SDM: Penggunaan SDM yang relative efisien dan cenderung
masih kuranguntuk tenaga ahli yang kompeten dalam bidang satelit dan elektronika.
• Efisiensi Penggunaan Keuangan: Penggunaan anggaran yang sangat efisien karena
adanya efisiensi anggaran yang cukup besar, bahkan cenderung kurang untuk memenuhi target yang diinginkan.
• Efisiensi Penggunaan Mesin dan Peralatan : Penggunaan peralatan yang efisien dari
peralatan yang ada, karena memang jumlah peralatan yang masih memadai.
(41)
LAKIP 2014 TPSA BPPT III-10
Gambar III-4. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun Ini dengan Tahun Lalu dan Beberapa Tahun Sebelumnya Technology Needs
Assessment (TNA) tentang sistem satelit Inderaja NasionalTechnical Mitra :LAPAN, BIG, Swasta, dan MAPIN
Dokumen Rekomendasi sistem satelit inderaja nasional.Dokumen ini berisi kebutuhan pengguna, ketersediaan Teknologi dan kelembagaan.
Mitra :LAPAN, BIG, swasta, MAPIN
Target Akhir:
Rekomendasi Sistem Satelit Penginderaan Jauh Nasional Indonesia
(42)
LAKIP 2014 TPSA BPPT III-11
8) Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja
Beberapa analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan dan
kegagalan pencapaian kinerja sasaran strategis dijelaskan dalam diagram berikut :
\
Gambar III-5. Analisis Program/Kegiatan yang Menunjang Keberhasilan ataupun Kegagalan Pencapaian Pernyataan Kinerja Indikator Sasaran Strategis 2
3.1.2. Sasaran Strategis 2 : Diterapkannya teknologi SD Alam, SD mineral dan
survei kelautan oleh mitra
Indikator Sasaran Strategis 2.1 Jumlah Teknologi Pengolahan untuk Peningkatan Nilai
Tambah Mineral Nikel.
1) Uraian Kegiatan
Dalam undang-undang mineral dan batubara (UU no. 4 tahun 2009) diamanatkan untuk melakukan pengolahan bahan tambang sebelum dilakukan proses ekspor. Terkait dengan bijih nikel yang dilakukan oleh Pusat Teknologi Sumber Daya Mineral, teknologi pengolahan yang dimaksud adalah pengolahan dan proses pemurnian bijih nikel lateritik menjadi bahan baku nikel dalam bentuk sponge nikel
PENETAPAN KINERJA Faktor Penyebab Keberhasilan / Peningkatan Kinerja: BPPT memiliki Program dan SDM yang kompeten dalam bidang ilmu kebumian, kebijakan publik dan teknologi informatika sehingga mendukung pengembangan prototipe sistem satelit Inderaja nasional Faktor Penyebab Keberhasilan / Peningkatan Kinerja: BPPT bertindak sebagai inisiator dalam program percepatan realisasi sistem satelit Inderaja nasional dalam kerangka konsorsium nasional Faktor Penyebab Kegagalan / Penurunan Kinerja: Kurangnya SDM elektronika dan instrumentasi yang berdedikasi untuk memberikan masukan dan analisis terhadap sistem satelit secara umum Faktor Penyebab Kegagalan / Penurunan Kinerja: Anggaran: Adanya ketidakjelasan dalam pemotongan anggaran yang rencananya mencapai 50% dan akhirnya dana yang sudah dipotong baru bisa dipakai pada hampir akhir kegiatan.
(43)
LAKIP 2014 TPSA BPPT III-12 mensyaratkan pengolahan nikel menjadi bentuk fero-nikel, sponge nikel, ataupun nikel matte dengan kadar Ni tertentu. Diagram proses pirometalurgi dan hasil pengolahannya dapat dilihat pada diagram dibawah.
Kegiatan pada tahun 2014 ini adalah perancangan teknologi dan proses pengolahan mineral nikel bersama mitra. Mitra yang bekerja sama saat ini adalah PT. Putra Mekongga Sejahtera (PT. PMS) dan PT. Bangun Insan Perdana. Terkait dengan adanya pemotongan anggaran (efisiensi), sebagian besar pembelian peralatan dan mesin dialihkan untuk pengadaan peralatan analisis dalam bentuk instrument analisis XRD dan instrument analisis XRF. Sedangkan untuk proses konstruksi prototipe tungku reduksi (tunnel kiln) di laboratorium PTSDM Ciampea Bogor dilakukan bekerja sama dengan mitra, PT. Bangun Insan Persada.
Kegiatan perancangan teknologi dan proses pengolahan mineral nikel yang telah dilakukan pada tahun 2014 secara keseluruhan meliputi:
• Karakterisasi bahan baku meliputi bahan baku mineral nikel dan batubara
• Proses aglomerasi
• Uji proses reduksi (skala laboratorium )
• Pembuatan draft rancangan untuk mereduksi mineral nikel
• Pembuatan tungku untuk mereduksi mineral nikel
• Uji coba awal tungku
• Karakterisasi produk-produk dari hasil uji coba skala lab.
Outcome kegiatan pada akhir kegiatan adalah untuk mendorong berdirinya industri pertambangan mineral dan batubara bersama mitra melalui rekayasa teknologi teknologi peningkatan nilai tambah mineral. Dan saat ini kerja sama bersama mitra masih terus dilaksanakan sampai terwujudnya industry pengolahan nikel tersebut.
Target akhir kegiatan tahun 2014 adalah terlaksananya kajian teknologi pengolahan untukpeningkatan nilai tambah mineral nikeldengan target pada akhir tahun 2014 ini berupa prototype produk reduksi bijih nikel dan prototype tungku tunnel kiln di laboratorium PTSDM Ciampea Bogor.
(44)
LAKIP 2014 TPSA BPPT III-13
Gambar III-6. Diagram proses pirometalurgi dan produk sesuai Permen ESDM no. 1 tahun 2014
Kegiatan tahun 2014 merupakan pengujian laboratorium lanjutan dari proses reduksi bijih nikel tahun 2013 dan tahap awal dalam konstruksi prototype tungku reduksi. Beberapa alternatif proses reduksi telah dikaji dari beberapa teknologi yang ada, dan pada akhirnya memutuskan untuk menggunakan teknologi tunnel kiln dalam proses reduksinya. Tahap selanjutnya adalah optimasi dan meningkatkan menjadi skala industri(small/medium scale) yang mampu beroperasi dengan dukungan bahan baku dan teknologi yang memadai.
Kegiatan teknologi pengolahan untuk peningkatan nilai tambah mineral nikel tahun 2015 sampai dengan 2019 diperlihatkan dalam table berikut ini:
Tabel III-4. Rencana capaian tahun 2015-2019
Tahun Rencana Capaian
2015 Prototipe tungku reduksi dan peleburan untuk pengolahan dan pemurnian bijih nikel 2016 Pengembangan lanjut prototipe tungku reduksi dan peleburan untuk pengolahan dan pemurnian bijh nikel 2017 Pilot project tungku reduksi dan peleburan untuk pengolahan dan pemurnian bijih nikel 2018 Optimasi tungku reduksi dan peleburan untuk pengolahan dan pemurnian bijih nikel skala pilot project 2019 Rekomendasi teknologi reduksi dan peleburan untuk pengolahan dan pemurnian bijih nikel dalam bentuk Pilot Project
Sinterin
Reduksi
Ore Sinter
Feronikel
Nikel Matte
NPI Ni ≥ 4 %
Ni ≥ 10 %
Ni ≥ 70 % Ni ≥ 4 %
Luppen FeNi
Nugget FeNi Ni ≥ 4 %
Ni ≥ 4 %
Sponge Nikel
Pelebura 1200 °C
1400 °C
1400 °C
(45)
Gambar III-7. Proses reduksi bijih nikel skala laboratorium
(46)
LAKIP 2014 TPSA BPPT III-15
Ringkasan uraian kegiatan dari sasaran strategis 2.1 ini terdiri dari Sasaran Strategis, Indikator Kinerja Utama (IKU), Target, Program/Kegiatan, Capaian Kinerja Output, dan Bukti Pendukung dirinci pada table berikut:
Tabel III-5. Ringkasan Uraian Kegiatan Sasaran Strategis 2.1
Sasaran Strategis :
Diterapkannya teknologi sumber daya alam, sumber daya mineral dan survey kelautan oleh mitra
Indikator Kinerja Utama (IKU) :
Jumlah teknologi pengolahan untuk peningkatan nilai tambah mineral nikel
Penjelasan IKU :
Perancangan teknologi dan proses pengolahan untuk peningkatan nilai tambah mineral nikel bekerja sama dengan PT. Bangun Insan Perdana
Program / Kegiatan
Capaian Kinerja Outcome Bukti Pendukung
PPT Pengembangan Sumber Daya Alam PPT Sumber Daya Mineral
• Karakterisasi bahan baku meliputi bahan baku mineral nikel dan batubara
• Proses aglomerasi
• Uji proses reduksi (skala laboratorium ) • Pembuatan draft rancangan untuk
mereduksi mineral nikel
• Pembuatan tungku untuk mereduksi mineral nikel
• Uji coba awal tungku
• Karakterisasi produk-produk dari hasil uji coba skala lab.
• Kerjasama dengan PT. Putra Mekongga Sejahtera dan PT. Bangun Insan Perdana • Prototipe
tungku reduksi (tunnel kiln) di Laab. PTSDM Ciampea Bogor
2) Perbandinganantara Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2014
Pengukuran tingkat capaian kinerja indikator sasaran strategis 2.1 tahun ini dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator sasaran strategis yang telah ditetapkan dengan realisasinya.
Hasil pengukuran kinerja indikator sasaran strategis tersebut diuraikan sebagai berikut:
(47)
LAKIP 2014 TPSA BPPT III-16 Persentase Capaian Kinerja = Realisasi x 100%
Target
Prosentase Capaian Kinerja = 1 teknologi pengolahan (Prototipe) x 100% 1 teknologi pengolahan (Prototipe)
Indikator Kinerja Target Reali
sasi % Kegiatan Mitra
Jumlah Teknologi Pengolahan untuk Peningkatan NIlai Tambah Mineral Nikel
1 1 100 Pengkajian dan Penerapan Teknologi Sumber Daya Mineral
PT. Putra Mekongga Sejahtera
PT. Bangun Insan Perdana
3) Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2014 dengan Tahun Lalu dan Beberapa Tahun Sebelumnya
Perbandingan realisasi kinerja tahun 2014 dengan tahun lalu dan beberapa tahun sebelumnya dijelaskan sebagai berikut:
Realisasi Kinerja 2014
• Karakterisasi bahan baku meliputi bahan baku mineral nikel dan batubara • Proses aglomerasi
• Uji proses reduksi (skala laboratorium )
• Pembuatan draft rancangan untuk mereduksi mineral nikel • Pembuatan tungku untuk mereduksi mineral nikel
• Uji coba awal tungku
• Karakterisasi produk-produk dari hasil uji coba skala lab.
Realisasi Kinerja 2013
Pada tahun 2013 merupakan awal dimulainya uji coba pendahuluan kegiatan pengolahan nikel.Kegiatan lebih banyak dilakukan dengan studi pustaka dalam memilih teknologi pengolahan nikel dan uji pendahuluan di laboratorium.
(48)
LAKIP 2014 TPSA BPPT III-17
Dengan membandingkan realisasi kinerja dengan tahun lalu, tahun 2014 menghasilkan capaian yang cukup signifikan dalam perancangan teknologi pengolahan mineral bijih nikel.Khususnya dalam perancangan dan konstruksi prototype tungku reduksi.
4) Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2014 dengan Target Jangka Menengah
Peningkatan Capaian Kinerja Outcome menuju Target Akhir sesuai Dokumen Renstra dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
5) PerbandinganRealisasi Kinerja Tahun 2014 dengan Standard Nasional
Hasil pengolahan bijih nikel dalam skala laboratorium telah memenuhi standar yang ditentukan oleh Permen ESDM nomor 1 tahun 2014 yaitu kadar nikel diatas 4%. Masih diperlukan optimasi untuk skala yang lebih besar khususnya dengan menggunakan prototipe tungku yang ada.
6) AnalisisPenyebab Keberhasilan/Kegagalan
Faktor Penyebab Keberhasilan / Peningkatan Kinerja :
PTSDM memiliki SDM yang kompeten dalam bidang teknologi pengolahan mineral
PTSDM memiliki teknologi dan fasilitas yang mendukung pengembangan teknologi pengolahan mineral
Dukungan mitra dalam peningkatan nilai tambah mineral dalam bentuk bantuan dana dan fasilitas.
Faktor Penyebab Kegagalan / Penurunan Kinerja :
Terhambatnya atau berkurangnya dana dari anggaran yang telah direncanakan. Alternatif Solusi yang telah dilakukan :
Adanya pemotongan/efisiensi anggaran disiasati dengan mengalihakan pengadaan peralatan konstruksi menjadi peralatan analisis yang akan banyak digunakan untuk proses rekayasa pengolahan mineral. Sedangkan dana untuk konstruksi prototype tungku sepenuhnya ditanggung oleh pihak mitra.
(49)
LAKIP 2014 TPSA BPPT III-18
Gambar III-9. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun Ini dengan Tahun Lalu dan Beberapa Tahun Sebelumnya • Karakterisasi bahan baku meliputi bahan baku mineral nikel dan
batubara
• Proses aglomerasi
• Uji proses reduksi (skala laboratorium )
• Pembuatan draft rancangan untuk mereduksi mineral nikel • Pembuatan tungku untuk mereduksi mineral nikel
• Uji coba awal tungku
• Karakterisasi produk-produk dari hasil uji coba skala lab
Uji pendahuluan reduksi skala laboratorium dan Penjajagan kerjasama dengan mitra
Target Akhir:
Mendorong berdirinya industri pertambangan mineral bersama mitra melalui rekayasa teknologi peningkatan nilai tambah(50)
7) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya
a. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya manusia
Dengan sumber daya yang ada telah dilakukan efisiensi penggunaan sumber daya manusia sesuai dengan bidang keahliannya sehingga pekerjaan dapat terselesaikan sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya keuangan:
Pemotongan ataupun efisiensi anggaran keuangan sangat berpengaruh pada pelaksanaan kegiatan, sehingga diperlukan skala prioritas dalam menggunakan anggaran keuangan.
c. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya laboratorium dan peralatan:
Laboratorium PTSDM di Ciampea Bogor difungsikan kembali untuk efisiensi penggunaan lahan dan peralatan pengolahan yang ada sehingga sangat mendukung dalam konstruksi tungku reduksi.
8) Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja
Analisis kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun penghambat dalam pencapaian kinerja ini dapat dilihat dalam diagram berikut :
Gambar III-10. Diagram analisis kegiatan yang menunjang/menghambat pencapaian pernyataan kinerja
Teknologi Pengolahan untuk Peningkatan Nilai Tambah Mineral Nikel
Penunjang keberhasilan:
-Kajian tekno-ekonomi
- Eksplorasi cadangan bahan baku
- Pengelolaan lingkungan Penghambat keberhasilan: Pemotongan anggaran dan penghentian kegiatan untuk beberapa waktu Penunjang keberhasilan: Adanya sinergis antara kementerian ESDM, Perindustrian dan Pemda Penunjang keberhasilan:
Adanya mitra yang dapat bekerja
sama saling percaya dan cukup
dari segi pendanaan
(51)
LAKIP 2014 TPSA BPPT III-20
Indikator Sasaran Strategis 2.2 : Jumlah Rekomendasi Pembangunan Pusat Riset dan
Inovasi Teknologi Kelautan.
1) Urian Kegiatan
Pusat Riset dan Inovasi Teknologi Kelautan yang selanjutnya dipopulerkan menjadi Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kelautan (Puspiptekla) atau dengan istilah asingnya Indonesia Marine Science and Technogy Park (IMSTeP) adalah suatu kawasan iptek kelautan terpadu milik nasional. Sebagai kawasan iptek terpadu nasional, akan dibangun fasilitas bersama dan disediakan lahan bagi pembangunan laboratorium dan fasilitas iptek kelautan milik lembaga-lembaga litbang kelautan nasional.
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam rangka mencapai target rekomendasi pembangunan Pusat Riset dan Inovasi Teknologi Kelautan, antara lain:
• Melakukan pengkajian tentang bentuk kelembagaan dari Puspiptek/IMSTeP dimasa mendatang yang akan mengelola sarana dan prasarana gedung, armada kapal riset, dermaga, operasi survei, dan lain-lain. Salah satu kegiatannya adalah dengan mengadakan diskusi ilmiah dengan berbagai instansi terkait mengenai kelayakan dari pembentukan Puspiptekla/IMSTeP ini.
• Melakukan studi engineering dari aspek tata letak pembangunan kawasan Puspiptek/IMSTeP di sekitar Kabupaten Penajam Paser Utara Propinsi Kalimantan Timur. Salah satunya adalah pembuatan master plan tahap awal yang akan digunakan untuk keperluan konstruksi pembangunan Puspiptekla/IMSTeP yang dikaitkan dengan aspek sosial ekonomi yang dapat berdampak pada wilayah sekitarnya.
• Melakukan kajian teknis untuk menetapkan teknologi yang tepat untuk digunakan dalam rangka studi awal pembangunan Puspiptekla/IMSTeP di Kabupaten Penajam Paser Utara Propinsi Kalimantan Timur
Untuk mengelola kawasan ini nantinya akan dibentuk unit pengelola setingkat eselon II. Secara struktural unit-unit litbang yang akan berkantor di kawasan Puspiptek/IMSTeP tetap menginduk pada kementerian/lembaga masing-masing. Unit pengelola kawasan Puspiptek/IMSTeP akan berfungsi sebagai koordinator dalam pembangunan prasarana fisik.
Ringkasan uraian kegiatan dari sasaran strategis 2 terdiri dari Sasaran Strategis, Indikator Kinerja Utama (IKU), Target, Program/Kegiatan, Capaian Kinerja Outcome, dan Bukti Pendukung dirinci pada table berikut:
(52)
LAKIP 2014 TPSA BPPT III-21
Tabel III-6. Ringkasan Uraian Kegiatan Sasaran Strategis 2.2
Sasaran Strategis :
Diterapkannya teknologi SD Alam, SD mineral dan survei kelautan oleh mitra
Indikator Kinerja Utama (IKU):
Jumlah Rekomendasi Pembangunan Pusat Riset dan Inovasi Teknologi Kelautan
Penjelasan IKU :
1 Rekomendasi Rencana Pembangunan Puspitekla di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kaltim
Program/Kegiatan Capaian Kinerja Outcome Bukti Pendukung
Pengkajian dan Penerapan Teknologi Survei Kelautan
1 rekomendasi rencana pembangunan Puspitekla di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kaltim
PKS antara BPPT- Kabupaten Penajam Pasir Utara, Kaltim
2) Perbandingan antara Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2014
Pengukuran tingkat capaian kinerja indikator sasaran strategis 2.2 tahun ini dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator sasaran strategis yang telah ditetapkan dengan realisasinya.
Hasil pengukuran kinerja indikator sasaran strategis tersebut diuraikan sebagai berikut:
Prosentase Capaian Kinerja = Realisasi x 100% Target
Prosentase Capaian Kinerja = 1 rekomendasi x 100% 1 rekomendasi
(53)
LAKIP 2014 TPSA BPPT III-22
Indikator Kinerja Target Realisasi % Program/Kegiatan Mitra
Jumlah Rekomendasi Pembangunan Pusat Riset dan Inovasi Teknologi Kelautan
1 1 100 Pengkajian dan Penerapan Teknologi Survei Kelautan
Kabupaten Penajam Paser Utara, Kaltim
3) Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2014 dengan Tahun Lalu dan Beberapa Tahun Sebelumnya
Perbandingan Realisasi Kinerja tahun 2014 berupa satu (1) rekomendasi rencana pembangunan Puspiptekla di Kabupaten Penajam Paser Utara, Propinsi Kalimantan Timur dengan Tahun 2012-2013 adalah pada isi rekomendasi. Tahun 2012-2013, rekomendasi perencanaan pembangunan hanya difokuskan pada sistem kelembagaan dan inventarisasi lembaga riset nasional (stakeholders) Puspiptekla serta kesesuaian kondisi perairan sebagai dermaga sandar kapal-kapal riset nasional melalui pelaksanaan survei hidro-oseanografi dan bathimetri dan ketersediaan peta. Tahun 2013, rekomendasi menghasilkan peta bathymetri/kedalaman laut lokasi pembangunan puspiptekla. Adapun tahun 2014, rekomendasi difokuskan pada kondisi geologi-geofisika daratan menggunakan survei geolistrik untuk mendukung rencana pembangunan fasilitas daratan. Rekomendasi ini menggambarkan profil lapisan tanah dan batuan pada area daratan dari permukaan hingga batas lapisan batuan keras, data ini apabila digabungkan dengan data pengeboran (soil investigation), nantinya dapat digunakan dalam rangka pre-DED.
4) Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2014 dengan Target Jangka Menengah
Realisasi kinerja hingga tahun 2014 berupa 1 Rekomendasi rencana pembangunan puspiptekla di Kabupaten PPU, Propinsi Kalimantan Timur bila dibandingkan dengan target jangka menengahnya RPJM 2010-2014 belum sepenuhnya terealisasi. Dalam rekomendasi rencana pembangunan puspiptekla di kabupaten PPU tersebut di atas belum sepenuhnya dapat digunakan sebagai rekomendasi akhir sebab masih ada data-data survey lapangan yang belum lengkap untuk melengkapi rekomendasi tersebut.
5) Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2014 dengan Standard Nasional
Tidak ada Standard Nasional yang dapat dibandingkan dengan realisasi kinerja tahun 2014
(54)
LAKIP 2014 TPSA BPPT III-23
Gambar III-11. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun Ini dengan Tahun Lalu dan Beberapa Tahun Sebelumnya
Capaian Tahun 2014:
Hasil pengukuran kondisi batuan di calon lokasi pengembangan PUSTEKLA dengan menggunakan teknologi geolistrik. Hasilnya menunjukkan bahwa ketebalan batuan keras untuk acuan fondasi berada pada kedalaman 40 meter. (formasi Balikpapan)
Capaian Tahun 2013:
Hasil survey batimetri lokasi dengan kedalaman air yang cukup untuk dermaga kapal-kapal riset Indonesia termasuk Kapal Riset Baruna Jaya dengan Draft 5 meter
Capaian Tahun 2012
Disain konsep PUSTEKLA dan Penentua Lokasi
Pengembangan
Target Akhir:
Rekomendasi
Pembangunan
Pusat Riset dan
Inovasi Teknologi
Kelautan
(55)
LAKIP 2014 TPSA BPPT III-24
6) Analisis Penyebab Keberhasilan/Kegagalan
Faktor Penyebab Keberhasilan/Peningkatan Kinerja:
• BPPT memiliki SDM yang kompeten untuk melaksanakan survei dan analisis struktur vertikal lapisan tanah dan batuan dengan menerapkan teknologi geolistrik, baik untuk darat maupun laut sehingga target rekomendasi rencana pembangunan dapat terealisasi.
• BPPT memiliki teknologi dan peralatan yang mendukung untuk melaksanakan survei geologi dan geofisika dalam rangka mendukung perencanaan pembangunan Puspiptekla di PPU.
• Dukungan Pemerintah Daerah Kabupaten Penajam Paser Utara pada pelaksanaan survey geolistrik calon lokasi Puspiptekla.
Faktor Penyebab Kegagalan/Penurunan Kinerja :
• SDM: perlunya tambahan SDM pada bidang teknik sipil dan teknik arsitektur dalam tim.
• Keuangan: Adanya pemotongan anggaran yang menyebabkan belum lengkapnya data dan informasi yang akan mendukung rekomendasi secara menyeluruh. Sebagai contoh belum adanya investigasi soil dan survei geolistrik laut.
Alternatif solusi yang telah dilakukan adalah mengutamakan pelaksanaan survei geolistrik untuk mendukung pre-DED fasilitas darat dan mengusulkan survei lanjutan geolistrik di laut dan investigasi soil pada tahun berikutnya, serta melaksanakan FGD dengan mengundang nara sumber yang berlatar belakang teknik sipil dan arsitektur.
7) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya
Penggunaan SDM dan peralatan sudah sangat efisien, namun untuk beberapa keahlian tertentu dalam pelaksanaan kegiatan masih diperlukan SDM dari unit lain melalui sistem matriks BPPT karena ketidaktersediaan di Balai Teksurla. Adapun dalam hal efisiensi anggaran, dalam pelaksanaan kegiatan telah dilakukan melalui pelaksanaan survey sekaligus untuk mengurangi biaya-biaya mobilisasi SDM maupun personil ke lokasi. Demikian pula dengan adanya pemotongan anggaran, efisiensi anggaran dilakukan dengan memprioritaskan pada kegiatan-kegiatan yang dapat didukung dengan SDM dan peralatan yang tersedia di BPPT.
8) Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja
a. Program/kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian pernyataan kinerja adalah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)